Shalat adalah tiang agama, sebuah ritual fundamental dalam Islam yang menjadi media komunikasi langsung seorang hamba dengan Penciptanya. Dalam setiap rakaat shalat, terdapat rangkaian gerakan dan bacaan yang memiliki makna mendalam dan hikmah yang luar biasa. Salah satu bagian terpenting dari shalat yang sering kali diucapkan secara rutin, namun mungkin belum sepenuhnya dipahami maknanya oleh sebagian besar umat Muslim, adalah bacaan Tahiyat. Bacaan ini, yang juga dikenal sebagai Tasyahhud, merupakan momen refleksi, pujian, dan doa yang sarat akan pengajaran tauhid, penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, serta doa untuk diri sendiri dan seluruh hamba Allah yang saleh.
Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal mengenai bacaan Tahiyat, mulai dari sejarah singkatnya, hukum dan kedudukannya dalam shalat, lafaz bacaan Tahiyat awal dan akhir lengkap dengan transliterasi dan terjemahannya, penjelasan makna per kalimat, tata cara duduk dan gerakan jari, hingga variasi bacaan menurut berbagai madzhab fikih. Kami juga akan membahas keutamaan, hikmah, serta kesalahan umum yang sering terjadi dan cara memperbaikinya. Dengan pemahaman yang mendalam, diharapkan setiap Muslim dapat melaksanakan Tahiyat dengan khusyuk dan penuh penghayatan, sehingga shalatnya menjadi lebih sempurna dan bermakna.
1. Sejarah Singkat dan Kedudukan Tahiyat dalam Shalat
Tahiyat, atau Tasyahhud, adalah bagian dari shalat yang memiliki sejarah unik dan kedudukan yang sangat penting. Asal-usul bacaan Tahiyat ini merujuk pada peristiwa Isra' Mi'raj, sebuah perjalanan spiritual agung yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanan tersebut, ketika beliau bertemu langsung dengan Allah SWT, terjadi dialog antara Allah dan Rasulullah. Nabi Muhammad SAW mengucapkan:
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ
"At-Tahiyyatu al-Mubarakatush Shalawatut Thayyibatulillah."
"Segala kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan hanya bagi Allah."
Kemudian, Allah SWT menjawab dengan salam:
السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
"Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh."
"Keselamatan atasmu wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan keberkahan-Nya."
Mendengar salam tersebut, para malaikat dan Nabi Muhammad SAW membalas:
السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
"Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis Shalihin."
"Keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh."
Dialog ilahi dan nabawi inilah yang kemudian diajarkan kepada umat Muslim untuk diulang dalam setiap shalat, sebagai pengingat akan kebesaran Allah, kemuliaan Rasulullah, dan doa persatuan bagi seluruh umat. Sejak saat itu, Tahiyat menjadi bagian tak terpisahkan dari shalat. Dalam konteks fikih, kedudukan Tahiyat sangat sentral. Mayoritas ulama dan madzhab fikih mengkategorikan Tahiyat (terutama Tahiyat Akhir) sebagai salah satu rukun shalat, yang berarti shalat tidak sah tanpanya. Sedangkan Tahiyat Awal memiliki status yang berbeda, ada yang menganggapnya wajib dan ada yang sunnah muakkadah, dengan konsekuensi hukum Sujud Sahwi jika ditinggalkan.
1.1. Hukum Tahiyat Awal
Tahiyat Awal adalah bacaan dan duduk tasyahhud yang dilakukan pada rakaat kedua dalam shalat yang lebih dari dua rakaat (misalnya shalat Zuhur, Asar, Magrib, Isya). Mengenai hukumnya, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama:
- Madzhab Syafi'i dan Hanbali: Menganggap Tahiyat Awal sebagai sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Jika seseorang meninggalkannya secara sengaja atau lupa, shalatnya tetap sah namun disunnahkan untuk melakukan Sujud Sahwi.
- Madzhab Hanafi: Menganggap Tahiyat Awal sebagai wajib. Jika ditinggalkan, baik sengaja maupun lupa, shalatnya tetap sah namun wajib melakukan Sujud Sahwi. Jika tidak melakukan Sujud Sahwi, shalatnya sah tetapi makruh tahrim (mendekati haram) dan perlu diulang.
- Madzhab Maliki: Menganggap duduk Tahiyat Awal sebagai sunnah, sedangkan bacaannya juga sunnah. Jika ditinggalkan, disunnahkan Sujud Sahwi.
Meskipun ada perbedaan dalam penetapan hukumnya, semua madzhab sepakat bahwa Tahiyat Awal adalah bagian penting dari shalat yang tidak boleh diabaikan. Kesepakatan pada disunnahkannya Sujud Sahwi menunjukkan pentingnya untuk menjaga kelengkapan dan kesempurnaan shalat.
