Ilustrasi: Kontras antara kesederhanaan eksterior dan kekayaan material interior menurut prinsip Loos.
Adolf Loos, seorang arsitek Bohemia-Austria yang sangat berpengaruh pada awal abad ke-20, seringkali dipandang sebagai pelopor yang menentang Ornamen. Namun, untuk benar-benar memahami kontribusinya, kita harus menyelami esainya yang paling terkenal, "Ornamen dan Kejahatan" (Ornament und Verbrechen), dan konsep yang terkait erat dengannya, yaitu Das Andere—yang secara harfiah berarti "Yang Lain" atau "Yang Berbeda." Loos tidak hanya menolak dekorasi; ia menolak ketidakjujuran dalam ekspresi budaya dan material.
Bagi Loos, ornamen pada periode akhir abad ke-19 adalah tanda dekadensi budaya. Ia melihatnya sebagai sisa-sisa ritual primitif yang kini diterapkan tanpa makna otentik, hanya sebagai lapisan dangkal yang menipu mata. Ia berargumen bahwa masyarakat yang maju harus mencapai titik di mana mereka tidak lagi membutuhkan dekorasi palsu untuk memvalidasi nilai atau status mereka. Ini adalah panggilan untuk kejujuran struktural dan material.
Konsep Das Andere dalam konteks Loos mengacu pada pemisahan yang jelas antara kebutuhan primer (fungsionalitas, kebersihan, struktur yang jujur) dan keinginan sekunder (keindahan yang diciptakan secara artifisial). Ia membedakan antara apa yang harus dilihat publik dan apa yang seharusnya dirasakan oleh penghuni di dalam ruang pribadi.
Salah satu manifestasi paling radikal dari ideologi Loos adalah dalam perbedaan mencolok antara fasad bangunan dan interiornya. Fasad, yang ia sebut sebagai 'muka' yang disajikan kepada dunia luar—kepada masyarakat—harus sederhana, polos, dan jujur dalam strukturnya. Ini adalah representasi dari kejujuran borjuis yang ia hargai. Fasad harus menyampaikan keseriusan dan non-pretensi.
Sebaliknya, interior adalah ranah Das Andere—dunia batiniah. Di sinilah kekayaan material yang sesungguhnya diizinkan untuk bersinar. Loos menggunakan material alami termewah—marmer mahal, kayu eksotis yang kaya akan urat, dan pengerjaan yang sangat teliti—tetapi selalu dalam harmoni fungsional, bukan dalam upaya menipu. Perbedaan antara luar yang biasa dan dalam yang mewah inilah yang menjadi inti dari teori Raumplan (rencana ruang) dan filosofi Das Andere. Masyarakat luar hanya melihat tampilan yang tenang dan teratur, sementara penghuni menikmati kemewahan tekstural yang intim dan tersembunyi.
Loos mengkritik tren Viennese Secession yang cenderung menerapkan ornamen secara seragam baik di luar maupun di dalam, menciptakan apa yang ia anggap sebagai kepalsuan visual yang menyiksa baik mata publik maupun mata pribadi.
Dalam pandangan Loos, ornamen adalah pemborosan waktu, uang, dan material yang cepat usang. Sebuah dinding yang dihias dengan wallpaper rumit akan segera terlihat ketinggalan zaman. Sebaliknya, material alami—marmer Carrara, misalnya—memiliki kualitas intrinsik yang melampaui tren. Marmer bahkan menjadi lebih indah seiring waktu, memperlihatkan urat-uratnya sebagai bukti usia dan ketahanannya.
Inilah letak poin kritis Das Andere dalam konteks material: Hal yang "lain" adalah hal yang tahan lama dan otentik. Material yang jujur dan indah tidak memerlukan ornamen tambahan untuk membuktikan dirinya. Mereka berbicara melalui tekstur, kilau, dan ketebalan. Loos percaya bahwa arsitektur harus menciptakan wadah yang abadi bagi kehidupan manusia, dan wadah ini paling baik dicapai melalui kejujuran material, bukan penipuan dekoratif.
Meskipun Loos meninggal jauh sebelum gerakan Minimalis mencapai puncak popularitasnya, karyanya menjadi fondasi intelektual yang kuat bagi banyak gerakan modernis selanjutnya. Prinsip pemisahan fungsi dari dekorasi dan fokus pada kualitas material murni sangat memengaruhi Mies van der Rohe dan arsitek modern lainnya.
Dalam dunia digital saat ini, di mana segala sesuatu cenderung datar dan mudah ditiru, ide Loos tentang kejujuran material dan perbedaan antara tampilan publik (media sosial) dan realitas pribadi (kehidupan nyata) terasa sangat relevan. Kita terus-menerus berhadapan dengan fasad yang dibuat-buat. Loos mengingatkan kita bahwa nilai sejati—dalam arsitektur maupun kehidupan—seringkali tersembunyi di balik permukaan yang tenang, dalam kekayaan pengalaman dan material yang dipilih dengan cermat, itulah esensi dari Das Andere yang abadi.
Pengaruh Loos tidak hanya terbatas pada estetika; ia adalah seorang kritikus moral dan budaya yang menggunakan arsitektur sebagai medium untuk mengkritik masyarakatnya. Dengan menolak hiasan yang dangkal, Loos mendorong kita untuk mencari keindahan dalam esensi, kejujuran dalam konstruksi, dan perbedaan yang sehat antara apa yang kita tunjukkan kepada dunia dan apa yang kita hargai di ruang pribadi kita.