Pengertian Dasar Altruisme
Altruisme adalah konsep fundamental dalam ilmu psikologi sosial yang merujuk pada tindakan peduli terhadap kesejahteraan orang lain tanpa mengharapkan imbalan pribadi. Tindakan ini murni didorong oleh keinginan untuk membantu, bahkan jika hal tersebut membutuhkan pengorbanan waktu, energi, atau sumber daya dari pelaku. Dalam konteks psikologi, altruisme sering diperdebatkan apakah ia benar-benar ada dalam bentuk murni, atau selalu terselubung oleh motif egois yang tidak disadari.
Secara umum, altruisme dibedakan dari perilaku prososial lainnya. Perilaku prososial mencakup tindakan membantu secara umum, yang bisa didorong oleh harapan imbalan (seperti pujian atau pengakuan) atau penghindaran hukuman. Sementara itu, altruisme sejati menuntut bahwa satu-satunya motivasi adalah mengurangi penderitaan atau meningkatkan kebahagiaan orang lain, tanpa adanya keuntungan sekunder bagi diri sendiri.
Teori-Teori Psikologis tentang Altruisme
Psikologi menawarkan beberapa kerangka kerja untuk memahami mengapa manusia bertindak secara altruistik. Salah satu teori utama adalah Hipotesis Empati-Altruisme, yang diajukan oleh C. Daniel Batson. Menurut teori ini, ketika seseorang mengalami empati terhadap penderitaan orang lain (merasa sedih atau distress bersama), mereka termotivasi untuk mengurangi distress tersebut, yang mengarah pada tindakan altruistik sejati.
Namun, teori ini sering ditantang oleh perspektif evolusioner dan egoistik. Teori Pengekangan Egois (Egoistic Constraints) berpendapat bahwa apa yang tampak sebagai altruisme hanyalah strategi untuk menghindari perasaan bersalah atau untuk mendapatkan 'keuntungan internal' seperti peningkatan harga diri (warm glow effect). Dari sudut pandang evolusi, Seleksi Kerabat (Kin Selection) menjelaskan altruisme terhadap keluarga dekat sebagai cara untuk memastikan gen yang sama bertahan hidup. Sementara itu, Altruisme Timbal Balik (Reciprocal Altruism) menyatakan bahwa kita membantu orang lain dengan harapan mereka akan membalas bantuan di masa depan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Altruistik
Faktor situasional memainkan peran besar dalam memutuskan apakah seseorang akan bertindak secara altruistik. Fenomena Efek Penonton (Bystander Effect) adalah contoh klasik, di mana semakin banyak orang yang hadir saat terjadi krisis, semakin kecil kemungkinan individu mana pun akan membantu. Ini disebabkan oleh difusi tanggung jawab—keyakinan bahwa orang lain pasti akan mengambil tindakan.
Selain itu, karakteristik penerima bantuan juga mempengaruhi. Orang cenderung lebih mudah membantu mereka yang mereka anggap mirip dengan diri mereka sendiri (serupa secara demografis) atau mereka yang tampaknya tidak bertanggung jawab atas situasi darurat mereka. Faktor kepribadian seperti tingkat empati yang tinggi, rasa tanggung jawab sosial, dan orientasi nilai pro-sosial juga sangat berkorelasi positif dengan kecenderungan altruisme.
Penting untuk dicatat bahwa altruisme bukanlah sifat yang statis. Lingkungan sosial, budaya, dan pengalaman hidup dapat memengaruhi seberapa sering dan seberapa jauh seseorang bersedia menunjukkan perilaku menolong tanpa pamrih. Dalam psikologi positif, altruisme sering dilihat sebagai komponen kunci menuju kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih besar.