Mata berair, atau epifora dalam istilah medis, adalah kondisi umum yang bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Meskipun seringkali dianggap sepele, mata berair bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan mata yang lebih serius atau bahkan kondisi sistemik. Fenomena ini terjadi ketika produksi air mata melebihi kemampuan sistem drainase air mata untuk mengeluarkannya, atau ketika sistem drainase itu sendiri terganggu. Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek terkait tetes mata berair, mulai dari anatomi dan fisiologi air mata, berbagai penyebab, gejala penyerta, metode diagnosis, hingga pilihan pengobatan dan langkah pencegahan yang efektif.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Air Mata
Untuk memahami mengapa mata bisa berair, penting untuk mengetahui bagaimana sistem air mata kita bekerja. Sistem ini terdiri dari dua komponen utama: sistem produksi air mata dan sistem drainase air mata.
Sistem Produksi Air Mata
Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal dan kelenjar aksesori. Kelenjar lakrimal utama terletak di bagian atas luar rongga mata dan bertanggung jawab untuk produksi air mata refleks, misalnya saat menangis atau ketika ada iritasi. Kelenjar aksesori, seperti kelenjar Krause dan Wolfring yang lebih kecil, tersebar di konjungtiva (selaput bening yang melapisi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata) dan menghasilkan air mata basal, yaitu air mata yang secara terus-menerus melumasi mata untuk menjaga kelembapan dan kesehatan permukaan mata.
Air mata bukan hanya sekadar air. Ia adalah cairan kompleks yang terdiri dari tiga lapisan utama, yang sering disebut sebagai "lapisan film air mata":
- Lapisan Lipid (Minyak): Lapisan terluar ini diproduksi oleh kelenjar Meibom yang terletak di kelopak mata. Fungsinya adalah mencegah penguapan air mata yang terlalu cepat dan menjaga kestabilan film air mata.
- Lapisan Aqueous (Air): Lapisan tengah dan paling tebal ini diproduksi oleh kelenjar lakrimal utama dan aksesori. Mengandung air, elektrolit, protein (seperti lisozim dan laktoferin yang memiliki sifat antimikroba), vitamin, dan glukosa. Lapisan ini membersihkan mata dari debu dan iritan, menyediakan nutrisi bagi kornea, serta melawan infeksi.
- Lapisan Musin (Lendir): Lapisan terdalam ini diproduksi oleh sel goblet di konjungtiva. Fungsinya adalah membantu air mata menyebar secara merata di permukaan mata dan menempel pada kornea.
Keseimbangan ketiga lapisan ini sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan mata. Gangguan pada salah satu lapisan dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk mata kering atau, paradoksnya, mata berair.
Sistem Drainase Air Mata
Setelah air mata melumasi permukaan mata, ia harus dikeluarkan dari mata agar tidak menumpuk. Proses ini dilakukan oleh sistem drainase air mata, yang dimulai dari puncta, dua lubang kecil yang terletak di sudut bagian dalam kelopak mata atas dan bawah. Dari puncta, air mata masuk ke kanalikuli (saluran kecil), kemudian ke sakus lakrimalis (kantong air mata) yang terletak di antara mata dan hidung, dan akhirnya mengalir melalui duktus nasolakrimalis (saluran air mata hidung) menuju rongga hidung. Inilah mengapa kita seringkali merasa hidung meler saat menangis.
Setiap komponen dalam sistem drainase ini memiliki peran krusial. Jika ada penyumbatan atau gangguan di salah satu bagian, air mata tidak dapat mengalir sebagaimana mestinya dan akan menumpuk di permukaan mata, menyebabkan kondisi mata berair.
Penyebab Umum Mata Berair
Mata berair bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari yang ringan dan sementara hingga kondisi yang memerlukan perhatian medis serius. Berikut adalah beberapa penyebab paling umum:
1. Mata Kering (Dry Eye Syndrome)
Meskipun terdengar paradoks, mata kering adalah salah satu penyebab paling sering mata berair. Ketika mata tidak memiliki cukup kelembapan, ia mengirimkan sinyal ke otak untuk memproduksi lebih banyak air mata refleks sebagai respons darurat. Namun, air mata refleks ini cenderung tidak berkualitas tinggi (kurang lapisan lipid dan musin yang stabil) dan cepat menguap, sehingga tidak efektif dalam melumasi mata secara memadai. Siklus ini berulang, menyebabkan mata terus-menerus berair, seringkali disertai rasa perih, terbakar, atau sensasi berpasir.
Detail Lebih Lanjut tentang Mata Kering:
- Mekanisme Paradoxical Tearing: Ketika film air mata di permukaan mata tidak stabil atau tidak cukup, reseptor saraf di kornea mendeteksi kekeringan dan mengirimkan sinyal ke kelenjar lakrimal utama untuk memproduksi air mata secara berlebihan. Air mata ini, meskipun banyak, seringkali tidak mengandung komponen penting (lipid dan musin) yang dibutuhkan untuk menstabilkan film air mata, sehingga air mata menguap dengan cepat dan tidak memberikan kelegaan yang tahan lama.