1.2. Hukum Tahiyat Akhir
Tahiyat Akhir adalah bacaan dan duduk tasyahhud yang dilakukan pada rakaat terakhir dari setiap shalat. Mengenai hukumnya, mayoritas ulama dan madzhab fikih sepakat:
- Madzhab Syafi'i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali: Menganggap Tahiyat Akhir (baik duduk maupun bacaannya) sebagai rukun shalat. Ini berarti shalat tidak sah jika Tahiyat Akhir ditinggalkan, baik sengaja maupun lupa, dan tidak bisa diganti dengan Sujud Sahwi. Wajib mengulangi shalat tersebut dari awal.
Konsensus ini menunjukkan betapa fundamentalnya Tahiyat Akhir dalam struktur shalat. Ini adalah puncak dari pujian, pengakuan tauhid, shalawat, dan doa sebelum mengucapkan salam sebagai penutup shalat.
2. Bacaan Tahiyat Awal (Tasyahhud Awal)
Tahiyat Awal dibaca pada rakaat kedua dalam shalat tiga atau empat rakaat. Duduk pada Tahiyat Awal adalah duduk Iftirasy, yaitu duduk di atas telapak kaki kiri yang dibentangkan, sementara telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari menghadap kiblat. Berikut adalah lafaz bacaan Tahiyat Awal:
Lafaz Bacaan Tahiyat Awal
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
"At-Tahiyyatu al-Mubarakatush Shalawatut Thayyibatulillah. Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis Shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah."
"Segala penghormatan, keberkahan, rahmat dan kebaikan hanya bagi Allah. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Semoga keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."
Penjelasan Makna per Kalimat Tahiyat Awal
Memahami makna setiap kalimat akan menambah kekhusyukan dalam shalat. Mari kita bedah setiap bagian:
2.1. "At-Tahiyyatu al-Mubarakatush Shalawatut Thayyibatulillah"
- At-Tahiyyatu (التحيات): Berasal dari kata tahiyyah (تحية) yang berarti kehormatan, penghormatan, atau salam. Ini mencakup segala bentuk penghormatan dan pengagungan yang layak diberikan. Dalam konteks ini, kita mengakui bahwa segala bentuk penghormatan tertinggi hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT, karena Dia adalah Dzat yang Maha Agung dan Maha Mulia. Ini menafikan segala bentuk penghormatan yang berlebihan kepada makhluk.
- Al-Mubarakatu (المباركات): Berasal dari kata barakah (بركة) yang berarti keberkahan, pertumbuhan, dan kebaikan yang melimpah. Kita mengakui bahwa segala keberkahan yang ada di alam semesta ini, baik yang terlihat maupun tidak, berasal dari Allah SWT. Dialah sumber segala kebaikan dan pertumbuhan.
- As-Salawatu (الصلوات): Berasal dari kata shalat (صلاة) yang berarti doa, pujian, dan ibadah. Dalam konteks ini, ia bisa diartikan sebagai segala bentuk ibadah lisan dan amalan yang mendekatkan diri kepada Allah, seperti shalat itu sendiri, zikir, dan doa-doa. Semua bentuk ibadah dan pujian ini adalah milik Allah semata.
- At-Thayyibatu (الطيبات): Berasal dari kata thayyib (طيب) yang berarti segala sesuatu yang baik, suci, dan murni. Ini mencakup segala perkataan, perbuatan, dan niat yang baik dan suci. Kita menyatakan bahwa semua kebaikan dan kesucian adalah milik Allah SWT.
- Lillah (لله): Artinya "hanya bagi Allah" atau "milik Allah". Ini adalah penegasan tauhid, bahwa segala jenis penghormatan, keberkahan, ibadah, dan kebaikan mutlak hanya ditujukan kepada Allah SWT, tidak ada sekutu bagi-Nya. Ini adalah deklarasi penyerahan diri total kepada keesaan-Nya.
Secara keseluruhan, kalimat ini adalah pengakuan bahwa semua bentuk kesempurnaan, keagungan, dan kebaikan adalah milik Allah SWT semata. Ini adalah fondasi dari keimanan kita, mengingatkan bahwa kita harus mengarahkan segala puji dan pengagungan hanya kepada-Nya.
2.2. "Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh"
- Assalamu 'alaika (السلام عليك): Artinya "Semoga keselamatan atasmu". Ini adalah bentuk salam, doa keselamatan, dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Ini adalah bagian yang unik, di mana kita secara langsung menyapa dan mendoakan Nabi, seolah-olah beliau berada di hadapan kita. Ini menunjukkan kedudukan istimewa Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah.
- Ayyuhan Nabiyyu (أيها النبي): Artinya "Wahai Nabi". Ini adalah panggilan langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Meskipun beliau telah wafat, para ulama menjelaskan bahwa salam ini sampai kepada beliau melalui para malaikat. Ini adalah momen untuk mengingat dan menghormati perjuangan beliau dalam menyampaikan Islam.
- Wa rahmatullahi (ورحمة الله): Artinya "dan rahmat Allah". Kita mendoakan agar rahmat dan kasih sayang Allah senantiasa meliputi Nabi Muhammad SAW. Rahmat Allah adalah sumber segala kebaikan dan ampunan.
