Amalan Rabu Wekasan Menurut NU Online

Ilustrasi Ritual Keagamaan

Memahami Makna Rabu Wekasan

Rabu Wekasan, atau dalam bahasa Jawa disebut "Rebo Wekasan," adalah sebuah tradisi yang diperingati oleh sebagian umat Islam, khususnya di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dan masyarakat Jawa. Hari ini jatuh pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Dalam tradisi keagamaan yang berkembang di Nusantara, bulan Safar sering kali dianggap sebagai bulan di mana banyak bala dan musibah diturunkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, Rabu Wekasan menjadi momentum penting untuk melakukan ritual penolakan bala dan memohon perlindungan.

Berdasarkan pandangan yang berkembang di kalangan pesantren dan ajaran yang seringkali disebarkan melalui kanal NU Online, Rabu Wekasan bukanlah hari yang secara eksplisit diperintahkan dalam syariat Islam murni, melainkan sebuah bentuk tafa'ul (mencari pertanda baik) dan tawassul (meminta pertolongan) melalui doa dan amalan yang diajarkan oleh para ulama terdahulu. Tujuannya bukan untuk menyalahkan bulan Safar, melainkan sebagai bentuk ikhtiar spiritual dalam menghadapi potensi kesulitan.

Amalan Utama di Hari Rabu Wekasan

NU Online seringkali menekankan bahwa amalan yang dilakukan pada Rabu Wekasan harus berlandaskan pada akidah Ahlussunnah wal Jama'ah, yaitu memadukan antara tawakal (berserah diri sepenuhnya kepada Allah) dan ikhtiar (melakukan usaha lahiriah dan batiniyah). Berikut adalah beberapa amalan yang umumnya dianjurkan:

1. Membaca Doa Khusus Penolak Bala

Ini adalah inti dari peringatan Rabu Wekasan. Doa yang sering dibaca adalah doa yang secara khusus memohon perlindungan dari segala bentuk penyakit, musibah, dan bencana yang diturunkan pada hari tersebut. Doa ini biasanya dibaca setelah salat Duhur atau Ashar, atau setelah shalat Hajat khusus yang dilakukan pada malam Rabu.

2. Memperbanyak Ibadah dan Dzikir

Seperti hari-hari besar Islam lainnya, memperbanyak ibadah adalah sunnah yang utama. Ini mencakup:

3. Sedekah dan Bersilaturahmi

Memberikan sedekah (infaq) pada hari Rabu Wekasan juga dianggap sebagai cara ampuh untuk menolak bala. Sedekah dapat disalurkan kepada fakir miskin atau digunakan untuk kegiatan sosial keagamaan. Selain itu, mempererat silaturahmi dengan keluarga, tetangga, dan sesama muslim juga dianjurkan untuk menciptakan lingkungan yang penuh rahmat dan kasih sayang.

Perspektif NU Terhadap Tradisi Ini

Penting untuk dicatat bahwa pandangan NU mengenai Rabu Wekasan selalu menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini hanyalah atas kehendak dan izin Allah SWT. Tradisi ini bukanlah bentuk khurafat atau syirik, selama niat pelakunya adalah mencari ridha Allah dan meyakini bahwa penolak bala yang sesungguhnya adalah doa dan ketakwaan kepada-Nya.

Dalam konteks modern dan jangkauan informasi yang luas melalui platform seperti NU Online, tradisi ini lebih diformulasikan sebagai sarana tadzkirah (pengingat) akan kefanaan hidup dan pentingnya selalu waspada (taqwa) dalam setiap waktu. Amalan yang dilakukan diyakini akan memberikan ketenangan batin dan menjadi wasilah (perantara) terkabulnya doa, bukan sebagai jimat penolak musibah yang bekerja secara independen dari kekuasaan Allah.

Dengan demikian, menjalankan amalan Rabu Wekasan sesuai panduan NU Online adalah bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur yang telah disaring melalui kaidah keilmuan Islam yang kuat, sambil senantiasa menjaga tauhid yang murni.

🏠 Homepage