Nama Ambalan Dewi Sartika tidak hanya sekadar penamaan pada sebuah gugus depan dalam Gerakan Pramuka, tetapi merupakan representasi nyata dari semangat perjuangan, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan Indonesia. Dewi Sartika, pahlawan nasional yang dikenal gigih memperjuangkan hak pendidikan bagi kaum hawa di Jawa Barat, menjadi inspirasi utama bagi para anggota ambalan ini. Membawa namanya adalah sebuah tanggung jawab moral untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan, kemandirian, dan kepedulian sosial.
Ambalan ini biasanya didedikasikan untuk siswa-siswi tingkat Penegak, di mana usia tersebut menuntut pemahaman yang lebih mendalam tentang kepemimpinan dan pengabdian masyarakat. Filosofi di balik pemilihan nama ini adalah menciptakan kader-kader muda yang tidak hanya terampil dalam kegiatan kepramukaan standar seperti tali-temali dan P3K, tetapi juga memiliki wawasan luas mengenai isu-isu kebangsaan dan pemberdayaan komunitas, sejalan dengan cita-cita luhur Ibu Dewi Sartika.
Aktivitas di Ambalan Dewi Sartika sering kali menonjolkan kegiatan yang berfokus pada pengembangan karakter. Berbeda dengan ambalan lain yang mungkin lebih fokus pada aspek petualangan alam, ambalan ini sering mengintegrasikan seminar kepemimpinan wanita, pelatihan kewirausahaan ringan, dan kegiatan advokasi sosial. Hal ini bertujuan agar anggota tidak hanya menjadi Pramuka yang cakap di lapangan, tetapi juga pemimpin masa depan yang inovatif dan berempati.
Proyek bakti masyarakat menjadi agenda rutin. Para anggota didorong untuk mengidentifikasi masalah nyata di lingkungan sekitar mereka—misalnya, kurangnya literasi digital di kalangan lansia atau kebersihan lingkungan—lalu merancang solusi kreatif ala Pramuka. Penerapan Dasa Dharma dan Tri Satya benar-benar dihayati dalam setiap tindakan, bukan sekadar hafalan. Ketika berbicara mengenai kepemimpinan, ambalan ini secara aktif mendorong peran aktif dewan ambalan perempuan untuk mengambil keputusan strategis, meniru ketegasan dan kecerdasan sosok Dewi Sartika sendiri.
Setiap ambalan memiliki tradisi unik. Untuk Ambalan Dewi Sartika, tradisi yang paling menonjol adalah peringatan Hari Pahlawan atau Hari Kartini yang selalu diperingati dengan kegiatan khusus. Salah satu tradisi yang mungkin dilakukan adalah "Jejak Langkah Sartika," yaitu sebuah kegiatan napak tilas sederhana yang bertujuan mengenang perjuangan beliau dalam mendirikan sekolah pertama bagi perempuan pribumi. Kegiatan ini sering kali diakhiri dengan sesi refleksi mendalam mengenai posisi perempuan dalam struktur sosial modern.
Selain itu, dalam upaya menjaga kelestarian alam—salah satu pilar utama kepramukaan—ambalan ini mengadopsi pendekatan yang lebih terstruktur. Mereka tidak hanya menanam pohon, tetapi juga mengadakan kampanye kesadaran lingkungan yang melibatkan ibu-ibu PKK setempat. Hal ini menunjukkan bahwa inspirasi dari Dewi Sartika meluas ke semua aspek kehidupan, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan demi masa depan generasi mendatang. Kedisiplinan yang ditanamkan melalui sistem regu dan sangga menjadi pondasi kuat bagi setiap anggota untuk berkembang menjadi individu yang bertanggung jawab dan berintegritas tinggi. Keberadaan ambalan ini membuktikan bahwa nilai-nilai kepahlawanan dapat terus dihidupkan dalam konteks kegiatan kepanduan modern.