- Wa barakatuh (وبركاته): Artinya "dan keberkahan-Nya". Kita juga mendoakan agar keberkahan Allah yang melimpah senantiasa menyertai Nabi Muhammad SAW.
Bagian ini adalah ekspresi cinta dan penghormatan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Ini mengingatkan kita akan jasa beliau yang tak terhingga dalam membimbing umat manusia menuju kebenaran. Dengan mengucapkan salam ini, kita memperbarui ikatan spiritual kita dengan Rasulullah.
2.3. "Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis Shalihin"
- Assalamu 'alaina (السلام علينا): Artinya "Keselamatan atas kami". Setelah mendoakan Nabi, kita kemudian mendoakan keselamatan untuk diri kita sendiri yang sedang shalat. Ini adalah doa universal yang mencakup setiap individu yang mengucapkannya.
- Wa 'ala 'ibadillahis Shalihin (وعلى عباد الله الصالحين): Artinya "dan atas hamba-hamba Allah yang saleh". Ini adalah doa yang sangat indah dan inklusif. Kita mendoakan keselamatan dan keberkahan bagi seluruh hamba Allah yang saleh, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, di seluruh penjuru dunia. Ini menunjukkan semangat persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah) dan mengingatkan kita bahwa kita adalah bagian dari komunitas yang lebih besar, umat Muhammad SAW. Ini juga doa agar kita semua digolongkan ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang saleh.
Bagian ini menunjukkan sisi universalitas Islam, di mana doa tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk seluruh umat. Ini menanamkan rasa kebersamaan dan solidaritas.
2.4. "Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah"
- Asyhadu an la ilaha illallah (أشهد أن لا إله إلا الله): Artinya "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah". Ini adalah inti dari tauhid, rukun Islam yang pertama dan paling fundamental. Ini adalah deklarasi keyakinan kita bahwa tidak ada yang berhak disembah, ditaati, dan diagungkan kecuali Allah SWT. Ini adalah momen untuk memperbarui syahadat kita dalam setiap shalat.
- Wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah (وأشهد أن محمداً رسول الله): Artinya "dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah". Ini adalah bagian kedua dari syahadat, pengakuan kita terhadap kenabian Muhammad SAW. Ini menegaskan bahwa beliau adalah utusan terakhir Allah yang membawa risalah kebenaran. Mengucapkan ini berarti kita menerima ajaran-ajaran beliau dan menjadikannya teladan.
Kedua syahadat ini adalah fondasi keimanan seorang Muslim. Mengucapkannya dalam Tahiyat adalah penegasan kembali komitmen kita terhadap Islam, bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya.
2.5. Tata Cara Duduk dan Gerakan Jari pada Tahiyat Awal
Dalam Tahiyat Awal, posisi duduk yang disunnahkan adalah Iftirasy. Caranya:
- Duduk dengan telapak kaki kiri dibentangkan dan diduduki.
- Telapak kaki kanan ditegakkan, dengan jari-jari kaki kanan menghadap kiblat.
- Kedua tangan diletakkan di atas paha atau lutut, dengan jari-jari tangan kanan menggenggam kecuali jari telunjuk yang diacungkan.
- Pada saat mengucapkan "إِلَّا اللَّهُ" (illa Allah) dalam kalimat syahadat, jari telunjuk kanan diangkat sebagai isyarat tauhid (keesaan Allah) dan dipertahankan hingga akhir tasyahhud atau hingga salam (menurut beberapa madzhab).
Catatan: Gerakan jari telunjuk ini memiliki makna yang dalam sebagai simbol penegasan tauhid. Ada perbedaan pendapat ulama mengenai kapan persisnya jari diangkat dan kapan diturunkan, namun yang terpenting adalah esensi dari isyarat tersebut.
3. Bacaan Tahiyat Akhir (Tasyahhud Akhir)
Tahiyat Akhir dibaca pada rakaat terakhir dari setiap shalat. Duduk pada Tahiyat Akhir adalah duduk Tawarruk. Cara duduk Tawarruk adalah dengan menduduki tanah (lantai), sementara kaki kiri dikeluarkan ke arah kanan, dan telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari menghadap kiblat. Beberapa ulama juga membolehkan Iftirasy jika Tawarruk sulit dilakukan. Bacaan Tahiyat Akhir lebih panjang dari Tahiyat Awal karena ditambahkan dengan Shalawat Ibrahimiyah dan doa sebelum salam.
Lafaz Bacaan Tahiyat Akhir
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
"At-Tahiyyatu al-Mubarakatush Shalawatut Thayyibatulillah. Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis Shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh. Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim, wa barik 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim, fil 'alamina innaka Hamidum Majid."
"Segala penghormatan, keberkahan, rahmat dan kebaikan hanya bagi Allah. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Semoga keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Dan berikanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia."