- Penyebab Mata Kering:
- Usia: Produksi air mata cenderung menurun seiring bertambahnya usia.
- Hormon: Perubahan hormon pada wanita (menopause, kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral) dapat memengaruhi produksi air mata.
- Penyakit Autoimun: Kondisi seperti Sindrom Sjögren, lupus, dan rheumatoid arthritis dapat menyerang kelenjar lakrimal.
- Obat-obatan: Antihistamin, dekongestan, antidepresan, diuretik, dan beberapa obat tekanan darah dapat mengurangi produksi air mata.
- Lingkungan: Angin, asap, kelembapan rendah, penggunaan AC atau pemanas ruangan, dan paparan layar komputer yang berlebihan (mengurangi frekuensi berkedip).
- Operasi Mata: LASIK atau operasi katarak dapat sementara mengganggu produksi air mata.
- Dysfungsi Kelenjar Meibom (MGD): Penyumbatan atau peradangan kelenjar Meibom mengurangi produksi lapisan lipid, menyebabkan penguapan air mata yang cepat.
- Gejala Tambahan: Selain mata berair, mata kering sering disertai rasa perih, gatal, sensasi benda asing di mata, kemerahan, kepekaan terhadap cahaya, dan penglihatan kabur intermiten.
2. Alergi Mata (Konjungtivitis Alergi)
Reaksi alergi adalah penyebab umum lain dari mata berair. Ketika mata terpapar alergen seperti serbuk sari, bulu hewan, tungau debu, atau kosmetik, sistem kekebalan tubuh melepaskan histamin. Histamin ini menyebabkan pembuluh darah di mata melebar dan memicu peradangan, yang berujung pada mata berair, gatal hebat, kemerahan, dan terkadang pembengkakan kelopak mata.
Detail Lebih Lanjut tentang Alergi Mata:
- Jenis Alergi Mata:
- Alergi Musiman (Seasonal Allergic Conjunctivitis - SAC): Paling umum, dipicu oleh serbuk sari pohon, rumput, atau gulma.
- Alergi Tahunan (Perennial Allergic Conjunctivitis - PAC): Dipicu oleh alergen dalam ruangan seperti tungau debu, bulu hewan peliharaan, dan jamur.
- Konjungtivitis Papiler Raksasa (Giant Papillary Conjunctivitis - GPC): Reaksi alergi terhadap lensa kontak atau jahitan pasca-operasi.
- Gejala Khas: Gatal adalah gejala utama dan paling menonjol pada alergi mata. Selain itu, ada kemerahan, pembengkakan (chemosis), sensasi terbakar, dan tentu saja, mata berair.
- Pengobatan: Menghindari alergen, kompres dingin, tetes mata antihistamin atau dekongestan, dan dalam kasus yang lebih parah, tetes mata steroid atau penstabil sel mast yang diresepkan dokter.
3. Infeksi Mata (Konjungtivitis Bakteri atau Virus)
Infeksi pada mata, seperti konjungtivitis atau "mata merah," dapat menyebabkan mata berair. Baik bakteri maupun virus dapat menginfeksi konjungtiva, menyebabkan peradangan yang memicu produksi air mata berlebihan. Selain air mata, infeksi biasanya disertai dengan gejala lain seperti kemerahan, rasa gatal atau perih, dan keluarnya cairan (discharge) yang bisa berupa nanah (pada infeksi bakteri) atau bening (pada infeksi virus).
Detail Lebih Lanjut tentang Infeksi Mata:
- Konjungtivitis Bakteri:
- Gejala: Mata berair kental, nanah berwarna kuning kehijauan yang seringkali menyebabkan kelopak mata lengket saat bangun tidur, kemerahan, sensasi terbakar.
- Penyebab: Bakteri seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
- Pengobatan: Tetes mata antibiotik.
- Konjungtivitis Virus:
- Gejala: Mata berair bening dan sangat encer, kemerahan (seringkali lebih parah di satu mata lalu menyebar ke mata lain), gatal, sensitif terhadap cahaya, pembengkakan kelenjar getah bening di depan telinga. Seringkali bersamaan dengan gejala flu atau pilek.
- Penyebab: Adenovirus adalah penyebab paling umum.
- Pengobatan: Umumnya bersifat suportif karena virus akan sembuh dengan sendirinya (seperti pilek). Kompres dingin dan tetes mata pelumas dapat membantu meredakan gejala. Antibiotik tidak efektif.
4. Benda Asing atau Iritasi Kimia
Partikel kecil seperti debu, bulu mata, serpihan, atau paparan asap, angin kencang, dan bahan kimia (seperti uap klorin dari kolam renang atau asap bawang) dapat mengiritasi mata. Sebagai respons, mata akan memproduksi air mata berlebihan untuk mencoba membilas keluar iritan tersebut. Ini adalah mekanisme pertahanan alami tubuh.
Detail Lebih Lanjut tentang Iritasi:
- Respons Refleks: Saat iritan masuk, saraf di kornea memicu respons refleks yang kuat, menyebabkan kelenjar lakrimal memproduksi air mata dalam jumlah besar untuk membilas partikel atau bahan kimia keluar.
