Amfibi, kelompok vertebrata yang mencakup katak, kodok, salamander, dan sesilia, memiliki adaptasi unik yang memungkinkan mereka hidup di dua alam: darat dan air. Struktur tubuh mereka merupakan hasil evolusi panjang yang memfasilitasi transisi kehidupan akuatik saat larva menuju kehidupan terestrial saat dewasa. Memahami bagian tubuh amphibi adalah kunci untuk mengapresiasi keajaiban biologi mereka.
Secara umum, tubuh amfibi dibagi menjadi tiga bagian utama: kepala, badan (trunk), dan ekor (pada beberapa spesies). Namun, tidak seperti reptil atau mamalia, leher pada banyak amfibi (terutama katak) sangat terbatas atau bahkan tidak ada, yang memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan lingkungan.
Salah satu bagian tubuh amphibi yang paling penting dan khas adalah kulitnya. Kulit amfibi harus lembab agar proses respirasi kutaneus (pernapasan melalui kulit) dapat berlangsung efektif. Kulit ini sangat permeabel dan kaya akan kelenjar lendir (mukus) yang menjaga kelembaban dan kadang-kadang mengandung racun sebagai mekanisme pertahanan. Lapisan epidermis relatif tipis, dan di bawahnya terdapat dermis yang mengandung kelenjar. Sistem peredaran darah berada sangat dekat dengan permukaan kulit, memungkinkan pertukaran gas langsung dengan udara atau air.
Kepala amfibi menampung organ-organ sensorik utama. Mata mereka, yang biasanya menonjol, dilengkapi dengan kelopak mata yang berfungsi untuk melindungi saat berada di darat. Banyak amfibi juga memiliki membran tympani (gendang telinga) yang terlihat jelas di bagian belakang kepala, meskipun fungsinya bisa bervariasi. Organ penciuman mereka berkembang baik, membantu mereka mendeteksi mangsa dan pasangan di habitat darat.
Mulut pada amfibi sering kali lebar. Katak dan kodok dikenal memiliki lidah yang menempel di bagian depan mulut dan sangat lengket, yang dapat menjulur keluar dengan cepat untuk menangkap serangga. Sistem pencernaan mereka dirancang untuk diet karnivora yang umumnya terdiri dari invertebrata kecil. Makanan dicerna di lambung dan usus, dengan hati dan pankreas yang menyediakan enzim yang diperlukan.
Bagian tubuh amphibi yang paling membedakan antara ordo adalah pada anggota geraknya. Katak dan kodok (Anura) kehilangan ekor saat dewasa dan mengembangkan kaki belakang yang panjang dan berotot, sempurna untuk melompat. Kaki mereka seringkali memiliki selaput renang untuk membantu pergerakan di air. Sebaliknya, salamander dan newt (Urodela) mempertahankan ekornya dan memiliki empat kaki yang panjangnya relatif sama, memungkinkan gaya berjalan yang lebih mirip reptil atau gerakan berenang seperti ular.
Sesilia (Apoda), kelompok amfibi yang tidak berkaki, memiliki tubuh memanjang seperti cacing atau ular. Meskipun tidak memiliki kaki, struktur internal mereka masih menunjukkan vestigial dari anggota gerak leluhur mereka.
Salah satu aspek krusial dari bagian tubuh amphibi adalah mekanisme pernapasannya yang bertahap. Larva amfibi, seperti kecebong, memiliki insang untuk mengambil oksigen terlarut di air. Saat metamorfosis, insang akan menghilang, dan mereka akan mengembangkan paru-paru. Paru-paru amfibi relatif sederhana dibandingkan mamalia; oleh karena itu, pertukaran gas harus dibantu oleh dua metode lain: respirasi kulit (kutaneus) dan respirasi melalui selaput mulut (mukosa oral).
Kombinasi dari kulit yang tipis dan lembab dengan paru-paru yang efisien memastikan bahwa amfibi dapat mempertahankan suplai oksigen yang memadai, baik saat bersembunyi di lumpur basah maupun saat aktif berburu di tepi kolam. Struktur internal ini menunjukkan kompromi evolusioner yang luar biasa untuk kehidupan semi-akuatik.