Penjelasan Makna Tambahan pada Tahiyat Akhir: Shalawat Ibrahimiyah
3.1. "Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh"
Bagian ini sama seperti Tahiyat Awal, namun beberapa riwayat menambahkan lafaz "عَبْدُهُ" (abduhu) yang berarti "hamba-Nya" sebelum "utusan-Nya" (Rasulullah). Penambahan ini menekankan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang hamba Allah yang paling sempurna sebelum menjadi utusan-Nya, menghindarkan dari pengkultusan berlebihan, dan menegaskan status beliau sebagai manusia pilihan. Ini adalah deklarasi keyakinan kita bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
3.2. "Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim"
- Allahumma shalli 'ala Muhammad (اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ): "Ya Allah, berikanlah rahmat (shalawat) kepada Nabi Muhammad". Shalawat di sini bukan hanya doa biasa, melainkan permohonan kepada Allah agar mencurahkan rahmat, pujian, pengagungan, dan kemuliaan kepada Nabi Muhammad SAW.
- Wa 'ala aali Muhammad (وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ): "Dan kepada keluarga Nabi Muhammad". Termasuk di sini adalah keluarga dekat beliau, istri-istri, anak cucu, dan sebagian ulama memperluas maknanya hingga pengikut beliau yang setia.
- Kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim (كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ): "Sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim". Ini adalah tasybih (perumpamaan). Mengapa Nabi Ibrahim? Karena Nabi Ibrahim AS adalah Abul Anbiya' (bapak para nabi) dan merupakan figur sentral dalam sejarah monoteisme yang sangat dihormati oleh semua agama samawi. Keturunannya diberkahi dengan banyak nabi dan rasul. Dengan menyebut nama beliau, kita memohon agar rahmat yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya setinggi dan seluas rahmat yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, yang memiliki keutamaan besar di sisi Allah.
Shalawat Ibrahimiyah ini adalah bagian terpenting dari Tahiyat Akhir, menunjukkan pengagungan kita terhadap Nabi Muhammad SAW dan pengakuan akan kesinambungan risalah kenabian.
3.3. "Wa barik 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim"
- Wa barik 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad (وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ): "Dan berikanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad". Permohonan untuk mendapatkan keberkahan, yaitu bertambahnya kebaikan, kesucian, dan kelanggengan nikmat dari Allah.
- Kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim (كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ): "Sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim". Kembali menggunakan perumpamaan dengan Nabi Ibrahim, kita memohon agar keberkahan yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya juga setinggi dan seluas keberkahan yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Bagian ini menekankan aspek keberkahan, yaitu bertambahnya kebaikan dan kelanggengan nikmat, baik untuk Nabi Muhammad SAW maupun untuk umatnya.
3.4. "Fil 'alamina innaka Hamidum Majid"
- Fil 'alamina (فِي الْعَالَمِينَ): "Di seluruh alam". Ini menegaskan bahwa rahmat dan keberkahan yang dipohonkan itu berlaku di seluruh alam semesta, tidak terbatas pada satu waktu atau tempat saja.
- Innaka Hamidum Majid (إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ): "Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia". Ini adalah penutup shalawat yang mengagungkan Allah SWT.
- Hamid (حميد): Berarti Maha Terpuji, yang senantiasa layak menerima segala pujian.
- Majid (مجيد): Berarti Maha Mulia, yang memiliki keagungan dan kemuliaan sempurna.
Penutup ini mengembalikan segala pujian dan kemuliaan kepada Allah SWT, Dzat yang memiliki kekuasaan penuh untuk mengabulkan doa dan yang Maha Terpuji dalam segala sifat-Nya.
3.5. Doa Sebelum Salam (Disunnahkan Setelah Shalawat Ibrahimiyah)
Setelah selesai membaca Shalawat Ibrahimiyah, sangat disunnahkan untuk membaca doa sebelum mengucapkan salam. Doa ini diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW dan memiliki keutamaan yang besar. Doa yang paling umum dan dianjurkan adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
"Allahumma inni a'udzubika min 'adzabi Jahannam, wa min 'adzabil qabri, wa min fitnatil mahya wal mamati, wa min syarri fitnatil Masihid Dajjal."
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."
Doa ini mencakup permohonan perlindungan dari empat hal besar yang menjadi ancaman bagi keimanan dan keselamatan di akhirat:
- Min 'adzabi Jahannam (من عذاب جهنم): "Dari siksa neraka Jahanam". Permohonan perlindungan dari azab api neraka yang sangat pedih.
- Wa min 'adzabil qabri (ومن عذاب القبر): "Dan dari siksa kubur". Azab kubur adalah fase pertama dari kehidupan akhirat, yang merupakan pendahuluan dari azab neraka.
- Wa min fitnatil mahya wal mamati (ومن فتنة المحيا والممات): "Dan dari fitnah kehidupan dan kematian".
- Fitnah kehidupan (فتنة المحيا): Segala ujian, godaan, dan cobaan selama hidup di dunia, seperti godaan harta, kekuasaan, syahwat, dan penyimpangan akidah.
- Fitnah kematian (والممات): Ujian pada saat sakaratul maut dan setelah kematian, seperti pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur.