- Gejala: Selain mata berair, bisa ada rasa sakit, kemerahan, sensasi mengganjal, dan sensitif terhadap cahaya.
- Penanganan: Pembilasan mata dengan air bersih atau larutan garam steril, jangan menggosok mata. Jika iritasi berlanjut atau benda asing tidak dapat dikeluarkan, segera ke dokter.
5. Saluran Air Mata Tersumbat (Dacryostenosis atau Blocked Tear Duct)
Ini adalah penyebab umum mata berair pada bayi (kongenital) dan orang dewasa. Jika saluran air mata (duktus nasolakrimalis) tersumbat sebagian atau seluruhnya, air mata tidak dapat mengalir ke hidung dan akan menumpuk di mata, menyebabkan mata terus-menerus berair, seringkali disertai dengan keluarnya cairan kental atau mukus, dan kadang infeksi berulang (dacryocystitis).
Detail Lebih Lanjut tentang Saluran Air Mata Tersumbat:
- Pada Bayi (Kongenital): Sekitar 6% bayi lahir dengan saluran air mata yang belum sepenuhnya terbuka. Biasanya, kondisi ini membaik dengan sendirinya dalam waktu satu tahun. Pijatan lembut di area kantong air mata dapat membantu.
- Pada Orang Dewasa: Penyumbatan dapat disebabkan oleh peradangan kronis, infeksi, cedera, tumor, atau perubahan terkait usia yang menyebabkan penyempitan saluran.
- Gejala: Mata berair terus-menerus, cairan kental atau mukus yang keluar dari mata, kemerahan kronis, dan episode infeksi (dacryocystitis) yang menyebabkan nyeri, bengkak, dan kemerahan di sudut mata dekat hidung.
- Diagnosis: Uji fluorescein dye disappearance test, irigasi saluran air mata.
6. Ektropion atau Entropion
Ini adalah kondisi di mana kelopak mata bawah berbalik keluar (ektropion) atau berbalik ke dalam (entropion).
- Ektropion: Kelopak mata bawah berbalik ke luar, sehingga tidak dapat menopang air mata dan mencegahnya mengalir dengan benar ke puncta. Akibatnya, air mata menetes keluar dari mata. Permukaan mata juga lebih terpapar udara dan iritan, menyebabkan kekeringan dan refleks mata berair.
- Entropion: Kelopak mata bawah berbalik ke dalam, menyebabkan bulu mata bergesekan dengan permukaan mata (kornea dan konjungtiva). Gesekan ini sangat mengiritasi dan memicu produksi air mata berlebihan sebagai respons perlindungan.
Kedua kondisi ini biasanya terjadi akibat penuaan dan kelemahan otot serta ligamen di sekitar mata, atau bisa juga disebabkan oleh cedera, parut, atau infeksi.
7. Blefaritis
Blefaritis adalah peradangan kelopak mata, seringkali di dasar bulu mata. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada kelenjar Meibom yang menghasilkan lapisan lipid air mata, atau iritasi langsung pada kelopak mata dan permukaan mata. Akibatnya, film air mata menjadi tidak stabil, menyebabkan mata kering yang paradoksnya memicu mata berair.
- Jenis Blefaritis: Anterior (mempengaruhi bagian luar kelopak mata, sering terkait dengan bakteri atau tungau Demodex) dan Posterior (mempengaruhi bagian dalam kelopak mata, terkait dengan disfungsi kelenjar Meibom).
- Gejala: Mata berair, kemerahan, gatal, sensasi terbakar, bulu mata berkerak, kelopak mata bengkak, dan sensasi benda asing.
- Penanganan: Kompres hangat, kebersihan kelopak mata rutin (scrub kelopak mata), tetes mata antibiotik atau steroid jika ada infeksi atau peradangan parah.
8. Trauma atau Cedera Mata
Pukulan, goresan, atau luka pada mata atau area sekitarnya dapat menyebabkan iritasi, peradangan, dan kerusakan pada sistem produksi atau drainase air mata. Akibatnya, mata dapat berair sebagai respons terhadap nyeri dan peradangan, atau karena kerusakan pada saluran air mata.
- Contoh: Abrasi kornea, luka bakar kimia, cedera pada kelopak mata yang memengaruhi puncta atau kanalikuli.
- Gejala: Nyeri hebat, kemerahan, penglihatan kabur, kepekaan cahaya, dan mata berair.
9. Efek Samping Obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan, baik yang diresepkan maupun yang dijual bebas, dapat memiliki efek samping yang menyebabkan mata berair. Contohnya termasuk obat kemoterapi tertentu, pil KB, diuretik, dan beberapa obat untuk tekanan darah tinggi.
10. Bell's Palsy atau Kondisi Saraf Lain
Kondisi yang memengaruhi saraf wajah, seperti Bell's Palsy, dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat menutup sepenuhnya (lagophthalmos). Ini membuat mata terpapar udara dan kering, memicu produksi air mata refleks. Selain itu, kondisi neurologis yang memengaruhi fungsi kelopak mata atau produksi air mata juga dapat menyebabkan epifora.
