Dalam perjalanan hidup yang penuh tantangan dan ketidakpastian, umat Muslim senantiasa mencari penenang hati dan kekuatan spiritual. Salah satu zikir dan doa yang sangat populer dan mendalam maknanya adalah "Allahuma la sahla illa ma ja'altahu sahla". Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah penyerahan diri total kepada kehendak dan kuasa Allah SWT, serta sebuah pengakuan bahwa kemudahan hakiki hanya datang dari-Nya.
Frasa ini seringkali diucapkan dalam kondisi sulit, saat menghadapi masalah pelik, atau sebelum memulai tugas berat. Secara harfiah, doa ini berarti: "Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali Engkau menjadikannya mudah."
Mengucapkan "Allahuma la sahla" adalah cara kita memproyeksikan keyakinan tauhid yang murni. Ia menegaskan bahwa meskipun manusia berusaha sekuat tenaga, merencanakan dengan detail, dan berupaya keras, hasil akhirnya tetap berada di tangan Sang Pencipta. Jika Allah menghendaki sesuatu itu mudah, maka tidak ada kesulitan di alam semesta ini yang mampu menghalanginya. Sebaliknya, jika Allah menetapkan suatu perkara sulit, seberapa pun mudah kelihatannya, ia akan tetap menjadi penghalang bagi kita.
Allahumma laa sahla illaa maa ja'altahu sahlaa
Doa ini sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk dibaca saat menghadapi situasi yang terasa buntu atau membutuhkan kemudahan ekstra. Salah satu konteks yang paling terkenal adalah ketika Nabi Muhammad SAW menghadapi kesulitan besar, atau ketika menghadapi suatu urusan yang membutuhkan kelancaran tanpa hambatan. Dalam konteks modern, doa ini sangat relevan untuk situasi berikut:
Manfaat dari mengamalkan doa "Allahuma la sahla" melampaui aspek spiritual semata; ia juga memberikan dampak positif pada psikologi kita. Pertama, ia berfungsi sebagai pelepas stres. Ketika kita menyerahkan beban kesulitan kepada Allah, tekanan mental yang kita pikul berkurang drastis. Kita menyadari bahwa perjuangan kita adalah bagian dari usaha, sementara hasilnya adalah ketetapan Allah.
Kedua, doa ini menumbuhkan rasa tawakal sejati. Tawakal sering disalahartikan sebagai pasif. Padahal, tawakal yang benar adalah berikhtiar maksimal (bekerja keras) kemudian berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Dengan mengucapkan doa ini, kita menegaskan bahwa ikhtiar kita telah maksimal, dan kini kita menunggu kemudahan dari sumber kemudahan itu sendiri.
Ketiga, ia meningkatkan fokus. Ketika kita berhenti mengkhawatirkan hasil dan fokus pada proses yang diperintahkan (yaitu berusaha), energi kita menjadi lebih terarah. Permintaan akan kemudahan ini membuka perspektif baru dalam memandang masalah, terkadang membuat kita menyadari bahwa solusi yang tadinya tampak rumit ternyata sederhana setelah kita meminta bantuan Ilahi.
Perjalanan hidup memang tidak selalu mulus. Akan selalu ada tanjakan dan turunan yang menguji kesabaran dan keimanan kita. Namun, dengan senantiasa mendekap zikir "Allahuma la sahla illa ma ja'altahu sahla", kita diingatkan bahwa sumber segala kemudahan berada di tangan Allah. Mengucapkan doa ini dengan hati yang tulus adalah kunci untuk membuka pintu-pintu kemudahan yang mungkin selama ini tertutup oleh kekhawatiran dan keraguan kita sendiri. Mari jadikan doa ini sebagai pelindung lisan dan penenang jiwa di setiap langkah kita.