- Wa min syarri fitnatil Masihid Dajjal (ومن شر فتنة المسيح الدجال): "Dan dari keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal". Fitnah Dajjal adalah fitnah terbesar yang akan dialami umat manusia sebelum hari kiamat, di mana ia akan membawa kesesatan yang luar biasa.
Selain doa di atas, ada juga doa-doa lain yang bisa dibaca, misalnya memohon kebaikan dunia dan akhirat, memohon ampunan, dan sebagainya, sesuai dengan riwayat yang sahih. Salah satu contoh doa tambahan yang sering disebutkan adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsiran, wa la yaghfirudz dzunuba illa anta, faghfirli maghfiratan min 'indika warhamni, innaka antal Ghafurur Rahim."
"Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
3.6. Tata Cara Duduk dan Gerakan Jari pada Tahiyat Akhir
Pada Tahiyat Akhir, posisi duduk yang disunnahkan adalah Tawarruk. Caranya:
- Duduk dengan pinggul menyentuh lantai (tanah).
- Kaki kiri dikeluarkan ke arah kanan, dan telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki kanan menghadap kiblat.
- Kedua tangan diletakkan di atas paha atau lutut, dengan jari-jari tangan kanan menggenggam kecuali jari telunjuk yang diacungkan.
- Gerakan jari telunjuk pada Tahiyat Akhir sama seperti Tahiyat Awal, yaitu diacungkan sebagai isyarat tauhid (keesaan Allah) saat mengucapkan "إِلَّا اللَّهُ" (illa Allah) dan dipertahankan hingga akhir tasyahhud atau hingga salam (tergantung madzhab).
Catatan: Beberapa ulama membolehkan Iftirasy (duduk seperti Tahiyat Awal) pada Tahiyat Akhir jika duduk Tawarruk sulit atau tidak nyaman, terutama bagi wanita atau orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Namun, Tawarruk adalah posisi yang lebih afdhal (utama) menurut sebagian besar madzhab untuk Tahiyat Akhir.
4. Perbedaan Esensial Antara Tahiyat Awal dan Akhir
Meskipun memiliki bagian bacaan yang sama, Tahiyat Awal dan Akhir memiliki beberapa perbedaan mendasar yang penting untuk dipahami:
- Lafaz Bacaan:
- Tahiyat Awal: Lebih singkat, diakhiri dengan dua kalimat syahadat: "أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ".
- Tahiyat Akhir: Lebih panjang, ditambahkan dengan Shalawat Ibrahimiyah ("اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ...") dan disunnahkan membaca doa perlindungan sebelum salam. Beberapa riwayat syahadatnya juga menambahkan lafaz "عَبْدُهُ".
- Posisi Duduk:
- Tahiyat Awal: Duduk Iftirasy.
- Tahiyat Akhir: Duduk Tawarruk (disunnahkan, kecuali jika ada halangan).
- Hukum/Kedudukan dalam Shalat:
- Tahiyat Awal: Sunnah muakkadah atau wajib (tergantung madzhab), jika ditinggalkan wajib/disunnahkan Sujud Sahwi.
- Tahiyat Akhir: Rukun shalat, jika ditinggalkan shalat tidak sah dan harus diulang.
- Waktu Pelaksanaan:
- Tahiyat Awal: Dilakukan pada rakaat kedua dalam shalat yang lebih dari dua rakaat (Zuhur, Asar, Magrib, Isya).
- Tahiyat Akhir: Dilakukan pada rakaat terakhir dari semua shalat (termasuk shalat dua rakaat seperti Subuh atau shalat sunnah).
Memahami perbedaan ini membantu seorang Muslim melaksanakan shalat dengan lebih tepat dan sempurna sesuai tuntunan syariat.
5. Keutamaan dan Hikmah Bacaan Tahiyat
Bacaan Tahiyat bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah dialog spiritual yang sarat makna dan memiliki banyak keutamaan serta hikmah yang mendalam:
- Penegasan Tauhid: Kalimat "Asyhadu an la ilaha illallah..." adalah inti dari tauhid. Setiap kali kita mengucapkannya, kita memperbarui ikrar keesaan Allah, membebaskan diri dari syirik, dan meneguhkan keyakinan bahwa hanya Dia yang patut disembah. Ini adalah pengingat konstan akan tujuan penciptaan manusia.
- Penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW: Dengan mengucapkan salam kepada Nabi, kita menunjukkan cinta, rasa syukur, dan penghormatan atas perjuangan beliau dalam menyampaikan risalah Islam. Ini juga merupakan bentuk koneksi spiritual dengan Rasulullah, yang akan menjadi syafaat bagi kita di akhirat.
- Doa Universal: Ucapan "Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis Shalihin" adalah doa yang melampaui diri pribadi. Ini menumbuhkan rasa persaudaraan dan solidaritas antar Muslim, mendoakan kebaikan bagi seluruh hamba Allah yang saleh di muka bumi. Ini mengajarkan kita untuk tidak egois dalam berdoa.
