Rabu Wekasan, atau Rebo Wekasan, adalah sebuah tradisi yang erat kaitannya dengan hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriah. Bulan Safar dikenal memiliki pandangan tertentu dalam tradisi masyarakat Muslim di beberapa wilayah, khususnya di Nusantara. Ada kepercayaan turun-temurun bahwa hari Rabu terakhir bulan ini adalah hari turunnya bala atau musibah dalam jumlah besar. Oleh karena itu, banyak umat Islam yang melakukan berbagai amalan khusus pada hari tersebut sebagai bentuk ikhtiar dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Pemahaman mengenai Rabu Wekasan seringkali memicu perdebatan dalam konteks ajaran Islam yang murni. Penting untuk memisahkan antara tradisi lokal yang berkembang dan ajaran pokok agama. Dalam Islam, konsep takdir dan qada serta qadar adalah fundamental. Segala sesuatu yang terjadi telah ditetapkan oleh Allah, dan tidak ada hari tertentu yang secara eksplisit disebut sebagai hari penuh musibah dalam Al-Qur'an maupun hadis sahih.
Mayoritas ulama menegaskan bahwa mengkhususkan hari tertentu sebagai hari penuh bencana adalah bertentangan dengan prinsip tauhid, karena hal tersebut bisa mengarah pada bentuk kesyirikan atau setidaknya bid'ah. Islam mengajarkan bahwa seorang Muslim harus selalu bersikap tawakal dan berserah diri kepada Allah tanpa mengaitkan nasib buruk pada waktu tertentu. Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk selalu memohon perlindungan dalam setiap waktu, bukan hanya pada hari Rabu terakhir bulan Safar.
Namun, tradisi ini tetap hidup di beberapa kalangan sebagai bentuk kehati-hatian (ihtiyat) dan penguatan spiritual. Daripada melihatnya sebagai hari sial, banyak yang mengalihkannya menjadi momentum untuk meningkatkan ibadah dan refleksi diri. Jika amalan yang dilakukan murni berisi kebaikan dan ketaatan kepada Allah, maka itu justru bernilai pahala.
Bagi mereka yang ingin mengisi hari Rabu Wekasan dengan amalan yang sesuai syariat Islam, berikut adalah beberapa kegiatan yang dianjurkan:
Dalam upaya menyambut Rabu Wekasan, ada beberapa praktik yang perlu diwaspadai karena dianggap tidak memiliki dasar kuat dalam syariat, seperti membuat jamuan khusus yang tujuannya menolak bala secara ritualistik, mandi 'wiladah' dengan air kembang tujuh rupa, atau membuat tulisan tertentu yang diklaim sebagai jimat penangkal bahaya.
Inti dari ajaran Islam adalah bahwa perlindungan datang dari Allah semata melalui ketaatan kita. Menggantungkan harapan pada ritual non-syar'i akan menjauhkan seorang hamba dari tauhid yang murni. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyaring informasi dan kembali pada sumber ajaran yang sahih.
Rabu Wekasan adalah fenomena budaya dan tradisi yang berakar dari pandangan masyarakat terhadap bulan Safar. Sebagai seorang Muslim, menyikapi hari ini seharusnya dilakukan dengan bijak. Daripada meyakini hari tersebut sebagai sumber malapetaka, lebih baik menjadikannya momentum untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT melalui ibadah, doa, dzikir, dan sedekah. Keyakinan penuh harus tertuju pada kuasa Allah SWT yang Maha Mengatur, bukan pada hari atau waktu tertentu. Dengan demikian, setiap hari akan terasa aman di bawah lindungan-Nya.