Alergen pada makanan adalah zat dalam makanan yang dapat memicu respons imun abnormal pada individu yang sensitif. Respons ini, yang dikenal sebagai reaksi alergi makanan, terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi protein tertentu dalam makanan sebagai ancaman berbahaya, lalu melepaskan zat kimia seperti histamin yang menyebabkan gejala mulai dari ringan hingga mengancam jiwa.
Apa Itu Reaksi Alergi Makanan?
Alergi makanan berbeda dengan intoleransi makanan. Intoleransi biasanya melibatkan sistem pencernaan (misalnya, kekurangan enzim laktase untuk mencerna laktosa), sementara alergi melibatkan respons sistem kekebalan tubuh. Reaksi alergi dapat terjadi sangat cepat, seringkali dalam hitungan menit setelah konsumsi, dan tingkat keparahannya bervariasi antar individu.
Delapan Alergen Utama yang Wajib Diperhatikan
Di banyak negara, termasuk Indonesia, terdapat kelompok makanan yang paling sering dilaporkan menyebabkan reaksi alergi serius. Mengenal kelompok ini sangat penting bagi penderita alergi:
- Kacang Pohon (Tree Nuts): Meliputi almond, kenari, mete, pistachio, dan kacang macadamia.
- Kacang Tanah (Peanut): Meskipun secara botani bukan kacang pohon, alergi kacang tanah sangat umum dan seringkali parah.
- Susu Sapi: Reaksi terhadap protein kasein atau whey dalam susu.
- Telur: Alergi terhadap protein dalam putih atau kuning telur.
- Gandum: Reaksi terhadap protein gluten (meskipun penyakit seliak adalah kondisi autoimun yang berbeda, alergi gandum juga umum).
- Kedelai: Sering ditemukan dalam produk olahan seperti tahu, tempe, dan minyak nabati.
- Ikan: Seperti salmon, tuna, dan cod.
- Kerang-kerangan (Shellfish): Termasuk udang, kepiting, dan lobster.
Selain delapan besar ini, alergi terhadap wijen, mustard, dan beberapa jenis buah juga cukup sering ditemui.
Gejala yang Timbul Akibat Paparan Alergen
Gejala alergi makanan dapat mempengaruhi berbagai sistem organ tubuh. Penting untuk segera mencari bantuan medis jika terjadi gejala berat. Gejala umum meliputi:
Gejala pada Kulit:
- Biduran (gatal-gatal)
- Pembengkakan pada bibir, wajah, atau tenggorokan
- Eksim yang memburuk
Gejala pada Saluran Pernapasan:
- Hidung tersumbat atau pilek
- Sesak napas atau mengi
- Sensasi tersedak
Gejala pada Saluran Pencernaan:
- Mual dan muntah
- Sakit perut atau kram
- Diare
Bahaya Anafilaksis
Bentuk reaksi alergi yang paling berbahaya adalah anafilaksis. Ini adalah reaksi sistemik yang terjadi dengan cepat dan dapat menyebabkan syok, penyempitan saluran napas, penurunan tekanan darah drastis, dan bahkan kematian jika tidak ditangani segera. Anafilaksis seringkali memerlukan suntikan epinefrin (adrenalin) darurat.
Tips Menghindari Paparan Alergen
Bagi penderita alergi makanan, pencegahan adalah kunci utama manajemen alergi. Manajemen ini memerlukan kewaspadaan tinggi dalam memilih dan mengonsumsi makanan sehari-hari:
- Baca Label dengan Teliti: Di banyak negara, label makanan wajib mencantumkan kandungan alergen utama. Selalu cari kata-kata seperti "Mengandung..." atau "Diproses di fasilitas yang juga mengolah...".
- Waspada Kontaminasi Silang (Cross-Contamination): Di dapur atau restoran, alat masak yang sama dapat memindahkan jejak alergen dari satu makanan ke makanan lain.
- Komunikasi di Restoran: Selalu informasikan staf restoran mengenai alergi Anda secara spesifik dan tanyakan tentang bahan baku serta prosedur persiapan makanan.
- Bawa Obat Darurat: Jika diresepkan, pastikan auto-injector epinefrin selalu tersedia dan dalam jangkauan.
- Edukasi Keluarga dan Teman: Orang-orang terdekat perlu mengetahui apa alergen Anda dan bagaimana merespons jika terjadi reaksi.
Mengelola alergen pada makanan membutuhkan komitmen seumur hidup. Pemahaman yang baik mengenai pemicu alergi dan langkah pencegahan yang ketat adalah cara terbaik untuk menikmati hidup tanpa khawatir akan reaksi yang tidak diinginkan.