Doa Dhuha merupakan salah satu amalan sunnah muakkad (sangat dianjurkan) yang dikerjakan pada waktu pagi setelah matahari terbit hingga menjelang waktu Dzuhur. Waktu ini dianggap istimewa karena merupakan periode transisi energi dan rezeki yang mulai dicurahkan Allah SWT kepada hamba-Nya. Salah satu bacaan utama dalam amalan ini adalah doa yang terkenal dengan lafaznya: "Allahumma inna dhuha..."
Melaksanakan salat Dhuha disertai dengan membaca doa ini bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan sebuah bentuk penyerahan diri dan permohonan agar segala urusan di hari itu dipermudah, rezeki dilancarkan, dan dijauhkan dari kesulitan. Kekuatan doa ini terletak pada pengakuan kita bahwa seluruh ketetapan pagi hari berada di genggaman kuasa Ilahi.
اَللّهُمَّ إِنَّ الضُّحَى ضُحَاءُكَ، وَالْجَمَالُ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةُ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةُ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةُ عِصْمَتُكَ
Allahumma inna dhuha dhuha’uk, wal jamaalu jamaaluk, wal quwwatu quwwatuk, wal qudratu qudratuk, wal ‘ishmatu ‘ishmatuk.
"Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha ini adalah waktu-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, kekuasaan ini adalah kekuasaan-Mu, dan perlindungan ini adalah perlindungan-Mu."
Doa tersebut seringkali dilanjutkan dengan permohonan yang lebih spesifik, memohon rahmat dan karunia-Nya, terutama terkait dengan rezeki duniawi dan akhirat. Lafaz lanjutan ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang kita harapkan adalah anugerah murni dari Allah SWT.
اَللّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبِجَمَالِكَ وَبِقُوَّتِكَ وَبِقُدْرَتِكَ آتِنِي مَا آتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ.
Allahumma in ka rizqi fi sama’i fa anzilhu, wa in ka fil ardi fa akhrijhu, wa in ka mu’asaran fa yassirhu, wa in ka haraman fa tahhirhu, wa in ka ba’idan fa qarrimhu, bi haqqi dhuha’ika wa bi jamaalika wa bi quwwatika wa bi qudratika, atini ma ataita ‘ibadakash salihin.
"Ya Allah, jika rezekiku berada di langit, maka turunkanlah. Jika berada di bumi, maka keluarkanlah. Jika sulit, mudahkanlah. Jika haram, sucikanlah. Jika jauh, dekatkanlah. Demi hak dhuha-Mu, demi keindahan-Mu, demi kekuatan-Mu, dan demi kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh."
Keutamaan doa ini berakar pada waktu pelaksanaannya. Pagi hari adalah waktu di mana keberkahan dicurahkan secara massif. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Allah SWT berfirman, "Wahai anak Adam, janganlah engkau sekali-kali meninggalkan empat rakaat di awal siang (salat Dhuha), karena Aku akan mencukupi kebutuhanmu pada akhir siang hari itu."
Dengan membaca "Allahumma inna dhuha..." kita mengakui totalitas kekuasaan Allah. Kita menyerahkan segala potensi kesulitan rezeki—baik yang tersembunyi, sulit dijangkau, atau bahkan yang masih berupa kemungkinan—kepada Zat yang Maha Mengatur. Pengakuan bahwa kekuatan, keindahan, dan perlindungan mutlak milik-Nya adalah pondasi tawakal yang kokoh.
Amalan ini mengajarkan kita untuk memulai hari dengan spiritualitas yang tinggi. Daripada mengandalkan perencanaan manusia semata, kita menempatkan harapan terbesar pada janji Ilahi. Ketika seseorang rutin menjaga amalan Dhuha dan doa ini, ia akan merasakan ketenangan batin, sebab ia telah memindahkan beban pencarian rezeki kepada pemilik rezeki itu sendiri. Kepercayaan ini seringkali menjadi kunci terbukanya pintu-pintu rezeki yang tak terduga.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan doa "Allahumma inna dhuha" ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah kontrak spiritual harian. Dengan mengulanginya dengan penuh penghayatan, kita memohon agar hari kita dipenuhi dengan keberkahan, kemudahan dalam bekerja, dan limpahan rezeki yang halal, sebagaimana yang dijanjikan bagi hamba-hamba-Nya yang saleh. Ibadah ini menutup satu siklus hari dengan harapan positif yang bersumber dari keimanan yang teguh.