Ketika kita berbicara tentang nyeri dada yang berhubungan dengan jantung, istilah umum seperti angina pektoris sering muncul. Namun, ada kondisi yang jauh lebih langka dan sering disalahpahami, yaitu abdominalna angina. Kondisi ini merupakan manifestasi atipikal dari penyakit arteri koroner (CAD), di mana gejala iskemia jantung muncul sebagai nyeri atau ketidaknyamanan yang dominan di area perut, bukan di dada. Memahami abdominalna angina sangat penting karena dapat menunda diagnosis yang tepat dan pengobatan yang diperlukan.
Abdominalna angina, atau sering juga disebut sebagai angina abdominal, terjadi ketika suplai darah yang tidak memadai (iskemia) mencapai bagian bawah jantung (inferior wall) yang mungkin dipersarafi oleh saraf yang tumpang tindih dengan saraf perut. Secara fisiologis, ini adalah angina pektoris yang gejalanya terlokalisasi di abdomen. Pasien sering menggambarkan rasa nyeri seperti kram berat, kembung, atau rasa penuh yang menetap di ulu hati (epigastrium).
Karena lokasinya yang tidak biasa, abdominalna angina sering kali disalahartikan sebagai masalah gastrointestinal (GI). Pasien mungkin mencari pertolongan ke dokter spesialis penyakit dalam atau gastroenterolog terlebih dahulu, yang kemudian memperpanjang waktu diagnosis yang krusial. Tingkat prevalensi kondisi ini tidak tercatat secara luas, namun para kardiolog mengakui keberadaannya, terutama pada lansia atau mereka yang memiliki faktor risiko kardiovaskular yang signifikan.
Kunci utama dalam mendiagnosis abdominalna angina adalah menghubungkan nyeri perut tersebut dengan aktivitas fisik atau stres emosional. Gejala yang paling khas meliputi:
Perbedaan mendasar antara abdominalna angina dan kondisi GI seperti tukak lambung atau dispepsia adalah hubungannya dengan beban kerja jantung. Pada angina, nyeri bersifat iskemik dan berhubungan dengan kebutuhan oksigen miokardium yang meningkat. Pada masalah GI murni, nyeri biasanya berhubungan dengan konsumsi makanan atau posisi tubuh tertentu dan tidak hilang dengan cepat setelah istirahat total dari aktivitas fisik berat.
Sama seperti angina klasik, abdominalna angina sangat erat kaitannya dengan faktor risiko penyakit jantung koroner. Jika seorang pasien datang dengan keluhan nyeri perut persisten, dokter harus proaktif mencari faktor risiko berikut:
Kehadiran satu atau lebih faktor risiko ini seharusnya memicu kecurigaan adanya komponen iskemik di balik gejala perut yang membingungkan tersebut.
Diagnosis abdominalna angina memerlukan pendekatan yang holistik. Tes awal mungkin mencakup EKG (elektrokardiogram) saat istirahat. Namun, karena nyeri hanya muncul saat iskemia terjadi, EKG istirahat mungkin normal. Oleh karena itu, tes stres (seperti treadmill test atau stress echocardiogram) menjadi vital untuk memprovokasi gejala sambil memantau perubahan aktivitas listrik jantung atau respons nyeri.
Setelah diagnosis dikonfirmasi, penanganannya mengikuti protokol standar untuk Penyakit Arteri Koroner (CAD). Ini melibatkan manajemen faktor risiko, terapi obat anti-iskemik (seperti nitrat atau beta-blocker), dan terapi anti-trombotik (aspirin). Dalam kasus penyumbatan arteri yang signifikan, prosedur revaskularisasi seperti angioplasti koroner (stent) atau bedah bypass mungkin diperlukan untuk memastikan aliran darah yang memadai ke jantung.
Kesadaran akan abdominalna angina adalah langkah pertama menuju diagnosis dini. Jika Anda atau kerabat Anda mengalami nyeri perut yang terasa aneh dan tampaknya muncul saat beraktivitas, jangan hanya menganggapnya sebagai sakit maag. Konsultasikan dengan dokter dan pastikan untuk menyebutkan riwayat faktor risiko jantung Anda.