Makna Mendalam Doa Nabi Sulaiman AS

Kekuasaan

Ilustrasi Keagungan Hikmah

Memahami Kalimat "Allahuma Indahola fi Shuroti Sulaimana"

Dalam khazanah Islam, doa-doa para Nabi memiliki kedalaman makna dan keberkahan yang luar biasa. Salah satu doa yang seringkali menjadi perenungan adalah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Sulaiman bin Dawud AS. Meskipun lafal yang sering dipopulerkan seringkali bervariasi dalam redaksi, esensi dari permintaan Nabi Sulaiman kepada Allah SWT selalu berkisar pada permohonan kekuasaan, kebijaksanaan, dan karunia yang belum pernah diberikan kepada siapapun sebelumnya.

Frasa seperti yang diucapkan, atau merujuk pada substansinya, "Allahuma Indahola fi Shuroti Sulaimana" (Ya Allah, berikanlah kepadaku kerajaan/kekuasaan yang tidak patut dimiliki oleh seorang pun setelahku), adalah puncak permohonan beliau yang tercatat dalam Al-Qur'an. Ini bukanlah permintaan sombong, melainkan pengakuan akan kebesaran Allah sebagai satu-satunya Pemberi kekuasaan tertinggi.

Konteks Permohonan Kekuasaan Agung

Nabi Sulaiman AS diuji dengan anugerah yang sangat besar. Beliau dianugerahi kemampuan untuk berbicara dengan angin, jin, manusia, dan hewan. Kekuasaannya melampaui raja-raja duniawi pada masanya. Oleh karena itu, ketika beliau berdoa, permintaannya sangat spesifik dan terikat pada syarat keridhaan ilahi. Doa ini bukan sekadar meminta harta atau takhta, melainkan meminta seperangkat kemampuan manajerial dan spiritual untuk memimpin umat dan mengelola ciptaan Allah dengan adil.

Inti dari permohonan ini termaktub dalam Surah Shad ayat ke-35, di mana Nabi Sulaiman memohon, "Ia berkata, 'Ya Tuhanku, ampunilah aku dan karuniakanlah kepadaku kerajaan yang tak seorang pun pantas memilikinya sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi'."

"Rabbighfirli Wahabli Mulkan La Yanbaghi Li Ahadim Min Ba'di Inaka Antal Wahhab." (Ya Tuhanku, ampunilah aku dan karuniakanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut dimiliki seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi.)

Hikmah di Balik Permintaan yang Unik

Mengapa seorang Nabi meminta sesuatu yang 'tidak pantas' dimiliki orang lain? Jawabannya terletak pada tanggung jawab yang menyertai kekuasaan tersebut. Kekuasaan Nabi Sulaiman sangat berat. Ia harus mampu mengendalikan kekuatan alam, menundukkan jin yang jahat, serta menegakkan keadilan bagi seluruh makhluk hidup tanpa melanggar batas-batas syariat. Permintaan beliau adalah sebuah pengakuan bahwa kemampuan tersebut memerlukan bantuan dan izin khusus dari Sang Pencipta.

Doa ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika memohon sesuatu yang besar, kita harus terlebih dahulu memohon ampunan. Hal ini menunjukkan kerendahan hati yang ekstrem, meskipun beliau adalah seorang Nabi yang maksum. Amalan ini menegaskan bahwa segala pencapaian duniawi harus didahului dengan pembersihan diri dan kesadaran akan kekurangan kita di hadapan Allah.

Relevansi Doa Sulaiman dalam Kehidupan Modern

Meskipun kita mungkin tidak meminta kerajaan duniawi sebesar Nabi Sulaiman, esensi doa tersebut tetap relevan. Dalam konteks modern, "kekuasaan" dapat diterjemahkan sebagai tanggung jawab profesional, kepemimpinan dalam keluarga, atau pengaruh positif dalam komunitas. Ketika kita diberikan amanah besar, kita membutuhkan kebijaksanaan (hikmah) yang melebihi kemampuan rasional kita semata.

Doa ini mendorong kita untuk tidak pernah merasa cukup dengan kemampuan diri sendiri saat memegang tanggung jawab. Kita harus senantiasa memohon kepada Allah agar karunia yang kita terima tidak menjadi fitnah (ujian berat), melainkan benar-benar menjadi sarana untuk beribadah dan menegakkan kebenaran. Kita memohon agar Allah melindungi kita dari kesombongan yang seringkali menyertai puncak kekuasaan.

Studi Kasus Pengelolaan Amanah

Kisah Sulaiman AS adalah studi kasus terbaik dalam pengelolaan sumber daya dan kekuatan yang luar biasa. Ia tidak menggunakan kekuasaannya untuk menindas, melainkan untuk membangun dan menyebarkan tauhid. Ia mampu memerintahkan bala tentaranya yang terdiri dari berbagai spesies tanpa ada unsur paksaan yang merusak fitrah mereka, kecuali atas dasar kepatuhan kepada hukum Allah.

Keindahan doa ini adalah ia meminta anugerah yang spesifik, yaitu karunia yang tidak dimiliki orang lain. Ini menggarisbawahi bahwa setiap orang memiliki ujian dan keistimewaan yang berbeda. Fokus kita seharusnya adalah meminta keunikan peran dan kapasitas untuk menjalankan peran tersebut dengan sempurna di mata Allah. Dengan merenungkan doa "Allahuma Indahola fi Shuroti Sulaimana," kita diingatkan bahwa kekuasaan sejati adalah kekuasaan yang tunduk sepenuhnya pada kehendak Ilahi.

🏠 Homepage