Frasa "Dzalikal Taqdirul Azizil Alim" merupakan untaian kata yang sarat makna dalam konteks spiritual dan teologis. Meskipun mungkin tidak selalu ditemukan secara eksplisit dalam satu ayat tunggal Al-Qur'an dengan susunan persis seperti itu, gabungan kata-kata ini merangkum esensi dari sifat-sifat Allah yang termaktub di banyak tempat dalam Kitab Suci, yaitu sebagai Zat Yang Maha Menetapkan (Al-Qadar), Maha Kuat lagi Mulia (Al-Aziz), dan Maha Mengetahui (Al-Alim). Memahami frasa ini berarti mendekatkan diri pada pemahaman tentang bagaimana alam semesta ini diatur dan dijalankan.
Untuk mengapresiasi kedalaman maknanya, penting untuk membedah setiap kata:
Inti dari "Dzalikal Taqdirul Azizil Alim" terletak pada sinergi antara Al-Aziz (Kekuatan) dan Al-Alim (Pengetahuan). Ketika takdir ditetapkan oleh Zat yang Maha Mengetahui, kita dapat yakin bahwa tidak ada keputusan yang serampangan. Segala kesulitan, kemudahan, kesuksesan, atau kegagalan adalah bagian dari desain kosmik yang terperinci. Bagi seorang mukmin, keyakinan ini membawa ketenangan batin yang mendalam. Jika sesuatu tidak terjadi sesuai harapan kita, itu karena di hadapan ilmu-Nya yang maha luas, hal tersebut bukan yang terbaik atau paling tepat pada waktu yang ditentukan.
Pemahaman ini mendorong sikap menerima (ridha) terhadap apa yang telah berlalu dan berikhtiar maksimal untuk apa yang akan datang. Kita berikhtiar karena diperintahkan untuk berusaha, namun hasilnya kita serahkan sepenuhnya kepada Ketetapan Yang Maha Kuat dan Maha Mengetahui. Kekuatan Al-Aziz menjamin bahwa usaha yang dilakukan akan menemukan jalannya untuk terwujud, sementara ilmu Al-Alim memastikan bahwa jalan tersebut adalah jalan yang paling ideal sesuai skema agung-Nya.
Penerapan pemahaman ini sangat vital dalam menghadapi dinamika kehidupan. Ketika dihadapkan pada musibah, frasa ini mengingatkan bahwa kejadian tersebut adalah sesuatu yang telah diketahui dan diukur sebelumnya oleh Sang Pencipta. Rasa syukur muncul karena kita percaya bahwa di balik kesulitan itu terdapat hikmah yang mungkin baru terungkap di kemudian hari. Sebaliknya, ketika meraih kesuksesan, hal tersebut tidak dilihat sebagai semata-mata hasil upaya pribadi semata, melainkan sebagai karunia dan ketetapan yang dianugerahkan oleh Yang Maha Mulia.
Ketetapan ini juga membatasi ruang lingkup kekhawatiran. Manusia sering kali terbebani oleh kecemasan tentang masa depan karena keterbatasan pandangannya. Namun, dengan menyadari bahwa ketetapan tersebut bersifat Al-Aziz dan Al-Alim, kita melepaskan beban kecemasan tersebut kepada Zat yang memiliki kendali penuh dan pengetahuan sempurna. Hal ini membebaskan energi mental untuk fokus pada amal shaleh dan ibadah, daripada terjerat dalam spekulasi yang tidak produktif.
Secara ringkas, "Dzalikal Taqdirul Azizil Alim" adalah sebuah pengakuan totalitas atas kedaulatan Ilahi. Ini adalah pengakuan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah hasil dari ketetapan yang kokoh, dilaksanakan oleh Kekuatan yang tak tertandingi, dan didasari oleh Pengetahuan yang meliputi segalanya. Menerima hakikat ini adalah jalan menuju ketenangan spiritual sejati.