Ilustrasi visualisasi area rambut menipis atau rontok.
Alopesia adalah istilah medis yang merujuk pada kerontokan rambut yang terjadi pada bagian tubuh mana pun yang seharusnya ditumbuhi rambut, paling umum adalah kulit kepala. Kondisi ini bukanlah penyakit tunggal, melainkan gejala dari berbagai kondisi medis, penyakit autoimun, faktor genetik, atau efek samping pengobatan tertentu. Meskipun seringkali dianggap hanya masalah kosmetik, alopesia dapat berdampak signifikan pada harga diri dan kesehatan psikologis seseorang.
Tingkat keparahan alopesia bervariasi, mulai dari penipisan rambut ringan hingga kebotakan total (alopecia totalis atau universalis). Penting untuk memahami bahwa alopesia bukanlah masalah kebersihan, dan tidak menular. Diagnosis yang tepat dari dokter spesialis kulit (dermatolog) sangat krusial untuk menentukan akar penyebabnya, sehingga penanganan yang diberikan bisa efektif.
Penyebab kerontokan rambut sangat beragam. Meskipun banyak orang mengaitkannya dengan stres, faktor genetik dan respons imun seringkali menjadi pemicu utama. Berikut adalah beberapa kategori utama penyebab alopesia:
Ini adalah bentuk alopesia yang paling umum. Pada pria, dikenal sebagai kebotakan pola pria (M-shaped receding hairline), sedangkan pada wanita dikenal sebagai penipisan rambut pola wanita (diffuse thinning di bagian atas kepala). Penyebab utamanya adalah kombinasi faktor genetik dan pengaruh hormon androgen (terutama dihidrotestosteron/DHT).
Ini adalah kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang folikel rambut, menyebabkan kerontokan rambut tiba-tiba dalam bentuk bercak-bercak bundar halus. Alopesia areata dapat berkembang menjadi lebih parah, seperti alopecia totalis (kehilangan semua rambut di kepala) atau alopecia universalis (kehilangan semua rambut di tubuh).
Kondisi ini terjadi ketika sejumlah besar folikel rambut memasuki fase istirahat (telogen) secara prematur akibat adanya kejutan besar pada tubuh. Contoh pemicunya termasuk operasi besar, penyakit parah (seperti demam tinggi atau COVID-19), kehilangan berat badan drastis, atau tekanan emosional yang ekstrem. Kerontokan ini biasanya bersifat sementara dan rambut akan tumbuh kembali setelah pemicunya diatasi.
Beberapa kondisi medis seperti gangguan tiroid, anemia defisiensi zat besi, lupus, atau infeksi kulit kepala (misalnya kurap/tinea capitis) dapat menyebabkan alopesia. Selain itu, kemoterapi, radioterapi, dan beberapa jenis obat untuk tekanan darah tinggi atau pengencer darah juga dikenal sebagai penyebab kerontokan rambut sementara.
Memahami jenis alopesia membantu dalam menentukan protokol pengobatan yang paling sesuai:
Penanganan alopesia sangat bergantung pada penyebab dasarnya. Tidak ada satu obat yang cocok untuk semua jenis kerontokan rambut. Konsultasi dermatologis sangat dianjurkan untuk diagnosis akurat.
Secara keseluruhan, alopesia adalah kondisi multifaktorial. Dengan pemahaman yang benar mengenai jenis kerontokan yang dialami, pasien memiliki peluang yang lebih baik untuk mengelola atau membalikkan kerontokan rambut tersebut melalui intervensi medis yang tepat.