Sebagai alumni, setiap tulisan yang kita sebarkan—baik itu di media sosial, pesan elektronik, atau bahkan dalam surat resmi reuni—mencerminkan citra almamater kita. Salah satu aspek krusial yang sering terabaikan adalah **tulisan alumni yang benar** dari segi tata bahasa dan ejaan. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai kaidah EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) atau PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), adalah cerminan profesionalisme dan kedewasaan intelektual.
Representasi visual pentingnya ketelitian dalam setiap tulisan.
Lulusan perguruan tinggi dianggap telah menguasai standar literasi tinggi. Ketika kita menulis, kita tidak hanya merepresentasikan diri sendiri, tetapi juga institusi yang kita banggakan. Kesalahan penulisan kata umum seperti penggunaan "di mana" sebagai kata keterangan tempat (seharusnya cukup "di" atau "tempat") atau kesalahan penulisan imbuhan "di-" yang seharusnya dipisah (sebagai preposisi) dan disambung (sebagai awalan) seringkali mengurangi kredibilitas pesan yang disampaikan.
Sebagai contoh, kalimat, "Saya akan di kirim laporannya besok," seharusnya menjadi, "Saya akan dikirim laporannya besok" (karena 'di-' adalah awalan pasif). Sebaliknya, "Alamatnya di mana rumah Pak Budi?" seharusnya menjadi "Alamat rumah Pak Budi di..."
Seiring perkembangan zaman, banyak kata serapan baru dan akronim muncul. Penting bagi alumni untuk memastikan kata serapan tersebut sudah diserap sesuai kaidah resmi. Misalnya, kata "sistem" bukan "sistim". Kata "analisis" bukan "analisa". Menggunakan bentuk baku menunjukkan bahwa kita masih mengikuti perkembangan standar bahasa resmi.
Selain itu, penggunaan akronim (singkatan yang dibaca seperti kata, contoh: PUSKESMAS) dan singkatan (dibaca per huruf, contoh: S.E.O.) harus jelas. Ketika menulis pengumuman reuni, pastikan nama resmi organisasi alumni atau fakultas ditulis dengan kapitalisasi yang konsisten. Konsistensi dalam penulisan nama adalah kunci profesionalisme komunikasi antaralumni.
Tanda baca seringkali menjadi sumber kesalahan fatal. Penggunaan koma (,) sangat vital untuk memisahkan anak kalimat, rincian, atau sebelum kata hubung tertentu. Kesalahan umum adalah menempatkan koma sebelum kata sambung seperti "tetapi", padahal dalam kalimat setara, koma tidak diperlukan kecuali jika ada jeda yang sangat signifikan atau jika kalimatnya panjang.
Titik (.) harus digunakan di akhir setiap kalimat deklaratif atau imperatif. Banyak alumni, terutama dalam komunikasi cepat via pesan instan, cenderung menghilangkan titik. Meskipun dalam konteks informal hal ini dimaklumi, dalam tulisan formal yang mewakili komunitas alumni, kelengkapan tanda baca menunjukkan ketelitian dan penghormatan terhadap pembaca. Jangan lupakan penggunaan titik dua (:) yang benar setelah kata atau frasa yang diikuti oleh perincian, misalnya: "Agenda utama hari ini meliputi: sambutan, presentasi, dan sesi tanya jawab."
Sebagai lulusan berbagai bidang, alumni cenderung menggunakan jargon teknis. Meskipun jargon ini penting dalam diskusi internal, dalam komunikasi yang lebih luas (misalnya, mengundang masyarakat umum atau alumni lintas disiplin), penggunaan jargon harus diminimalisir atau dijelaskan. Tujuannya adalah komunikasi yang inklusif. Tulisan alumni yang baik adalah tulisan yang komunikatif, mudah dipahami oleh semua lapisan audiens tanpa kehilangan makna substansialnya.
Untuk memastikan tulisan alumni yang benar, terapkan langkah-langkah berikut sebelum mengirim atau mempublikasikan:
Memprioritaskan kebenaran ejaan dan tata bahasa bukan sekadar soal mengikuti aturan kaku. Ini adalah cerminan integritas intelektual kita sebagai bagian dari komunitas alumni yang terdidik dan ingin terus memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Dengan memperhatikan detail kecil ini, warisan dan reputasi alumni akan semakin kuat dan terhormat.