Ilustrasi permohonan ampun yang tulus.
Dalam perjalanan hidup seorang Muslim, kesalahan dan kelalaian adalah keniscayaan. Tidak ada manusia yang luput dari dosa. Namun, rahmat Allah SWT begitu luas, dan pintu ampunan-Nya senantiasa terbuka lebar bagi hamba-Nya yang sungguh-sungguh ingin kembali. Salah satu cara paling mendasar dan utama untuk mendekatkan diri dan memohon pengampunan adalah melalui permohonan yang diiringi dengan pembacaan yang sahih, yaitu doa dan istighfar.
Membaca dalam konteks ini merujuk pada pembacaan lafaz-lafaz yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, baik itu Al-Qur'an, doa-doa khusus, maupun lafaz istighfar. Tindakan membaca ini memiliki beberapa dimensi spiritual yang mendalam:
Lafaz yang paling sering kita hubungkan dengan memohon ampunan adalah Istighfar. Istighfar adalah permohonan agar Allah menutupi dosa-dosa kita dari pandangan manusia dan menghapusnya dari catatan amal kita. Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau beristighfar kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali (dalam riwayat lain disebutkan lebih dari seratus kali) dalam sehari, padahal beliau dijamin maksum.
Contoh istighfar yang paling utama dan sering dibaca adalah:
Sayyidul Istighfar:
"Allahumma anta Rabbi laa ilaaha illa anta, khalaqtani wa ana 'abduka, wa ana 'ala 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'udzu bika min syarri maa shana'tu, abuu'u laka bi ni'matika 'alayya, wa abuu'u bidzanbi faghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta."
Membaca lafaz ini dengan kesadaran penuh akan makna di dalamnya adalah bentuk pengakuan kita atas kelemahan diri dan kekuasaan mutlak Allah. Ketika kita membaca kalimat ini, kita sedang menyatakan bahwa hanya Allah satu-satunya Tuhan, bahwa kita mengakui nikmat-Nya, dan bahwa kita memohon pengampunan karena kita tahu hanya Dia yang mampu melakukannya. Ini jauh lebih kuat daripada sekadar mengatakan "Aku minta maaf" tanpa struktur spiritual yang jelas.
Selain istighfar umum, terdapat pula ayat-ayat dan doa dalam Al-Qur'an yang secara spesifik ditujukan untuk memohon ampunan atas kesalahan besar maupun kecil. Membaca ayat-ayat ini dengan merenungi maknanya sangat dianjurkan.
Salah satu contoh doa tobat yang masyhur adalah yang diajarkan oleh Nabi Yunus AS ketika berada di dalam perut ikan paus. Doa ini menunjukkan puncak kepasrahan dan pengakuan dosa:
Doa Nabi Yunus:
"Laa ilaaha illa anta subhaanaka innii kuntu minaz-zaalimiin."
Membaca doa ini, sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad SAW, jika dibaca oleh seorang muslim saat menghadapi kesulitan, niscaya Allah akan mengabulkannya. Ini menunjukkan bahwa memohon ampunan yang datang dari kedalaman hati, diungkapkan melalui bacaan yang bersumber dari wahyu, adalah jembatan langsung menuju pengampunan Ilahi.
Keabsahan bacaan tidak cukup tanpa dibarengi adab dan niat yang benar. Agar permohonan ampunan kita melalui bacaan ini benar-benar efektif dan diterima Allah, beberapa hal harus dipenuhi:
Oleh karena itu, memperbanyak membaca istighfar dan doa-doa tobat yang sahih, baik di waktu sepertiga malam terakhir maupun setelah salat fardu, adalah praktik spiritual yang sangat dianjurkan. Tindakan membaca ini adalah bentuk aktif dari hamba yang menyadari kesalahannya dan berlari kembali kepada Sang Pencipta, berharap diampuni oleh Rahmat-Nya yang tak terbatas.