Anggrek, dengan keindahan dan keragaman bentuknya, selalu memikat para pencinta tanaman hias. Di antara ribuan spesies anggrek yang ada, terdapat satu kelompok yang memiliki daya tarik unik dan sedikit menyeramkan, yaitu anggrek monyet, atau yang secara ilmiah dikenal dengan genus Dracula. Nama "anggrek monyet" muncul bukan tanpa alasan; beberapa spesies dalam genus ini memiliki penampakan wajah yang menyerupai wajah primata, menjadikannya primadona di kalangan kolektor yang mencari keunikan.
Ilustrasi abstrak genus Dracula.
Genus Dracula pertama kali diakui pada tahun 1978 oleh Wesley Erith dan Lewis Negrel. Nama ini diambil dari bahasa Latin yang berarti "naga kecil", merujuk pada kelopak bunga yang seringkali memiliki bentuk yang dramatis dan menonjol, kadang menyerupai taring atau cakar. Anggrek ini sebagian besar berasal dari hutan hujan pegunungan di Amerika Tengah dan Selatan, khususnya Ekuador, Kolombia, dan Peru, di mana mereka tumbuh sebagai epifit pada ketinggian yang sangat lembap dan dingin.
Ciri khas utama yang membedakan anggrek monyet dari anggrek lainnya adalah struktur kelopaknya. Mereka memiliki tiga sepal (kelopak luar) yang besar dan seringkali menyatu di pangkalnya, membentuk tabung pendek. Dua sepal lateral seringkali memiliki ekor panjang dan ramping yang menjuntai ke bawah, menambah kesan dramatis. Sementara itu, labelum (kelopak tengah) adalah bagian yang paling unik, karena sering kali berevolusi menjadi struktur yang sangat mirip dengan wajah monyet, lengkap dengan tonjolan dan lekukan yang menyerupai mata dan hidung.
Meskipun terdapat puluhan spesies dalam genus Dracula, beberapa di antaranya lebih sering dibudidayakan karena keindahan atau kemudahan perawatannya.
Ini adalah spesies yang paling terkenal dan memberikan nama pada kelompok ini. Dracula simia memiliki labelum yang sangat menyerupai wajah monyet dengan jelas. Bunga-bunganya seringkali berwarna ungu pucat hingga merah muda dengan bintik-bintik gelap. Pertumbuhannya lambat dan membutuhkan suhu yang konsisten dingin.
Spesies ini cenderung memiliki bunga yang lebih kecil dibandingkan simia, namun tetap mempertahankan tampilan wajah yang khas. Warna dominannya cenderung kuning kehijauan dengan bercak merah atau cokelat. Anggrek ini sering ditemukan tumbuh pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan kerabatnya, yang mungkin membuatnya sedikit lebih mudah diadaptasi pada kondisi rumah kaca tertentu.
Dikenal karena ukuran bunganya yang besar dan ekor sepal yang sangat panjang. Bunga chimaera seringkali memiliki corak warna yang lebih kaya, dengan dasar putih atau kuning yang ditutupi guratan merah tua yang intens. Perawatannya memerlukan kelembaban tinggi dan sirkulasi udara yang sangat baik untuk mencegah pembusukan.
Memelihara anggrek monyet adalah tantangan tersendiri yang membutuhkan dedikasi tinggi, sebab habitat alami mereka sangat spesifik. Kesalahan kecil dalam pengaturan lingkungan dapat berakibat fatal bagi tanaman ini.
Kunci utama keberhasilan adalah menjaga suhu tetap dingin. Kebanyakan Dracula tumbuh optimal pada suhu siang hari antara 18°C hingga 24°C, dan suhu malam hari yang turun hingga 10°C hingga 15°C. Fluktuasi suhu yang drastis harus dihindari. Kelembaban udara harus dijaga sangat tinggi, idealnya di atas 70%, karena mereka hidup di kanopi hutan yang selalu berkabut.
Anggrek ini tidak menyukai media yang menahan air terlalu lama. Media tanam harus sangat kasar dan berpori, seperti campuran kulit kayu besar, arang, dan sedikit lumut sphagnum. Penyiraman harus dilakukan secara rutin agar media tetap lembap, tetapi tidak pernah basah kuyup. Sirkulasi udara (aerasi) yang baik di sekitar akar adalah mutlak diperlukan untuk mencegah penyakit jamur, yang merupakan ancaman terbesar bagi genus ini.
Berbeda dengan banyak anggrek tropis yang membutuhkan cahaya terang, anggrek monyet menyukai kondisi teduh atau cahaya redup. Cahaya matahari langsung akan membakar daun mereka dengan cepat. Cahaya yang ideal adalah setara dengan yang didapatkan di bawah naungan pohon besar di hutan.
Meskipun perawatannya rumit, melihat bunga anggrek monyet mekar—dengan wajah uniknya yang menatap—memberikan kepuasan tersendiri bagi para kolektor yang berhasil meniru lingkungan hutan pegunungan yang mereka butuhkan.