Penyebab Kurang Umum atau Lebih Serius
Selain penyebab yang telah disebutkan di atas, ada beberapa kondisi lain yang lebih jarang terjadi namun dapat menyebabkan mata berair dan memerlukan diagnosis serta penanganan yang tepat:
1. Tumor atau Pertumbuhan
Dalam kasus yang jarang terjadi, tumor di sekitar kelenjar lakrimal, saluran air mata, atau di rongga hidung dapat menekan dan menyumbat saluran drainase air mata, menyebabkan mata berair. Ini adalah kondisi serius yang membutuhkan evaluasi medis segera.
2. Sindrom Steven-Johnson
Sindrom Steven-Johnson (SJS) adalah reaksi alergi parah yang dapat memengaruhi kulit dan selaput lendir, termasuk mata. SJS dapat menyebabkan kerusakan parah pada konjungtiva dan kelenjar Meibom, mengakibatkan mata kering kronis yang parah dan refleks mata berair.
3. Penyakit Tiroid (Graves' Ophthalmopathy)
Penyakit Grave's dapat menyebabkan mata menonjol (proptosis) dan kelopak mata tertarik ke belakang, membuat mata lebih terpapar udara. Hal ini menyebabkan kekeringan dan iritasi yang memicu mata berair, di samping penglihatan ganda, nyeri, dan perubahan penglihatan lainnya.
4. Pterigium atau Pinguekula
Pterigium adalah pertumbuhan jaringan pada konjungtiva yang dapat meluas ke kornea, sedangkan pinguekula adalah benjolan kekuningan pada konjungtiva. Keduanya dapat menyebabkan iritasi kronis dan gangguan pada film air mata, menyebabkan mata berair, kemerahan, dan sensasi benda asing.
5. Keratokonjungtivitis Limbal Superior (SLK)
Kondisi ini melibatkan peradangan berulang pada konjungtiva di dekat kornea. Meskipun penyebab pastinya tidak selalu jelas, diduga terkait dengan gesekan berlebihan kelopak mata atas pada konjungtiva. Gejalanya meliputi mata berair, kemerahan, nyeri, dan sensasi benda asing.
Gejala Penyerta Mata Berair
Mata berair jarang datang sendirian. Seringkali, kondisi ini disertai dengan gejala lain yang dapat membantu dokter menentukan penyebabnya. Memperhatikan gejala-gejala ini sangat penting untuk diagnosis yang akurat.
- Kemerahan Mata: Hampir semua penyebab mata berair dapat menyebabkan kemerahan pada sklera (bagian putih mata) karena peradangan atau iritasi. Tingkat kemerahan bisa bervariasi dari ringan hingga sangat parah.
- Gatal-gatal: Gatal hebat seringkali merupakan tanda alergi mata. Namun, gatal ringan juga bisa terjadi pada mata kering atau blefaritis.
- Sensasi Terbakar atau Perih: Ini adalah gejala umum mata kering, tetapi juga bisa terjadi pada infeksi atau iritasi.
- Sensasi Benda Asing atau Berpasir: Sering digambarkan sebagai perasaan ada pasir di mata, ini adalah gejala klasik mata kering, benda asing, atau blefaritis.
- Penglihatan Kabur: Air mata berlebihan atau film air mata yang tidak stabil dapat menyebabkan penglihatan kabur intermiten. Infeksi atau peradangan parah juga dapat memengaruhi ketajaman penglihatan.
- Nyeri atau Ketidaknyamanan: Nyeri bisa bervariasi dari ringan hingga parah, tergantung pada penyebabnya. Abrasi kornea, infeksi serius, atau benda asing yang tajam dapat menyebabkan nyeri signifikan.
- Pekeluaran Cairan (Discharge):
- Bening dan Encer: Khas pada alergi atau infeksi virus, serta mata kering refleks.
- Kental dan Mukoid (Lendir): Sering terlihat pada sindrom mata kering kronis atau alergi.
- Kuning atau Kehijauan (Nanah): Merupakan tanda infeksi bakteri.
- Pembengkakan Kelopak Mata: Dapat terjadi pada alergi parah, infeksi (seperti selulitis preseptal), atau blefaritis.
- Sensitivitas Terhadap Cahaya (Fotofobia): Gejala ini dapat menyertai peradangan pada kornea (keratitis), uveitis, atau infeksi mata yang parah.
- Krusta atau Kerak pada Bulu Mata: Tanda khas blefaritis, di mana terjadi penumpukan minyak dan sel kulit mati di dasar bulu mata. Juga bisa terjadi pada infeksi bakteri di mana nanah mengering semalaman.
- Mata Lengket Saat Bangun Tidur: Sering terjadi pada infeksi bakteri karena akumulasi discharge nanah.
- Pembengkakan di Sudut Mata Dekat Hidung: Ini adalah tanda infeksi kantung air mata (dacryocystitis), yang biasanya disebabkan oleh penyumbatan saluran air mata.
