Pertanyaan mengenai "20 ampere berapa volt" sering muncul dalam diskusi kelistrikan, baik oleh penghobi elektronik, teknisi pemula, maupun pengguna rumah tangga yang ingin memahami spesifikasi peralatan mereka. Namun, untuk menjawabnya secara akurat, kita harus memahami konsep dasar elektronika: Ohm's Law (Hukum Ohm).
Secara fundamental, **Ampere (A)** adalah satuan untuk mengukur **Arus Listrik** (seberapa banyak muatan listrik yang mengalir), sedangkan **Volt (V)** adalah satuan untuk mengukur **Tegangan Listrik** (potensi atau tekanan yang mendorong arus tersebut). Keduanya adalah dua besaran yang berbeda dan tidak bisa langsung dikonversi satu sama lain tanpa mengetahui variabel ketiga, yaitu **Resistansi (R)**.
Hukum Ohm menjelaskan hubungan linier antara Tegangan (V), Arus (I, yang diukur dalam Ampere), dan Resistansi (R, diukur dalam Ohm). Rumus dasarnya adalah:
Dari rumus di atas, kita dapat melihat bahwa untuk mengetahui nilai Volt (V) dari sebuah sistem yang memiliki arus 20 Ampere (I = 20A), kita harus terlebih dahulu mengetahui nilai Resistansi (R) dari beban atau sirkuit tersebut.
Misalnya, Anda memiliki pemanas listrik yang menarik arus sebesar 20 Ampere. Jika Anda mengetahui bahwa resistansi elemen pemanas tersebut adalah 5 Ohm ($\text{R} = 5\Omega$), maka tegangan yang dibutuhkan adalah:
Dalam skenario ini, 20 Ampere membutuhkan tegangan 100 Volt untuk dapat mengalir melalui beban dengan resistansi 5 Ohm.
Di Indonesia, jaringan listrik rumah tangga umumnya menggunakan tegangan standar 220 Volt AC. Jika sebuah perangkat menarik arus 20 Ampere dari sumber 220 Volt, maka resistansi total sirkuit tersebut adalah:
Ini menunjukkan bahwa 20 Ampere pada 220 Volt berada pada sirkuit dengan resistansi 11 Ohm. Jika resistansi lebih rendah, arus akan lebih tinggi (atau tegangan harus dinaikkan); jika resistansi lebih tinggi, arus akan lebih rendah (atau tegangan harus diturunkan).
Arus sebesar 20 Ampere bukanlah arus yang kecil, terutama dalam konteks instalasi rumah tangga standar. Dalam konteks kelistrikan, arus ini sering dikaitkan dengan:
Kesalahan umum yang terjadi adalah menganggap 20 Ampere secara otomatis berarti 220 Volt. Hal ini hanya benar jika Anda berada dalam instalasi listrik standar Indonesia dan perangkat tersebut memang dirancang untuk menarik arus maksimum dari sumber tersebut. Jika Anda bekerja dengan baterai 12V, 20 Ampere akan menghasilkan daya yang jauh lebih kecil dibandingkan 20 Ampere pada 220V.
Untuk mendapatkan gambaran lengkap, penting untuk memperkenalkan satuan Daya Listrik, yaitu Watt (W), yang dihitung dengan rumus:
Jika kita kembali ke kasus 20 Ampere:
Perbedaan daya yang dihasilkan sangat drastis, membuktikan bahwa pertanyaan "20 Ampere berapa Volt" tidak memiliki jawaban tunggal. Tegangan adalah "pendorong," Ampere adalah "aliran," dan hasil perkalian keduanya (Watt) adalah "kerja" yang dihasilkan oleh sistem tersebut.
Tidak ada konversi langsung dari 20 Ampere ke Volt. Untuk menentukan tegangan (Volt) yang terkait dengan arus 20 Ampere, Anda wajib mengetahui nilai resistansi (Ohm) dari beban yang dialiri arus tersebut, berdasarkan Hukum Ohm ($V = I \times R$). Jika Anda mengacu pada jaringan listrik rumah tangga di Indonesia, maka tegangan standar yang umum digunakan adalah 220 Volt.