- Pujian dan Pengagungan Allah: Bagian awal Tahiyat adalah kumpulan pujian dan pengagungan kepada Allah SWT atas segala kehormatan, keberkahan, ibadah, dan kebaikan yang semuanya adalah milik-Nya. Ini menanamkan rasa rendah diri di hadapan keagungan-Nya.
- Mengikuti Sunnah Nabi: Melaksanakan Tahiyat sesuai tuntunan adalah wujud ketaatan kepada Nabi Muhammad SAW dan mengikuti jejak beliau. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk mendapatkan kecintaan Allah.
- Mengingat Isra' Mi'raj: Bacaan Tahiyat adalah pengulangan dialog agung antara Allah dan Rasulullah, menjadi pengingat akan peristiwa Isra' Mi'raj yang menunjukkan kedekatan Nabi dengan Allah SWT dan kemuliaan beliau.
- Permohonan Perlindungan: Doa sebelum salam pada Tahiyat Akhir adalah permohonan perlindungan dari berbagai fitnah besar, termasuk azab neraka, azab kubur, fitnah hidup dan mati, serta fitnah Dajjal. Ini adalah benteng spiritual bagi seorang Muslim.
- Peningkatan Kekhusyukan: Memahami makna Tahiyat secara mendalam akan membantu meningkatkan kekhusyukan dalam shalat. Setiap kata yang terucap akan diresapi dengan penuh kesadaran, mengubah rutinitas menjadi ibadah yang penuh penghayatan.
- Sebab Turunnya Rahmat dan Ampunan: Shalawat Ibrahimiyah yang kita bacakan adalah bentuk ibadah yang sangat dicintai Allah. Dengan bershalawat kepada Nabi, kita berharap mendapatkan rahmat, keberkahan, dan ampunan dari Allah SWT.
- Tafakkur dan Tadabbur: Momen Tahiyat adalah waktu yang tepat untuk bertafakkur (merenung) dan bertadabbur (menghayati) akan kebesaran Allah, kenabian Muhammad SAW, dan posisi kita sebagai hamba. Ini adalah jeda spiritual di tengah rutinitas shalat untuk menguatkan iman.
6. Variasi Bacaan Tahiyat Berdasarkan Madzhab Fikih
Ada beberapa riwayat hadis tentang bacaan Tahiyat dari Nabi Muhammad SAW, sehingga para ulama dari berbagai madzhab fikih memiliki sedikit perbedaan dalam lafaz yang mereka anggap paling shahih dan utama. Perbedaan ini adalah rahmat dan tidak mengurangi keabsahan shalat selama intinya tetap sama. Berikut adalah beberapa variasi bacaan Tahiyat yang populer di kalangan madzhab-madzhab utama:
6.1. Bacaan Tahiyat Menurut Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi umumnya menggunakan riwayat dari Abdullah bin Mas'ud RA, yang juga merupakan riwayat yang paling umum dikenal di Indonesia.
Tahiyat Awal dan Akhir (Hanafi)
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
"At-Tahiyyatu lillahi was shalawatu wat thayyibat. Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis Shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh."
"Segala kehormatan bagi Allah, dan segala rahmat dan kebaikan. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Semoga keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
Catatan: Untuk Tahiyat Akhir, setelah syahadat ini, disambung dengan Shalawat Ibrahimiyah yang telah disebutkan sebelumnya.
6.2. Bacaan Tahiyat Menurut Madzhab Maliki
Madzhab Maliki juga cenderung mengacu pada riwayat Umar bin Khattab dan lainnya. Ada sedikit perbedaan di awal.
Tahiyat Awal dan Akhir (Maliki)
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
"At-Tahiyyatu lillah, Az-Zakiyyatu lillah, At-Thayyibatu As-Salawatu lillah. Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis Shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh."
"Segala kehormatan bagi Allah, segala kesucian bagi Allah, segala kebaikan dan segala rahmat bagi Allah. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Semoga keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
Catatan: Untuk Tahiyat Akhir, setelah syahadat ini, disambung dengan Shalawat Ibrahimiyah.
6.3. Bacaan Tahiyat Menurut Madzhab Syafi'i
Madzhab Syafi'i umumnya mengikuti riwayat Abdullah bin Abbas RA. Ini adalah variasi yang sangat umum di banyak negara, termasuk Indonesia, dan mirip dengan yang dijelaskan di awal artikel ini.
Tahiyat Awal dan Akhir (Syafi'i)
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
"At-Tahiyyatu al-Mubarakatush Shalawatut Thayyibatulillah. Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis Shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah."
Catatan: Untuk Tahiyat Akhir, setelah syahadat ini, disambung dengan Shalawat Ibrahimiyah, dan biasanya syahadatnya menggunakan lafaz "wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh".
6.4. Bacaan Tahiyat Menurut Madzhab Hanbali
Madzhab Hanbali juga cenderung mengikuti riwayat Abdullah bin Mas'ud RA, serupa dengan Madzhab Hanafi.