Diagnosis Mata Berair
Diagnosis yang akurat adalah kunci untuk pengobatan yang efektif. Dokter mata akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan bertanya tentang riwayat kesehatan Anda. Proses diagnosis biasanya meliputi:
1. Anamnesis (Riwayat Medis)
Dokter akan bertanya secara detail tentang gejala Anda:
- Kapan gejala dimulai dan seberapa sering terjadi?
- Apakah ada gejala lain yang menyertai (gatal, perih, nyeri, keluarnya cairan)?
- Apakah hanya satu mata atau kedua mata yang berair?
- Faktor apa yang memperburuk atau meringankan gejala (lingkungan, penggunaan komputer, obat-obatan)?
- Riwayat alergi, infeksi mata sebelumnya, penggunaan lensa kontak, operasi mata, atau kondisi medis lainnya (diabetes, penyakit tiroid, autoimun).
- Obat-obatan yang sedang diminum.
2. Pemeriksaan Fisik Mata
Pemeriksaan ini melibatkan inspeksi visual kelopak mata, bulu mata, konjungtiva, dan kornea. Dokter akan mencari tanda-tanda seperti kemerahan, pembengkakan, anomali kelopak mata (ektropion/entropion), atau benda asing.
3. Pemeriksaan Slit Lamp
Mikroskop khusus ini memungkinkan dokter untuk melihat struktur mata bagian depan dengan pembesaran tinggi. Dengan slit lamp, dokter dapat mengevaluasi kondisi kornea, konjungtiva, kelopak mata, kelenjar Meibom, dan memeriksa adanya iritasi, peradangan, atau kerusakan.
4. Tes Khusus
- Tes Schirmer: Mengukur jumlah produksi air mata basal dengan menempatkan strip kertas saring khusus di bagian dalam kelopak mata bawah. Hasilnya membantu mendiagnosis mata kering.
- Pewarnaan Fluorescein: Dokter akan meneteskan pewarna oranye kekuningan ke mata. Pewarna ini akan menyoroti area kornea yang rusak, abrasi, atau benda asing di bawah cahaya biru khusus.
- Tes Waktu Pecah Air Mata (Tear Break-Up Time/TBUT): Setelah pewarnaan fluorescein, dokter mengamati berapa lama waktu yang dibutuhkan film air mata untuk pecah di permukaan mata. Waktu pecah yang cepat menunjukkan film air mata yang tidak stabil (indikasi mata kering).
- Irigasi Saluran Air Mata (Probing and Irrigation): Jika dicurigai ada penyumbatan, dokter dapat mencoba membilas saluran air mata dengan larutan garam steril. Jika cairan tidak mengalir ke hidung, ini mengkonfirmasi penyumbatan.
- Kultur dan Sensitivitas: Jika ada tanda-tanda infeksi bakteri, sampel cairan mata dapat diambil dan dikirim ke laboratorium untuk mengidentifikasi jenis bakteri dan antibiotik yang paling efektif.
- Pemeriksaan Tomografi Koherensi Optik (OCT) atau Pencitraan Lain: Dalam kasus yang jarang dan lebih serius, seperti dugaan tumor atau anomali struktural, pencitraan lebih lanjut mungkin diperlukan.
Pengobatan Mata Berair
Pengobatan mata berair sangat bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Setelah diagnosis yang akurat, dokter akan merekomendasikan rencana perawatan yang paling sesuai.
1. Tetes Mata yang Dijual Bebas (OTC)
- Tetes Mata Pelumas (Air Mata Buatan): Jika mata berair disebabkan oleh mata kering, tetes mata pelumas tanpa pengawet sangat direkomendasikan. Mereka membantu menstabilkan film air mata dan mengurangi iritasi yang memicu air mata refleks. Ada berbagai jenis, dari yang encer hingga gel yang lebih kental untuk malam hari.
- Tetes Mata Antihistamin: Untuk alergi mata, tetes mata yang mengandung antihistamin dapat meredakan gatal dan kemerahan. Beberapa juga mengandung penstabil sel mast yang mencegah pelepasan histamin.
- Tetes Mata Dekongestan: Mengandung vasokonstriktor yang mengecilkan pembuluh darah untuk mengurangi kemerahan. Namun, penggunaannya harus dibatasi karena penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan "mata merah rebound."
2. Obat Resep dari Dokter
- Tetes Mata Antibiotik: Jika infeksi bakteri terkonfirmasi, dokter akan meresepkan tetes mata antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.
- Tetes Mata Antivirus: Untuk infeksi virus tertentu (misalnya herpes simpleks mata), tetes mata antivirus mungkin diresepkan. Namun, untuk konjungtivitis virus umum (adenovirus), pengobatan biasanya suportif.
- Tetes Mata Steroid: Digunakan untuk mengurangi peradangan parah pada kasus alergi, mata kering yang parah, atau kondisi peradangan lainnya. Penggunaannya harus diawasi ketat oleh dokter karena efek samping potensial (misalnya peningkatan tekanan intraokular).
