Ilustrasi bentuk sediaan obat suppositoria.
Analgesik suppositoria adalah salah satu bentuk sediaan obat yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh, seperti rektum (dubur) atau vagina. Secara spesifik, suppositoria analgesik digunakan untuk meredakan nyeri (analgesik) ketika pemberian obat melalui mulut (oral) tidak memungkinkan atau kurang efektif. Bentuk obat ini padat pada suhu kamar, tetapi akan meleleh atau larut pada suhu tubuh, memungkinkan zat aktif obat diserap oleh membran mukosa setempat atau dilepaskan ke dalam aliran darah sistemik.
Bahan dasar suppositoria umumnya terdiri dari minyak kakao (cocoa butter) atau basis larut air seperti polietilen glikol (PEG). Basis ini berfungsi sebagai pembawa yang stabil dan memastikan pelepasan obat yang terkontrol setelah dimasukkan. Suppositoria menawarkan keuntungan unik, terutama pada pasien yang mengalami mual parah, muntah terus-menerus, atau kesulitan menelan (disfagia).
Meskipun penggunaannya mungkin kurang umum dibandingkan tablet atau kapsul, suppositoria memiliki peran klinis yang penting. Beberapa keunggulan utamanya meliputi:
Suppositoria analgesik sering diresepkan untuk berbagai kondisi nyeri, terutama yang bersifat sedang hingga berat, atau ketika rute oral terganggu. Beberapa indikasi umum meliputi:
Ketika suppositoria dimasukkan ke dalam rektum, suhu tubuh menyebabkan basis obat meleleh. Zat aktif yang terkandung kemudian dilepaskan. Penyerapan obat dari rektum relatif bervariasi. Bagian atas rektum menyalurkan darahnya ke vena porta hepatika (sehingga mengalami metabolisme hati), namun bagian bawah dan tengah menyalurkan darahnya langsung ke vena kava inferior, menghindari hati.
Efek pereda nyeri umumnya dimulai dalam waktu 15 hingga 45 menit, tergantung pada komposisi basis dan jenis analgesik di dalamnya. Penting untuk diperhatikan bahwa bioavailabilitas (jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik) melalui rute rektal bisa lebih rendah dan kurang dapat diprediksi dibandingkan rute oral atau intravena.
Meskipun menawarkan keuntungan besar, penggunaan suppositoria memerlukan pertimbangan khusus. Pasien atau perawat harus dilatih mengenai teknik pemasangan yang benar untuk memastikan obat terdorong cukup jauh ke dalam rektum dan tidak langsung keluar.
Efek samping yang paling umum terkait dengan penggunaan rektal adalah iritasi lokal, rasa tidak nyaman, atau dorongan untuk buang air besar segera setelah pemasangan. Selain itu, pasien harus berhati-hati dalam memilih jenis suppositoria, karena variasi basis (lemak vs. larut air) sangat mempengaruhi kecepatan pelepasan obat. Selalu konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional mengenai dosis dan frekuensi penggunaan analgesik suppositoria untuk memastikan keamanan dan efikasi terapi nyeri yang optimal.