Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah dan memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam Islam. Bagi warga Nahdlatul Ulama (NU), peringatan dan pengamalan ibadah di bulan ini sangat ditekankan berdasarkan tradisi Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA) yang mengakar kuat dalam budaya pesantren.
Muharram bukan sekadar penanda pergantian tahun, melainkan momentum untuk melakukan refleksi diri (muhasabah) dan meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT melalui berbagai amalan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dihidupkan kembali oleh para ulama pendahulu.
Kisah Agung di Balik Bulan Muharram
Peristiwa paling monumental yang diperingati pada bulan Muharram adalah peristiwa **Asyura**, yaitu tanggal 10 Muharram. Momen ini dikenang karena Allah menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya dari kejaran Fir'aun. Sebagai bentuk syukur atas pertolongan ilahi tersebut, Rasulullah SAW mencontohkan puasa pada hari Asyura.
Dalam pandangan NU, menghidupkan tradisi yang bersumber dari sunnah Nabi dan para sahabat adalah bentuk cinta (mahabah) kepada beliau. Oleh karena itu, pengamalan di hari-hari besar Islam selalu diisi dengan kegiatan positif yang berorientasi pada peningkatan spiritualitas dan sosial.
Amalan Utama 1 Muharram Sesuai Sunnah NU
Amalan-amalan berikut ini merupakan praktik yang umum dianjurkan dan dilakukan di lingkungan Nahdliyin dalam menyambut datangnya tahun baru Islam:
1. Puasa Sunnah (Terutama Hari Asyura)
Puasa adalah amalan inti di bulan Muharram. Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan puasa di bulan haram, dan Muharram adalah salah satunya. Yang paling utama adalah puasa pada:
- Hari Asyura (10 Muharram): Melaksanakan puasa pada tanggal 10 Muharram dianjurkan untuk menghapus dosa setahun yang lalu.
- Puasa Tasu'a (9 Muharram): Dianjurkan pula berpuasa sehari sebelumnya (9 Muharram) untuk menyelisihi praktik orang Yahudi yang hanya berpuasa di hari Asyura. Jika sulit, puasa 10 dan 11 Muharram juga sangat dianjurkan.
2. Memperbanyak Sedekah dan Berbuat Baik
Muharram adalah waktu yang tepat untuk meneladani sifat kedermahan Rasulullah SAW. Dalam tradisi NU, banyak pesantren dan cabang mengadakan kegiatan berbagi kepada anak yatim dan kaum dhuafa pada malam atau hari Asyura.
Ini sejalan dengan hadis yang menyatakan bahwa siapa pun yang melapangkan rezeki keluarganya pada hari Asyura, Allah akan melapangkan rezekinya sepanjang tahun. Sedekah pada hari ini dinilai memiliki keutamaan besar.
3. Tahlil dan Doa Akhir Tahun/Awal Tahun
Meskipun bukan amalan yang spesifik hanya ada di Muharram, tradisi membaca tahlil, doa akhir tahun, dan doa awal tahun sangat populer dalam NU. Kegiatan ini biasanya dilakukan bersama di masjid atau mushala pada malam 1 Muharram.
Doa akhir tahun dibaca untuk memohon ampunan atas segala kesalahan yang dilakukan selama setahun yang telah berlalu, sementara doa awal tahun dipanjatkan agar tahun yang baru diberkahi dan dijauhkan dari marabahaya.
4. Ziarah Kubur (Anjangsana Wali dan Sedekah Al-Fatihah)
Banyak warga NU yang mengisi malam atau hari pertama Muharram dengan berziarah ke makam orang tua, guru, atau para auliya. Ziarah ini disertai dengan pembacaan surat Al-Fatihah, Yasin, atau doa khusus, sebagai wujud bakti dan memohon syafaat (tabarruk).
5. Menjaga Diri dari Maksiat
Sama seperti bulan-bulan haram lainnya (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Rajab), Muharram adalah waktu untuk introspeksi mendalam. Warga NU didorong untuk menjauhi perbuatan yang sia-sia dan maksiat, serta menggantinya dengan ibadah sunnah yang telah disebutkan.
Penutup: Semangat Hijrah Batiniah
Pada dasarnya, amalan 1 Muharram yang ditekankan oleh ajaran yang dipegang teguh oleh NU adalah semangat hijrah. Hijrah di sini bukan hanya perpindahan fisik seperti yang dilakukan Nabi dari Mekkah ke Madinah, tetapi lebih kepada hijrah batiniah: meninggalkan kebiasaan buruk dan menuju ketaatan yang lebih baik di tahun yang baru. Dengan melaksanakan amalan-amalan sunnah ini, diharapkan umat Islam dapat memulai lembaran baru dengan hati yang bersih dan semangat spiritual yang baru pula.