- Tetes Mata Anti-inflamasi Non-Steroid (NSAID): Digunakan untuk mengurangi peradangan dan nyeri.
- Tetes Mata Modulator Imun (Cyclosporine atau Lifitegrast): Diresepkan untuk mata kering kronis yang parah. Obat ini membantu meningkatkan produksi air mata alami tubuh dan mengurangi peradangan di kelenjar air mata.
- Obat Oral: Dalam beberapa kasus infeksi sistemik atau peradangan kronis, obat oral (antibiotik, antivirus, atau anti-inflamasi) mungkin diperlukan.
3. Prosedur Medis
- Punctal Plugs: Untuk mata kering yang parah, dokter dapat memasukkan sumbat kecil (punctal plugs) ke dalam puncta untuk memblokir drainase air mata, sehingga air mata tetap berada di permukaan mata lebih lama. Ada yang sementara (kolagen) dan permanen (silikon).
- Dilatasi dan Irigasi Saluran Air Mata: Untuk penyumbatan parsial, dokter dapat mencoba melebarkan saluran air mata dan membilasnya.
- Pijatan Saluran Air Mata: Pada bayi dengan penyumbatan kongenital, orang tua sering diajari teknik pijatan khusus untuk membantu membuka saluran.
- Dacryocystorhinostomy (DCR): Ini adalah prosedur bedah untuk membuat saluran drainase air mata baru yang melewati penyumbatan di duktus nasolakrimalis. Prosedur ini biasanya dilakukan pada orang dewasa dengan penyumbatan saluran air mata kronis.
- Bedah Kelopak Mata: Untuk ektropion atau entropion, operasi dapat dilakukan untuk mengembalikan kelopak mata ke posisi normalnya, memungkinkan air mata mengalir dengan benar dan mengurangi iritasi.
- Pengangkatan Benda Asing: Benda asing yang tidak bisa dibilas sendiri perlu diangkat oleh dokter menggunakan alat khusus.
4. Perubahan Gaya Hidup dan Perawatan Rumahan
- Kompres Hangat: Sangat efektif untuk blefaritis dan disfungsi kelenjar Meibom. Kompres hangat membantu melonggarkan minyak yang mengeras dan membuka kelenjar.
- Kompres Dingin: Dapat meredakan gatal dan pembengkakan pada alergi mata atau iritasi akut.
- Pembersihan Kelopak Mata: Menggunakan sampo bayi encer atau pembersih kelopak mata khusus untuk membersihkan area bulu mata dan kelopak mata, sangat membantu pada blefaritis.
- Hindari Pemicu: Jika mata berair karena alergi, identifikasi dan hindari alergen. Jika karena lingkungan, gunakan kacamata pelindung di luar ruangan, pelembap udara di dalam ruangan, dan batasi paparan AC atau angin.
- Batasi Waktu Layar: Kedip lebih sering saat menggunakan komputer atau gadget. Terapkan aturan 20-20-20: setiap 20 menit, lihat objek sejauh 20 kaki selama 20 detik.
- Cukupi Cairan Tubuh: Dehidrasi dapat memengaruhi produksi air mata.
- Nutrisi: Asupan asam lemak omega-3 (dari ikan, biji rami, suplemen) dapat membantu meningkatkan kualitas film air mata.
- Berhenti Merokok: Asap rokok adalah iritan mata yang signifikan dan dapat memperburuk mata kering.
Pencegahan Mata Berair
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Banyak kasus mata berair dapat dicegah atau diminimalisir dengan praktik kesehatan mata yang baik.
- Jaga Kebersihan Tangan: Cuci tangan secara teratur, terutama sebelum menyentuh mata, untuk mencegah penyebaran infeksi.
- Hindari Menggosok Mata: Menggosok mata dapat memperburuk iritasi, menyebabkan peradangan, dan bahkan merusak kornea.
- Gunakan Kacamata Pelindung: Saat beraktivitas di luar ruangan (terutama di lingkungan berangin atau berdebu), berenang, atau melakukan pekerjaan yang berpotensi melukai mata (misalnya berkebun, pertukangan), gunakan kacamata pelindung.
- Kelola Alergi: Jika Anda memiliki alergi, identifikasi pemicunya dan minimalkan paparan. Gunakan obat alergi (oral atau tetes mata) sesuai anjuran dokter. Bersihkan rumah secara teratur untuk mengurangi tungau debu dan bulu hewan peliharaan.
- Hidrasi Optimal: Minum cukup air sepanjang hari untuk menjaga hidrasi tubuh secara keseluruhan, yang juga mendukung produksi air mata yang sehat.
- Istirahatkan Mata Saat Menggunakan Layar: Ikuti aturan 20-20-20. Kedipkan mata secara sadar dan sering.
- Gunakan Pelembap Udara: Di lingkungan kering atau ber-AC, pelembap udara dapat membantu menjaga kelembapan di sekitar mata.
- Pembersihan Lensa Kontak yang Benar: Jika Anda pengguna lensa kontak, ikuti petunjuk kebersihan dan jadwal penggantian yang direkomendasikan oleh dokter mata Anda. Jangan tidur dengan lensa kontak jika tidak dirancang untuk itu.
