Peringatan Keamanan Pangan
Alergi makanan adalah respons imun abnormal terhadap protein tertentu dalam makanan yang dianggap aman oleh sebagian besar orang. Bagi individu yang alergi, paparan bahkan dalam jumlah kecil terhadap bahan makanan pemicu (alergen) dapat menyebabkan gejala mulai dari ringan hingga mengancam jiwa (anafilaksis). Oleh karena itu, mengenali dan menghindari bahan makanan yang mengandung alergen adalah kunci manajemen alergi makanan yang efektif.
Di banyak negara, terdapat daftar alergen utama yang wajib dicantumkan pada label produk makanan. Meskipun daftar ini dapat sedikit berbeda antar wilayah, beberapa kategori alergen secara universal dianggap paling umum dan berpotensi berbahaya. Memahami bahan makanan yang termasuk dalam kategori ini sangat krusial bagi penderita alergi dan juga bagi produsen makanan untuk memastikan keamanan konsumen.
Delapan Alergen Utama yang Wajib Diperhatikan
Meskipun ada banyak zat yang bisa memicu alergi, fokus utama biasanya tertuju pada delapan jenis makanan yang bertanggung jawab atas sebagian besar reaksi alergi parah. Kedelapan kelompok ini sering disebut sebagai "Big Eight".
- Susu Sapi: Termasuk semua produk olahan susu seperti keju, mentega, yogurt, dan kasein. Ini adalah alergen umum pada anak-anak.
- Telur: Baik putih maupun kuning telur mengandung protein yang dapat memicu reaksi.
- Kacang Tanah (Peanut): Berbeda dengan kacang pohon, kacang tanah adalah anggota keluarga legum dan sering menyebabkan reaksi yang sangat parah.
- Kacang Pohon (Tree Nuts): Meliputi almond, kenari (walnut), mete (cashew), pistachio, hazelnut, dan lain-lain. Kontaminasi silang antar jenis kacang pohon juga sering terjadi.
- Gandum: Sumber utama gluten, namun alergi gandum berbeda dengan penyakit Celiac (yang merupakan penyakit autoimun). Gandum sering ditemukan dalam roti, pasta, dan sereal.
- Kedelai: Ditemukan dalam banyak produk olahan, termasuk minyak kedelai, tahu, tempe, dan kecap.
- Ikan: Alergi terhadap ikan tertentu (seperti salmon, tuna, cod) bisa sangat umum dan seringkali bertahan seumur hidup.
- Kerang dan Moluska: Termasuk udang, kepiting, lobster (kerang), serta cumi-cumi dan tiram (moluska).
Pentingnya Pelabelan dan Risiko Kontaminasi Silang
Bagi penderita alergi, membaca label nutrisi bukan hanya rekomendasi, tetapi suatu keharusan mutlak. Produsen makanan diwajibkan untuk mencantumkan alergen utama yang terkandung dalam produk mereka. Namun, tantangan besar muncul dari fenomena yang disebut "kontaminasi silang" (cross-contamination).
Kontaminasi silang terjadi ketika sejumlah kecil alergen yang tidak disengaja berpindah ke makanan yang seharusnya bebas alergen. Ini sering terjadi di pabrik pengolahan yang menggunakan peralatan yang sama untuk memproses bahan yang mengandung alergen dan bahan bebas alergen. Misalnya, adonan roti yang mengandung gandum mungkin secara tidak sengaja mencemari adonan kue bebas gluten jika cetakan yang sama digunakan tanpa pembersihan menyeluruh.
Mengidentifikasi Alergen Tersembunyi
Banyak bahan makanan mengandung alergen dalam bentuk yang tidak terduga atau tersembunyi di balik nama kimiawi pada daftar komposisi. Misalnya, protein kasein (dari susu) dapat muncul sebagai "natrium kaseinat" atau "whey". Lembaran gelatin (berasal dari kolagen hewan, seringkali sapi atau babi, namun penanganannya berbeda dengan alergen utama) juga perlu diperhatikan.
Oleh karena itu, konsumen alergi perlu dididik untuk mengenali istilah lain dari alergen utama. Jika ragu, langkah terbaik adalah menghubungi produsen langsung atau memilih produk yang secara eksplisit diberi label "Bebas Alergen Mayor" atau "Dibuat di fasilitas bebas [alergen spesifik]". Manajemen alergi makanan adalah proses yang memerlukan kewaspadaan konstan, mulai dari berbelanja hingga menyiapkan makanan di rumah.