Dalam ajaran Islam, banyak ayat Al-Qur'an yang memiliki energi spiritual mendalam, tidak hanya sebagai petunjuk moral tetapi juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT, termasuk memohon kemudahan dalam urusan kasih sayang dan hubungan antarmanusia. Salah satu ayat yang sering dirujuk dalam konteks memohon **pengasihan** atau simpati adalah Surah Ar-Rad (Guntur) ayat 31.
Meskipun Al-Qur'an secara eksplisit tidak memberikan "mantra" untuk menaklukkan hati seseorang, konsep pengasihan dalam Islam sangat erat kaitannya dengan keikhlasan, tawakkal, dan memohon rahmat Allah. Ar-Rad ayat 31 memberikan landasan kuat bahwa segala sesuatu yang terjadi—termasuk perubahan hati seseorang—adalah atas izin dan kekuasaan mutlak Allah.
Teks dan Makna Ar-Rad Ayat 31
(Artinya: Seandainya ada suatu bacaan (Al-Qur'an) yang dengan itu gunung-gunung dapat diguncang, atau bumi dapat dibelah, atau orang-orang mati dapat diajak bicara, (maka itulah Al-Qur'an itu). Tetapi segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka orang-orang yang beriman belum mengetahui (kepastiannya) bahwa seandainya Allah menghendaki, tentu Dia akan memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan apa yang telah mereka perbuat atau bencana itu terjadi dekat tempat tinggal mereka, sampai datang janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya.)
Konteks Pengasihan dalam Ayat Ini
Pada pandangan pertama, ayat ini mungkin tampak jauh dari pembahasan tentang hubungan interpersonal atau pengasihan. Ayat 31 Surah Ar-Rad menekankan superioritas dan kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu. Ayat ini menegaskan bahwa seandainya Al-Qur'an memiliki kekuatan fisik untuk membelah bumi atau menghidupkan orang mati, semua itu tetaplah berada di bawah kehendak Allah. Inti pesan di sini adalah: **Segala urusan berada di tangan Allah (بَل لِلَّهِ الأَمْرُ جَمِيعًا).**
Lalu, bagaimana ini relevan dengan pengasihan? Relevansi muncul pada bagian akhir ayat yang menegur orang-orang yang beriman karena belum memahami sepenuhnya bahwa jika Allah menghendaki, Dia bisa saja memberi petunjuk kepada seluruh umat manusia. Dalam konteks memohon pengasihan, ini mengajarkan kita untuk berserah diri sepenuhnya. Jika kita ingin melunakkan hati seseorang—baik itu pasangan, calon mertua, atau siapapun—kekuatan utama kita bukanlah mantra atau ritual semata, melainkan keyakinan bahwa hati manusia berada dalam genggaman Allah.
Pendekatan Spiritual Pengasihan yang Benar
Para ulama dan praktisi spiritual sering mengambil semangat ayat ini sebagai dasar untuk segala permohonan, termasuk pengasihan. Bukan sekadar membaca teksnya, melainkan menghayati maknanya:
- Menguatkan Tawakkal: Dengan merenungi bahwa Allah mengatur segalanya, seseorang yang memohon pengasihan akan lebih fokus pada perbaikan diri dan memohon kepada Dzat yang Maha Menggerakkan hati, daripada hanya bergantung pada usaha lahiriah.
- Penghargaan Kekuatan Doa: Ayat ini membuktikan bahwa Al-Qur'an memiliki daya dahsyat. Meskipun ayat ini berbicara tentang daya fisik, penggunaannya sebagai pengasihan didasari keyakinan bahwa Kalamullah adalah pembuka pintu rahmat dan kasih sayang.
- Niat yang Murni: Pengasihan yang didasari ayat suci harus selalu didasari niat yang baik, untuk menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan, bukan untuk paksaan atau tujuan negatif.
Pengamalan Ar-Rad ayat 31 untuk memohon pengasihan seringkali dilakukan dengan cara membaca ayat tersebut secara rutin (misalnya setelah salat fardu atau malam hari), sambil memvisualisasikan harapan akan datangnya rasa kasih sayang dan penerimaan dari pihak yang dituju, sambil selalu menyertakan doa memohon keridhaan Allah. Ini adalah sebuah ritual spiritual yang menekankan bahwa hasil akhir sepenuhnya di luar kendali kita, tetapi upaya dan doa kita harus maksimal.
Penutup: Kekuatan Keimanan
Inti dari penggunaan Surah Ar-Rad ayat 31 untuk tujuan pengasihan terletak pada penegasan bahwa tidak ada kekuatan yang bisa menandingi kehendak Allah. Ketika hati seorang Muslim tertuju sepenuhnya kepada Pencipta, memohon agar hati manusia lain menjadi lembut dan terbuka, maka dengan rahmat-Nya, hal itu dapat terwujud. Ini mengajarkan kesabaran spiritual; menunggu janji Allah datang, karena Allah tidak pernah menyalahi janji-Nya.