- Perhatikan Tanggal Kadaluarsa Tetes Mata: Jangan gunakan tetes mata yang sudah kadaluarsa atau sudah lama dibuka, karena berisiko terkontaminasi.
- Hindari Paparan Asap dan Polusi: Jauhi asap rokok, polusi udara, dan lingkungan yang banyak mengandung iritan kimia.
- Pemeriksaan Mata Rutin: Kunjungi dokter mata secara teratur untuk pemeriksaan rutin, terutama jika Anda memiliki riwayat masalah mata atau kondisi kesehatan yang mendasarinya. Deteksi dini dapat mencegah komplikasi.
- Diet Sehat: Konsumsi makanan kaya antioksidan dan asam lemak omega-3 yang mendukung kesehatan mata.
- Hindari Make-up Mata Berlebihan atau Kadaluarsa: Make-up lama atau iritatif dapat menyumbat kelenjar Meibom dan menyebabkan blefaritis atau alergi. Selalu bersihkan make-up sebelum tidur.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun banyak kasus mata berair dapat diatasi dengan perawatan rumahan atau obat bebas, ada beberapa situasi di mana Anda harus segera mencari pertolongan medis:
- Mata Berair yang Parah dan Tiba-tiba: Terutama jika disertai nyeri, penurunan penglihatan, atau kepekaan cahaya.
- Nyeri Mata yang Hebat atau Sensasi Benda Asing yang Tidak Hilang: Ini bisa menjadi tanda abrasi kornea atau benda asing yang tertanam.
- Perubahan Penglihatan: Penglihatan kabur yang persisten, penglihatan ganda, atau kehilangan penglihatan sebagian.
- Pekeluaran Cairan Kuning atau Kehijauan (Nanah): Ini adalah tanda infeksi bakteri yang memerlukan antibiotik.
- Mata Berair yang Disertai Bengkak, Merah, dan Nyeri di Sekitar Mata: Terutama di daerah dekat hidung, yang bisa mengindikasikan dacryocystitis.
- Demam atau Gejala Sistemik Lain: Jika mata berair disertai demam, kelelahan, atau gejala lain yang mengkhawatirkan.
- Trauma atau Cedera Mata: Setelah pukulan, goresan, atau paparan bahan kimia pada mata.
- Gejala Tidak Membaik: Jika mata berair tidak membaik setelah beberapa hari perawatan rumahan atau semakin memburuk.
- Perubahan Bentuk Kelopak Mata: Jika kelopak mata tampak berbalik ke dalam atau ke luar.
- Penggunaan Lensa Kontak: Jika Anda memakai lensa kontak dan mengalami mata berair yang disertai nyeri atau kemerahan, lepaskan lensa dan segera konsultasikan dengan dokter.
"Kesehatan mata adalah jendela kita melihat dunia. Jangan pernah meremehkan gejala yang tampaknya kecil, karena dapat menjadi indikator masalah yang lebih besar. Pemeriksaan mata rutin adalah investasi terbaik untuk penglihatan Anda."
Mitos dan Fakta Seputar Mata Berair
Ada banyak kesalahpahaman tentang mata berair. Penting untuk membedakan mitos dari fakta agar tidak salah dalam penanganan.
Mitos 1: Mata berair selalu berarti Anda punya terlalu banyak air mata.
Fakta: Ini adalah salah satu mitos terbesar. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, salah satu penyebab paling umum mata berair adalah mata kering. Ketika mata terlalu kering, ia merespons dengan memproduksi air mata berlebihan sebagai upaya darurat untuk melumasi. Namun, air mata refleks ini seringkali tidak memiliki komposisi yang tepat untuk melumasi mata secara efektif, sehingga masalah terus berlanjut.
Mitos 2: Menggosok mata berair akan membantu.
Fakta: Menggosok mata justru bisa memperburuk keadaan. Jika mata berair karena alergi, menggosok mata akan melepaskan lebih banyak histamin dan memperparah gatal serta peradangan. Jika ada benda asing, menggosok dapat menyebabkan benda tersebut menggores kornea dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Selalu hindari menggosok mata, sebagai gantinya, gunakan kompres dingin atau bilas dengan air bersih jika ada iritan.
Mitos 3: Semua tetes mata sama saja.
Fakta: Tetes mata memiliki berbagai formulasi dan tujuan. Tetes mata pelumas (air mata buatan) berbeda dengan tetes mata alergi (antihistamin) atau tetes mata dekongestan. Menggunakan jenis tetes mata yang salah bisa tidak efektif atau bahkan memperburuk kondisi tertentu, misalnya menggunakan tetes dekongestan secara berlebihan bisa menyebabkan mata merah rebound. Selalu baca label atau konsultasikan dengan apoteker/dokter.
Mitos 4: Mata berair hanya terjadi pada orang tua.