Tahiyat Awal dan Akhir (Hanbali)
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
"At-Tahiyyatu lillahi was shalawatu wat thayyibat. Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis Shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh."
Catatan: Untuk Tahiyat Akhir, setelah syahadat ini, disambung dengan Shalawat Ibrahimiyah.
Penting untuk diingat: Semua variasi bacaan Tahiyat yang sahih berdasarkan sunnah Nabi Muhammad SAW adalah valid dan diterima. Seorang Muslim boleh memilih riwayat mana saja yang ia hafalkan atau yang diajarkan kepadanya. Yang terpenting adalah memahami makna dan melaksanakannya dengan khusyuk. Perbedaan lafaz ini menunjukkan kekayaan dalam khazanah Islam dan fleksibilitas dalam beribadah, selama prinsip utamanya tetap terjaga.
7. Kesalahan Umum dalam Bacaan Tahiyat dan Cara Memperbaikinya
Agar shalat kita semakin sempurna dan diterima oleh Allah SWT, penting untuk memperhatikan dan menghindari kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi saat membaca Tahiyat:
- Terburu-buru dalam Mengucapkan: Banyak yang membaca Tahiyat dengan sangat cepat, sehingga pelafalan huruf dan makhrajnya tidak jelas. Ini mengurangi kekhusyukan dan bisa mengubah makna.
- Perbaikan: Bacalah dengan tartil (perlahan dan jelas), pastikan setiap huruf dan harakat terucap dengan benar. Beri jeda antar kalimat untuk meresapi maknanya.
- Kesalahan Makhraj dan Tajwid: Tidak semua orang familiar dengan aturan tajwid dalam Bahasa Arab. Kesalahan dalam makhraj (tempat keluar huruf) atau tajwid (aturan bacaan) bisa mengubah arti.
- Perbaikan: Belajar dasar-dasar tajwid dari guru yang kompeten. Dengarkan rekaman qari' atau imam yang fasih untuk menirukan bacaan yang benar. Latihan secara rutin.
- Tidak Memahami Makna: Membaca tanpa memahami makna seringkali membuat shalat terasa hambar dan kurang khusyuk.
- Perbaikan: Pelajari terjemahan dan tafsir singkat dari setiap kalimat Tahiyat. Renungkan maknanya saat membacanya dalam shalat. Ini akan meningkatkan kualitas ibadah Anda.
- Lupa atau Melewatkan Bagian Tertentu: Terutama pada Tahiyat Akhir, kadang ada yang lupa membaca Shalawat Ibrahimiyah atau doa sebelum salam.
- Perbaikan: Hafalkan seluruh rangkaian bacaan Tahiyat Akhir secara berurutan. Jika lupa Tahiyat Awal, lakukan Sujud Sahwi. Jika lupa Tahiyat Akhir, wajib mengulang shalat.
- Kesalahan Posisi Duduk: Duduk Iftirasy pada Tahiyat Akhir atau Tawarruk pada Tahiyat Awal yang tidak disengaja.
- Perbaikan: Latih posisi duduk yang benar untuk Iftirasy (Tahiyat Awal) dan Tawarruk (Tahiyat Akhir). Jika ada kesulitan fisik, boleh melakukan Iftirasy pada Tahiyat Akhir, namun pahami perbedaannya.
- Gerakan Jari yang Tidak Konsisten atau Berlebihan: Beberapa orang mungkin menggerakkan jari telunjuk secara berlebihan atau justru tidak menggerakkannya sama sekali.
- Perbaikan: Pahami sunnah tentang gerakan jari telunjuk. Umumnya diacungkan saat syahadat ("إِلَّا اللَّهُ") dan tetap tegak hingga salam, bukan digerakkan secara terus-menerus. Isyarat ini adalah simbol tauhid.
- Tidak Tuma'ninah: Tuma'ninah (berhenti sejenak dan tenang) adalah rukun shalat. Terburu-buru dalam Tahiyat sehingga tidak ada ketenangan.
- Perbaikan: Pastikan setiap gerakan dan bacaan Tahiyat dilakukan dengan tuma'ninah. Beri waktu yang cukup untuk setiap posisi dan bacaan.
Memperbaiki kesalahan-kesalahan ini adalah bagian dari upaya kita untuk menyempurnakan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
8. Hukum Lupa atau Meninggalkan Tahiyat dan Sujud Sahwi
Dalam shalat, terkadang kita bisa lupa atau melakukan kesalahan yang tidak disengaja. Islam memberikan solusi untuk kesalahan-kesalahan ini melalui Sujud Sahwi (sujud lupa). Hukum Sujud Sahwi berkaitan erat dengan kedudukan Tahiyat dalam shalat:
8.1. Lupa Tahiyat Awal
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Tahiyat Awal hukumnya adalah sunnah muakkadah atau wajib (tergantung madzhab). Jika seseorang lupa Tahiyat Awal:
- Jika teringat sebelum berdiri sempurna ke rakaat berikutnya (masih dalam posisi duduk atau baru akan berdiri): Ia harus kembali duduk dan menyelesaikan Tahiyat Awal. Shalatnya sah dan tidak perlu Sujud Sahwi.
