Ilustrasi Peringatan Alergi
Udang adalah salah satu hidangan laut yang sangat populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kaya akan protein dan nutrisi, udang sering menjadi menu utama dalam berbagai masakan, mulai dari tumisan, sup, hingga hidangan panggang. Namun, bagi sebagian orang, konsumsi udang dapat memicu reaksi yang serius dan bahkan mengancam jiwa: alergi makanan udang.
Alergi makanan adalah respons sistem imun yang keliru terhadap protein dalam makanan yang sebenarnya tidak berbahaya. Protein dalam kerang-kerangan (seperti udang, kepiting, dan lobster) yang paling sering menjadi pemicu adalah tropomyosin. Ketika seseorang dengan alergi mengonsumsi udang, sistem kekebalan tubuh melepaskan zat kimia seperti histamin, yang kemudian menimbulkan serangkaian gejala alergi.
Reaksi alergi udang dapat bervariasi dari ringan hingga anafilaksis, yang merupakan kondisi darurat medis. Penting untuk mengenali tanda-tanda awal agar penanganan dapat segera dilakukan.
Anafilaksis adalah reaksi alergi sistemik yang berkembang sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani segera. Segera cari bantuan medis darurat jika muncul kombinasi gejala berikut:
Alergi udang sering kali muncul pada masa kanak-kanak, meskipun alergi terhadap kerang-kerangan seringkali bertahan hingga dewasa, berbeda dengan alergi susu atau telur yang cenderung hilang seiring bertambahnya usia. Jika Anda mencurigai adanya alergi, diagnosis profesional sangat penting. Dokter alergi biasanya akan melakukan tes kulit (skin prick test) atau tes darah (IgE spesifik) untuk mengidentifikasi alergen dengan pasti.
Perlu diperhatikan bahwa alergi terhadap krustasea (udang, kepiting) biasanya tidak sama dengan alergi moluska (kerang, tiram). Namun, karena risiko kontaminasi silang di tempat pengolahan makanan laut, banyak individu yang alergi terhadap satu jenis krustasea akan menghindari semua jenis krustasea lainnya.
Pengelolaan alergi makanan udang berpusat pada pencegahan paparan dan kesiapan menghadapi reaksi darurat.
Ini adalah langkah paling krusial. Hindari semua produk yang mengandung udang, termasuk kaldu udang atau bahan yang mungkin terkontaminasi silang. Selalu baca label makanan dengan teliti. Di banyak negara, alergen utama seperti kerang-kerangan wajib dicantumkan secara jelas pada kemasan.
Saat makan di restoran, beritahu staf mengenai alergi Anda secara spesifik. Tanyakan mengenai bahan-bahan yang digunakan dan bagaimana prosedur dapur mereka untuk mencegah kontaminasi silang antara area memasak makanan laut dan non-makanan laut.
Bagi mereka yang memiliki riwayat reaksi parah, dokter mungkin akan meresepkan Epinefrin auto-injector (EpiPen). Bawa alat ini ke mana pun Anda pergi. Pelajari cara menggunakannya dan pastikan orang-orang terdekat Anda juga mengetahuinya. Jangan pernah menunda penggunaan EpiPen jika Anda mengalami gejala anafilaksis.
Alergi makanan udang memerlukan kewaspadaan tinggi. Dengan pemahaman yang baik mengenai gejalanya dan perencanaan yang matang, risiko yang ditimbulkan oleh alergen yang tampaknya sederhana ini dapat diminimalisir, memungkinkan penderitanya untuk tetap menjalani hidup dengan aman dan berkualitas.