Alergi protein susu sapi (APSS) adalah salah satu reaksi hipersensitivitas makanan yang paling umum terjadi, terutama pada bayi dan anak kecil. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap salah satu atau kedua jenis protein utama yang ditemukan dalam susu sapi, yaitu kasein dan whey. Penting untuk membedakan APSS dari intoleransi laktosa, karena keduanya memiliki mekanisme dan penanganan yang sangat berbeda.
Pada kasus APSS, tubuh salah mengidentifikasi protein susu sebagai zat berbahaya. Respons imun segera dipicu, melepaskan zat kimia seperti histamin, yang kemudian memicu serangkaian gejala. Reaksi ini bisa terjadi dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi produk susu.
Protein utama yang menjadi target reaksi alergi meliputi:
Meskipun banyak anak yang tumbuh melewati alergi ini seiring bertambahnya usia—seringkali pada usia 3 hingga 5 tahun—bagi sebagian orang dewasa, alergi ini bisa menetap seumur hidup dan memerlukan manajemen diet yang ketat.
Gejala alergi protein susu sapi bervariasi dari ringan hingga mengancam jiwa (anafilaksis). Gejala dapat menyerang berbagai sistem organ dalam tubuh:
Diagnosis APSS harus selalu dilakukan oleh dokter spesialis alergi atau dokter anak. Tes yang umum digunakan meliputi tes tusuk kulit (skin prick test) dan tes darah untuk mengukur antibodi IgE spesifik. Penting untuk tidak mencoba mendiagnosis sendiri, karena hasil positif pada tes tidak selalu berarti reaksi klinis yang parah.
Saat ini, penanganan paling efektif untuk APSS adalah penghindaran total terhadap protein susu sapi dan semua produk turunannya. Ini berarti bukan hanya menghindari susu cair, tetapi juga:
Untuk bayi, pengobatan utamanya adalah mengganti ASI dengan formula hipoalergenik khusus, seperti formula asam amino (AA formula) atau formula ekstensif terhidrolisis (EHF), sesuai anjuran dokter. Pemberian kalsium dan Vitamin D tambahan seringkali perlu dilakukan untuk menggantikan nutrisi yang hilang dari susu.
Kabar baiknya, sebagian besar anak kecil menunjukkan toleransi terhadap susu sapi seiring pertumbuhan mereka. Dokter biasanya akan merekomendasikan tes provokasi oral (Oral Food Challenge/OFC) yang dilakukan di lingkungan klinis saat anak dianggap cukup besar, untuk memastikan apakah alergi sudah hilang. Hasil positif pada tes ini membuka jalan bagi anak untuk kembali menikmati produk susu secara aman.