Ampisilin adalah salah satu antibiotik golongan penisilin yang digunakan secara luas untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri. Ketika pemberian obat secara oral (diminum) tidak memungkinkan atau infeksi yang dialami pasien tergolong parah, maka bentuk sediaan injeksi menjadi pilihan utama. Injeksi ampisilin bekerja dengan cara mengganggu sintesis dinding sel bakteri, yang pada akhirnya menyebabkan kematian bakteri tersebut.
Penggunaan ampisilin injeksi umumnya memerlukan resep dan pengawasan ketat dari tenaga medis profesional karena potensinya untuk menyebabkan reaksi alergi serius dan sifat resistensi antibiotik jika tidak digunakan dengan benar.
Ilustrasi: Persiapan injeksi antibiotik.
Injeksi ampisilin direkomendasikan untuk mengatasi infeksi bakteri sensitif, khususnya ketika infeksi terjadi di area yang sulit dijangkau atau ketika kondisi pasien membutuhkan respons terapi yang cepat dan dosis yang lebih tinggi. Beberapa indikasi utama meliputi:
Ampisilin injeksi umumnya diberikan melalui dua rute utama, tergantung pada formulasi obat dan kondisi pasien:
Ini adalah rute pemberian yang paling umum untuk kasus serius. Obat dilarutkan dalam cairan infus (seperti NaCl fisiologis) dan diberikan secara perlahan selama 30 hingga 60 menit. Dosis sangat bervariasi tergantung pada jenis infeksi, berat badan pasien, dan fungsi ginjal pasien. Biasanya diberikan setiap 4 atau 6 jam sekali.
Pemberian melalui otot (biasanya pada bokong atau paha) digunakan jika akses vena sulit didapat atau untuk dosis tertentu. Larutan ampisilin biasanya disiapkan dengan lidokain untuk mengurangi rasa nyeri pada lokasi suntikan.
Meskipun ampisilin adalah obat yang efektif, ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai saat menerima injeksi:
Ini adalah risiko paling serius. Reaksi dapat berkisar dari ruam ringan hingga anafilaksis (reaksi alergi parah yang mengancam jiwa). Jika terjadi kesulitan bernapas, pembengkakan wajah atau tenggorokan, segera cari bantuan medis darurat.
Penggunaan antibiotik yang berkepanjangan atau berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih bakteri yang resisten atau jamur (superinfeksi), termasuk kolitis akibat Clostridioides difficile.
Sebelum ampisilin injeksi diberikan, penting bagi tenaga medis untuk mendapatkan riwayat alergi pasien secara mendetail, terutama terhadap penisilin atau sefalosporin. Tes kulit kadang diperlukan untuk memverifikasi hipersensitivitas, meskipun efektivitas tes ini bervariasi. Seluruh prosedur pemberian harus dilakukan dalam kondisi aseptik untuk mencegah infeksi tambahan.