- Jika teringat setelah berdiri sempurna ke rakaat berikutnya: Ia tidak boleh kembali duduk untuk Tahiyat Awal. Shalatnya tetap sah, namun ia dianjurkan (disunnahkan) untuk melakukan Sujud Sahwi di akhir shalat sebelum salam.
- Jika sengaja meninggalkan Tahiyat Awal: Shalatnya tetap sah, namun ia berdosa (jika dianggap wajib) atau kehilangan pahala sunnah (jika dianggap sunnah). Disunnahkan Sujud Sahwi.
8.2. Lupa Tahiyat Akhir
Tahiyat Akhir adalah rukun shalat. Jika seseorang lupa Tahiyat Akhir:
- Jika teringat sebelum salam dan belum bergerak banyak dari posisi Tahiyat Akhir: Ia harus segera kembali ke posisi Tahiyat Akhir, membaca Tahiyat Akhir, dan kemudian salam. Ia juga dianjurkan (disunnahkan) untuk melakukan Sujud Sahwi sebelum atau sesudah salam (tergantung madzhab).
- Jika teringat setelah salam dan belum lama berlalu, serta belum membatalkan wudhu atau melakukan hal yang membatalkan shalat: Ia harus segera kembali ke posisi Tahiyat Akhir, membaca Tahiyat Akhir, salam, dan kemudian melakukan Sujud Sahwi.
- Jika teringat setelah waktu yang lama berlalu, atau sudah membatalkan wudhu, atau melakukan hal yang membatalkan shalat: Shalatnya batal dan harus diulang dari awal. Karena Tahiyat Akhir adalah rukun, meninggalkannya berarti shalat tidak sah.
8.3. Tata Cara Sujud Sahwi
Sujud Sahwi dilakukan dengan dua sujud, seperti sujud dalam shalat. Umumnya dilakukan di akhir shalat, bisa sebelum salam atau sesudah salam, tergantung madzhab. Niat Sujud Sahwi adalah untuk menambal kekurangan atau keraguan dalam shalat.
Cara Pelaksanaan Sujud Sahwi (umumnya):
- Setelah selesai membaca Tahiyat Akhir (dan doa sebelum salam jika dilakukan), dan sebelum salam, lakukanlah dua sujud seperti sujud shalat biasa.
- Di antara dua sujud sahwi, duduklah sejenak (duduk iftirasy).
- Setelah sujud kedua, duduk kembali untuk membaca salam.
- Setelah Sujud Sahwi, kemudian membaca salam ke kanan dan ke kiri.
Beberapa ulama juga membolehkan Sujud Sahwi dilakukan setelah salam jika terjadi penambahan rakaat atau keraguan. Namun, jika kekurangan (seperti lupa Tahiyat Awal), lebih utama sebelum salam.
Dengan memahami hukum dan tata cara Sujud Sahwi, seorang Muslim dapat mengatasi kesalahan yang tidak disengaja dalam shalat tanpa harus mengulang seluruh shalat, kecuali jika kesalahannya menyangkut rukun yang sangat fundamental.
9. Penutup: Mengukuhkan Kekhusyukan melalui Pemahaman
Sebagai penutup dari pembahasan yang komprehensif ini, mari kita tegaskan kembali bahwa shalat bukan hanya sekadar gerakan fisik atau hafalan lisan belaka. Shalat adalah ibadah paripurna yang menggabungkan seluruh aspek spiritual, mental, dan fisik seorang Muslim. Bacaan Tahiyat, dengan segala lafaz, makna, dan hikmahnya, adalah salah satu elemen kunci yang menopang keutuhan dan kekhusyukan shalat.
Dengan memahami secara mendalam setiap kalimat dalam Tahiyat, mulai dari pengagungan kepada Allah SWT, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, doa keselamatan bagi diri dan seluruh hamba saleh, hingga penegasan dua kalimat syahadat, kita akan merasakan kedekatan yang lebih besar dengan Sang Pencipta. Ini akan mengubah pengalaman shalat kita dari sekadar rutinitas menjadi sebuah momen dialog yang penuh makna, pengakuan tulus, dan permohonan yang mendalam.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi setiap akhi dan ukhti yang ingin mendalami dan menyempurnakan shalatnya. Mari kita terus berusaha untuk belajar, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Ingatlah bahwa kualitas shalat kita sangat mempengaruhi kualitas hidup kita secara keseluruhan, di dunia maupun di akhirat. Jadikanlah setiap bacaan Tahiyat sebagai kesempatan emas untuk memperbarui iman, menumbuhkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta memohon ampunan dan perlindungan dari segala keburukan.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita semua untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang sholeh dan sholehah, yang senantiasa menjaga shalatnya dengan khusyuk dan penuh penghayatan. Aamiin ya Rabbal 'alamin.