Ilustrasi sederhana alat altimeter.
Altimeter, berasal dari bahasa Latin 'altus' yang berarti tinggi, adalah instrumen penting yang digunakan untuk mengukur ketinggian suatu titik di atas permukaan laut standar atau di atas permukaan tanah tertentu. Meskipun kini sering dihubungkan dengan teknologi digital dan GPS, prinsip dasar altimeter telah berevolusi dari alat mekanis sederhana menjadi sensor presisi tinggi yang vital dalam penerbangan, pendakian gunung, dan bahkan dalam perangkat elektronik sehari-hari seperti ponsel pintar.
Ada beberapa jenis altimeter yang digunakan berdasarkan prinsip kerjanya, namun yang paling klasik dan fundamental adalah altimeter barometrik. Altimeter jenis ini bekerja berdasarkan hubungan terbalik antara tekanan udara dan ketinggian. Semakin tinggi suatu lokasi berada, semakin rendah tekanan atmosfer di lokasi tersebut karena jumlah udara di atasnya berkurang.
Altimeter barometrik menggunakan kapsul aneroid (sebuah wadah logam fleksibel yang sebagian udaranya telah dikeluarkan) yang akan mengembang atau mengerut tergantung pada tekanan udara di sekitarnya. Perubahan volume pada kapsul aneroid ini kemudian diterjemahkan melalui mekanisme roda gigi presisi untuk menggerakkan jarum penunjuk pada dial yang telah dikalibrasi untuk menampilkan ketinggian dalam satuan meter atau kaki. Untuk memastikan pembacaan yang akurat, altimeter barometrik harus secara berkala dikalibrasi ulang menggunakan titik referensi tekanan udara lokal yang diketahui (setting QNH).
Dalam dunia aviasi, altimeter adalah salah satu instrumen penerbangan yang paling kritis. Pilot mengandalkan altimeter barometrik untuk menjaga jarak vertikal yang aman antara pesawat mereka dan pesawat lain, serta antara pesawat dan medan di bawahnya. Kesalahan dalam pembacaan atau kalibrasi altimeter dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, pesawat modern dilengkapi dengan sistem altimetri yang redundan dan sangat akurat, seringkali dikombinasikan dengan sistem peringatan ketinggian otomatis.
Selain altimeter barometrik, pesawat modern juga menggunakan altimeter radio (radar altimeter). Berbeda dengan altimeter barometrik yang mengukur ketinggian di atas permukaan laut rata-rata (Above Mean Sea Level/AMSL), radar altimeter mengirimkan gelombang elektromagnetik ke tanah dan mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang tersebut untuk memantul kembali. Ini memberikan pembacaan ketinggian sebenarnya di atas permukaan tanah (Above Ground Level/AGL), yang sangat penting saat mendekati pendaratan.
Dengan kemajuan teknologi, penggunaan altimeter meluas ke luar penerbangan. Smartphone dan perangkat navigasi kini sering dilengkapi dengan sensor tekanan terintegrasi (micro-electromechanical systems/MEMS) yang berfungsi sebagai altimeter barometrik mini. Data dari sensor ini memungkinkan aplikasi navigasi untuk memberikan estimasi ketinggian yang lebih baik saat melacak jejak pendakian atau lari di dataran tinggi, meskipun akurasinya cenderung lebih rendah dibandingkan alat profesional karena variabilitas cuaca mikro di permukaan tanah.
Perlu dicatat bahwa sistem penentuan posisi global (GPS) juga dapat memberikan data ketinggian. Namun, data ketinggian GPS seringkali kurang akurat dibandingkan data horizontal karena cara satelit memancarkan sinyal dan potensi kesalahan dalam model ellipsoid bumi yang digunakan. Oleh karena itu, dalam situasi kritis, pembacaan dari altimeter barometrik yang dikalibrasi masih dianggap superior untuk presisi vertikal.
Altimeter, baik yang mengandalkan prinsip tekanan udara maupun gelombang radio, tetap menjadi alat ukur ketinggian yang tak tergantikan. Dari navigasi udara yang menuntut presisi milidetik hingga kemudahan pelacakan aktivitas luar ruangan di ponsel, pemahaman tentang bagaimana instrumen ini bekerja memberikan apresiasi mendalam terhadap fisika atmosfer dan teknologi pengukuran yang memungkinkan manusia menjelajahi ketinggian dengan aman dan terukur.