Alfa dan Omega dalam Alkitab: Makna Kekekalan dan Keilahian

Α Ω Alfa dan Omega (A & Ω)

Representasi visual dari awal dan akhir.

Gambar SVG yang menampilkan huruf Yunani besar Alfa (A) dan Omega (Ω) yang melambangkan awal dan akhir.

Ungkapan "Alfa dan Omega" (atau Alpha dan Omega) adalah salah satu metafora teologis paling mendalam yang ditemukan dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru. Istilah ini merujuk pada huruf pertama (Alfa) dan huruf terakhir (Omega) dari alfabet Yunani kuno. Dalam konteks religius, penggunaan simbol ini jauh melampaui sekadar referensi linguistik; ia merupakan pernyataan kuat mengenai kekekalan, kesempurnaan, dan sifat ilahi dari subjek yang dikaitkan dengannya, yaitu Yesus Kristus.

Asal Mula dalam Kitab Wahyu

Penampakan utama dari konsep ini terdapat dalam Kitab Wahyu (atau Apokalips) yang ditulis oleh Yohanes. Di sana, gelar ini digunakan beberapa kali untuk menegaskan identitas dan otoritas Kristus. Ayat kunci yang mendefinisikan makna ini adalah Wahyu 1:8, di mana Sang Tuhan berbicara: "Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang telah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."

Ketika gelar ini digunakan untuk merujuk kepada Allah Bapa ("Yang Mahakuasa"), dan kemudian dalam Wahyu 22:13 juga digunakan oleh Yesus sendiri, hal ini secara tegas menghubungkan Kristus dengan keabadian dan kedaulatan mutlak Tuhan atas waktu. Ia adalah permulaan dari segala sesuatu, dan Ia jugalah penentu akhir dari segala sesuatu. Tidak ada yang terjadi sebelum Ia ada, dan tidak ada yang akan melampaui rencana-Nya.

Implikasi Teologis: Kekekalan dan Keilahian

Makna Alfa dan Omega berakar pada konsep bahwa Tuhan itu kekal—tidak terbatas oleh permulaan maupun akhir. Dalam pemikiran Yahudi kuno, konsep kekekalan sering kali diwakili oleh atribut lain, tetapi dalam lingkungan Helenistik (Yunani) tempat Perjanjian Baru ditulis, penggunaan Alfa dan Omega adalah cara yang sangat efektif untuk menyampaikan ide kesempurnaan temporal dan eksistensial.

Ketika Kristus disebut sebagai Alfa dan Omega, ini menegaskan keilahian-Nya. Ia bukan sekadar tokoh sejarah yang memiliki awal dan akhir; Ia setara dengan Bapa dalam hal keberadaan abadi. Ia hadir sebelum penciptaan (Alfa) dan akan tetap ada setelah semua ciptaan selesai (Omega). Hal ini juga mencakup janji kepastian: rencana penebusan Allah dimulai dari awal sejarah dan akan terpenuhi sepenuhnya pada kedatangan-Nya yang kedua.

Alfa dan Omega dalam Konteks Kehidupan

Bagi orang percaya, pengakuan bahwa Kristus adalah Alfa dan Omega memberikan rasa aman dan tujuan hidup. Jika Dia adalah awal dari segala sesuatu, maka kehidupan kita memiliki fondasi yang kokoh dan tidak sia-sia. Jika Dia adalah akhir dari segala sesuatu, maka semua perjuangan, penderitaan, dan harapan kita akan bertemu pada titik penyelesaian yang ditetapkan oleh-Nya.

Gelar ini juga menyinggung tentang kesempurnaan pekerjaan-Nya. Alfa menunjukkan bahwa segala sesuatu berasal dari Kristus (Yohanes 1:3: "Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada yang jadi dari segala yang telah dijadikan"), sementara Omega memastikan bahwa Dia jugalah tujuan akhir (telos) dari semua ciptaan—kembali kepada-Nya sebagai sumber dan tujuan akhir dari segala keberadaan. Dalam kerangka pemikiran ini, tidak ada ruang untuk keraguan mengenai otoritas atau kebenaran pesan-pesan ilahi yang disampaikan dalam kitab suci.

Secara ringkas, penamaan Alfa dan Omega adalah sebuah mahkota kehormatan yang diberikan kepada Kristus, menyatakan bahwa Dia adalah satu-satunya titik acuan mutlak dalam kosmos, meliputi semua waktu, ruang, dan eksistensi. Ia adalah penutup dari sebuah lingkaran yang tak terputus, cerminan sempurna dari Tuhan yang tak terbatas.

🏠 Homepage