Ilustrasi Konsep: Harmoni dan Pencapaian Tertinggi.
Frasa Alto Utopia Be, meskipun tidak secara formal terdaftar dalam leksikon filsafat Barat tradisional, menarik perhatian karena menggabungkan konsep idealisme klasik dengan penekanan pada keberadaan saat ini. "Alto" mengimplikasikan ketinggian, puncak, atau standar tertinggi—sering dikaitkan dengan arsitektur atau pencapaian superior. Sementara itu, "Utopia," yang berasal dari bahasa Yunani, berarti "tanah yang tidak ada" atau tempat yang sempurna secara sosial, politik, dan moral.
Ketika ketiga elemen ini—Alto, Utopia, dan Be (menjadi)—disatukan, ia menciptakan sebuah kerangka berpikir yang mendesak: Bagaimana kita mewujudkan kondisi ideal tertinggi (Alto Utopia) dalam realitas keberadaan kita saat ini (Be)? Ini bukan sekadar tentang merancang masyarakat masa depan yang utopis secara teoritis, tetapi tentang menanamkan kualitas tertinggi tersebut dalam tindakan dan kesadaran sehari-hari.
Secara historis, diskusi tentang Utopia sering kali terperosok dalam detail tata kelola pemerintahan atau struktur ekonomi yang kaku. Dari Plato hingga Thomas More, fokusnya seringkali pada 'apa' masyarakat sempurna itu. Namun, interpretasi modern dari Alto Utopia Be mengalihkan fokus dari 'apa' menjadi 'bagaimana'. Ini adalah panggilan untuk ontologi baru, di mana kesempurnaan tidak dilihat sebagai tujuan akhir yang statis, melainkan sebagai proses dinamis dari peningkatan diri yang berkelanjutan yang berdampak pada lingkungan kolektif.
Kehadiran kata "Be" memberikan dimensi eksistensial yang kuat. Dalam bahasa Inggris, ini menyiratkan perintah atau kondisi keberadaan. Dalam konteks filosofis, ini mengingatkan pada ajaran seperti "menjadi dirimu sendiri" atau keselarasan antara diri batin dan tindakan luar. Jika kita mengadopsi Alto Utopia sebagai standar tertinggi perilaku dan pencapaian, maka "Be" menuntut kita untuk hidup setara dengan standar tersebut sekarang. Ini berarti menolak kompromi moral atau intelektual dalam interaksi harian kita.
Di era informasi dan konektivitas global, tantangan untuk mencapai "Alto Utopia Be" menjadi lebih kompleks. Kita sekarang berinteraksi melalui platform digital yang memiliki potensi untuk menciptakan ruang bersama yang sangat egaliter atau, sebaliknya, memperkuat ketidaksetaraan dan fragmentasi. Upaya untuk membangun Utopia digital, yang bebas dari misinformasi atau kebencian, memerlukan standar etika yang sangat tinggi—sebuah Alto dalam komunikasi.
Konsep ini menuntut tanggung jawab individu yang lebih besar. Setiap keputusan tentang informasi yang kita sebarkan, teknologi yang kita dukung, dan komunitas yang kita bangun harus diukur terhadap tolok ukur kesempurnaan tertinggi yang kita yakini. Hal ini berbeda dengan utopia lama yang mungkin mengandalkan pemimpin atau sistem yang sempurna; Alto Utopia Be bersifat desentralisasi, bertumpu pada komitmen kolektif setiap anggota untuk secara aktif mewujudkan kondisi ideal tersebut dalam batas-batas mereka.
Meskipun tujuannya adalah kesempurnaan ("Alto Utopia"), realitas mengharuskan kita untuk berada di tengah-tengah proses ("Be"). Ini adalah pengakuan bahwa kesempurnaan absolut mungkin tetap bersifat ideal, namun usaha mendekatinya adalah yang memberikan makna pada eksistensi kita. Menciptakan komunitas yang berempati tinggi, membangun karya seni yang mengangkat jiwa, atau mengembangkan ilmu pengetahuan yang etis—semua ini adalah manifestasi dari upaya kolektif untuk menginternalisasi visi Alto Utopia ke dalam cara kita "menjadi" di dunia ini. Pada akhirnya, Alto Utopia Be adalah undangan untuk hidup dengan integritas tertinggi yang dapat dibayangkan, tanpa menunggu masa depan yang sempurna datang.