Alergi susu sapi (ASS) merupakan salah satu reaksi hipersensitivitas yang paling umum terjadi, terutama pada bayi dan anak kecil. Kondisi ini dipicu oleh sistem imun tubuh yang keliru mengidentifikasi protein dalam susu sapi—seperti kasein dan whey—sebagai zat berbahaya, lalu melepaskan antibodi IgE (Immunoglobulin E) untuk melawannya. Walaupun sering kali tumbuh kembang seiring bertambahnya usia, memahami efek alergi susu sapi sangat krusial bagi penanganan dan kualitas hidup penderitanya.
Manifestasi Klinis Efek Alergi Susu Sapi
Gejala alergi susu sapi dapat bervariasi dari yang ringan hingga mengancam jiwa (anafilaksis). Efek ini biasanya muncul dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah konsumsi. Tiga sistem organ utama yang paling sering terpengaruh adalah kulit, saluran pencernaan, dan saluran pernapasan.
1. Reaksi pada Kulit
Kulit seringkali menjadi penanda awal adanya alergi. Gejala yang umum meliputi:
- Urtikaria (biduran): Ruam merah yang gatal dan timbul mendadak.
- Angioedema: Pembengkakan pada bibir, mata, atau wajah.
- Eksim (Dermatitis Atopik): Meskipun eksim multifaktorial, alergi susu sapi dapat memicu atau memperburuk kondisi kulit yang kering, meradang, dan sangat gatal.
2. Gangguan Saluran Pencernaan
Protein susu yang masuk ke sistem pencernaan dapat menyebabkan respons inflamasi yang cepat. Efek alergi susu sapi pada perut seringkali menyebabkan ketidaknyamanan signifikan:
- Muntah dan regurgitasi (memuntahkan kembali makanan).
- Diare, terkadang disertai lendir atau darah (terutama pada kasus alergi yang lebih parah atau alergi non-IgE).
- Kram perut dan kolik yang intens pada bayi.
- Refluks gastroesofageal (GERD) yang kronis.
3. Komplikasi Pernapasan
Ini adalah gejala yang paling mengkhawatirkan dan memerlukan perhatian medis segera. Reaksi pernapasan terkait efek alergi susu sapi meliputi:
- Hidung tersumbat, berair, atau bersin-bersin (mirip rinitis alergi).
- Batuk persisten.
- Sesak napas, mengi (wheezing), atau kesulitan bernapas.
- Dalam kasus terburuk, anafilaksis yang ditandai dengan penurunan tekanan darah drastis dan syok.
Perbedaan dengan Intoleransi Laktosa
Seringkali terjadi kekeliruan antara alergi susu sapi dan intoleransi laktosa. Keduanya memberikan gejala pencernaan, namun mekanismenya sangat berbeda. Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan akibat kekurangan enzim laktase untuk memecah gula laktosa. Ini tidak melibatkan sistem imun dan biasanya hanya menyebabkan kembung, gas, dan diare ringan.
Sebaliknya, alergi susu sapi adalah respons imun yang melibatkan protein. Reaksi alergi bisa fatal, sementara intoleransi laktosa hanya menyebabkan ketidaknyamanan. Oleh karena itu, diagnosis medis sangat penting untuk membedakan kedua kondisi ini.
Manajemen dan Prognosis
Penanganan utama untuk mengatasi efek alergi susu sapi adalah eliminasi total protein susu sapi dari diet. Bagi bayi yang disusui, ibu menyusui harus menghindari semua produk susu sapi. Bagi bayi formula, diperlukan penggantian dengan formula terhidrolisis ekstensif atau formula asam amino, di bawah pengawasan dokter spesialis alergi atau nutrisi.
Kabar baiknya, sebagian besar anak (sekitar 80%) akan mengalami toleransi terhadap susu sapi seiring bertambahnya usia, biasanya terjadi pada usia sekolah dasar. Proses ini harus dipantau melalui uji provokasi makanan yang dilakukan secara terkontrol di lingkungan medis. Pemahaman yang mendalam tentang gejala dan penanganan cepat adalah kunci untuk memastikan penderita alergi dapat menjalani hidup yang sehat dan aman.