Simbol Persatuan dan Keadilan Ilahi Iman & Keadilan

Kedudukan Orang Beriman: Membedah Al-Anfal Ayat 74

Surat Al-Anfal (Harta Rampasan Perang) adalah salah satu surat Madaniyah yang sarat dengan pelajaran penting mengenai etika peperangan, pembagian harta rampasan, dan yang terpenting, bagaimana seharusnya karakter seorang Muslim yang telah memeluk Islam dan berjuang di jalan Allah. Di tengah ayat-ayat yang membahas strategi dan logistik, terdapat ayat yang secara tegas mendefinisikan status sosial dan spiritual mukminin sejati, yaitu ayat ke-74.

"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat tinggal dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itulah orang-orang yang beriman yang sebenarnya. Bagi mereka ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia." (QS. Al-Anfal: 74)

Tiga Pilar Utama Keimanan Sejati

Ayat 74 ini tidak sekadar memberikan pujian, melainkan menetapkan tiga indikator utama yang membedakan antara Muslim yang hanya berlabel dengan Muslim yang benar-benar memiliki kedalaman iman: Iman (Keyakinan), Hijrah (Pengorbanan Tempat), dan Jihad (Perjuangan).

1. Iman yang Membawa Tindakan

Kata "beriman" (alladzina amanu) menjadi fondasi. Namun, iman dalam konteks ayat ini bukan sekadar pengakuan lisan. Ia adalah keyakinan yang terwujud dalam tindakan nyata. Keimanan yang hakiki harus mampu mendorong pemeluknya untuk meninggalkan zona nyaman demi ketaatan kepada perintah Allah.

2. Hijrah: Mengutamakan Allah di Atas Segalanya

Hijrah di sini merujuk pada peristiwa bersejarah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat meninggalkan Mekkah menuju Madinah demi menyelamatkan keyakinan mereka dari tekanan dan penindasan. Makna Hijrah meluas hingga hari ini, yaitu kesiapan meninggalkan segala sesuatu—harta, keluarga, kenyamanan—ketika keyakinan kita terancam atau ketika Allah memerintahkan sebuah perpindahan demi kemaslahatan agama. Ini adalah ujian konkret atas prioritas hati.

3. Jihad di Jalan Allah

Jihad dalam ayat ini merujuk pada perjuangan sungguh-sungguh. Dalam konteks historis ayat ini turun, ini seringkali berarti perjuangan fisik mempertahankan diri dan komunitas yang baru terbentuk. Namun, secara universal, ia mencakup seluruh bentuk perjuangan demi tegaknya kalimat Allah—baik melalui lisan, harta, ilmu pengetahuan, maupun pengorbanan fisik yang diperlukan. Ini adalah manifestasi dari keberanian moral dan spiritual.

Peran Kaum Anshar: Simbol Solidaritas

Ayat ini tidak berhenti pada Muhajirin (mereka yang berhijrah). Ayat tersebut secara khusus menyebutkan kelompok kedua: "Dan orang-orang yang memberi tempat tinggal dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin)." Kelompok ini adalah kaum Anshar di Madinah.

Keterlibatan Anshar menegaskan bahwa iman sejati juga terukur dari empati dan solidaritas sosial. Mereka tanpa pamrih berbagi sumber daya, rumah, bahkan kehidupan mereka dengan para pendatang yang baru saja kehilangan segalanya. Ini mengajarkan bahwa membantu sesama mukmin yang sedang berada dalam kesulitan adalah bagian integral dari ibadah itu sendiri. Keseimbangan antara pengorbanan diri (Hijrah) dan pengorbanan harta/waktu untuk orang lain (Pertolongan) membentuk kesempurnaan iman.

Balasan Bagi Mukminin yang Sebenarnya

Setelah menetapkan kriteria yang tinggi tersebut, Allah memberikan janji yang luar biasa bagi mereka yang memenuhi syarat tersebut: "Bagi mereka ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia."

Ampunan (Maghfirah) adalah jaminan akhirat, penghapusan dosa-dosa yang mungkin timbul meskipun mereka telah berjuang keras. Sementara Rezeki yang Mulia (Rizqan Karima) dapat dimaknai sebagai kenikmatan di dunia yang penuh berkah, atau puncaknya, kenikmatan abadi di Surga yang jauh melampaui segala kenikmatan duniawi.

Oleh karena itu, Al-Anfal ayat 74 berfungsi sebagai barometer iman. Ia menantang setiap Muslim untuk memeriksa diri: Apakah iman saya hanya sekadar teori, ataukah ia telah mendorong saya untuk berkorban, berpindah demi kebenaran, berjuang di jalan Allah, dan secara aktif menunjukkan kepedulian kepada sesama yang membutuhkan? Keimanan yang sesungguhnya adalah keimanan yang menghasilkan pengorbanan dan kepedulian tanpa pamrih.

🏠 Homepage