Fakta: Meskipun beberapa penyebab seperti saluran air mata tersumbat atau kelopak mata kendur lebih umum pada orang tua, mata berair bisa menyerang siapa saja dari segala usia. Bayi bisa mengalami saluran air mata tersumbat kongenital, anak-anak dan remaja bisa mengalami alergi atau infeksi, dan orang dewasa muda bisa mengalami mata kering karena penggunaan layar digital.
Mitos 5: Jika mata saya berair dan merah, pasti infeksi.
Fakta: Mata berair dan merah memang bisa jadi tanda infeksi, tetapi juga bisa disebabkan oleh alergi, mata kering, iritasi, atau bahkan kelelahan. Gejala penyerta lainnya, seperti jenis cairan yang keluar (bening, mukus, atau nanah) dan rasa gatal yang dominan, dapat membantu membedakannya. Penting untuk tidak self-diagnose dan segera memeriksakan diri ke dokter jika ada kekhawatiran.
Mitos 6: Kacamata hitam hanya untuk gaya.
Fakta: Kacamata hitam dengan perlindungan UV yang memadai adalah alat penting untuk melindungi mata dari paparan sinar UV, angin, debu, dan iritan lainnya. Ini dapat membantu mencegah atau mengurangi mata berair yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
Mitos 7: Mata berair adalah kondisi normal dan tidak perlu diobati.
Fakta: Meskipun seringkali ringan, mata berair dapat menjadi tanda adanya masalah mendasar yang memerlukan perhatian. Jika dibiarkan, kondisi seperti infeksi atau penyumbatan kronis dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius. Mata berair juga dapat sangat mengganggu kualitas hidup, memengaruhi penglihatan, kenyamanan, dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Mencari diagnosis dan pengobatan yang tepat sangat direkomendasikan.
Dampak Mata Berair pada Kualitas Hidup
Meski terlihat sepele, mata berair yang persisten dapat memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup seseorang. Gangguan ini bisa memengaruhi berbagai aspek, baik fisik, emosional, maupun sosial.
- Gangguan Penglihatan: Air mata yang berlebihan di permukaan mata dapat mengaburkan pandangan, menyebabkan penglihatan kabur intermiten. Hal ini sangat mengganggu saat membaca, mengemudi, atau melakukan tugas yang membutuhkan fokus visual.
- Ketidaknyamanan Fisik: Rasa perih, gatal, sensasi terbakar, atau perasaan adanya benda asing di mata dapat menjadi sangat menjengkelkan dan mengurangi kenyamanan sepanjang hari.
- Penampilan: Mata yang terus-menerus merah, bengkak, atau mengeluarkan cairan dapat membuat seseorang merasa kurang percaya diri. Air mata yang menetes terus-menerus juga dapat merusak riasan dan membuat penampilan terlihat lelah atau sakit.
- Kesulitan Melakukan Aktivitas Sehari-hari: Aktivitas sederhana seperti membaca buku, menonton televisi, menggunakan komputer, atau bahkan sekadar berbicara dengan orang lain dapat terganggu. Mengemudi, terutama di malam hari atau dalam kondisi cuaca buruk, bisa menjadi berbahaya karena penglihatan yang terganggu.
- Dampak Psikologis: Frustrasi, stres, dan kecemasan adalah respons umum terhadap kondisi kronis yang mengganggu seperti mata berair. Pada kasus yang parah, hal ini bahkan dapat menyebabkan depresi.
- Pembatasan Sosial: Beberapa orang mungkin merasa enggan untuk bersosialisasi atau menghadiri acara tertentu karena kondisi mata mereka atau kekhawatiran tentang penampilannya.
- Risiko Komplikasi: Mata berair yang tidak diobati, terutama jika disebabkan oleh infeksi atau penyumbatan, dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius seperti infeksi kornea, ulkus kornea, atau infeksi kantung air mata kronis yang memerlukan intervensi bedah.
Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak mengabaikan mata berair kronis dan mencari pertolongan medis untuk diagnosis dan pengelolaan yang tepat.
Penutup
Mata berair adalah kondisi yang sering dialami banyak orang dengan berbagai penyebab, mulai dari yang ringan hingga yang memerlukan perhatian serius. Pemahaman tentang anatomi air mata, berbagai pemicu, gejala penyerta, serta metode diagnosis dan pengobatan yang tepat adalah kunci untuk menjaga kesehatan mata secara optimal.
Penting untuk diingat bahwa setiap kondisi mata berair adalah unik dan memerlukan evaluasi individual oleh profesional medis. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter mata jika Anda mengalami mata berair yang persisten, disertai gejala yang mengkhawatirkan, atau jika perawatan rumahan tidak memberikan perbaikan. Dengan diagnosis dini dan penanganan yang sesuai, sebagian besar kasus mata berair dapat diobati secara efektif, memungkinkan Anda untuk kembali menikmati penglihatan yang jernih dan nyaman.
Jagalah kebersihan mata, lindungi dari iritan, dan berikan perhatian yang cukup pada kesehatan mata Anda. Mata adalah aset berharga yang memungkinkan kita menjelajahi dunia, dan merawatnya adalah investasi terbaik untuk masa depan.