Ilustrasi Perubahan Fase Hidup Amfibi: Dari Air ke Darat
Istilah "binatang yang di dua alam" merujuk secara langsung pada kelas Amphibia, yaitu kelompok vertebrata yang memiliki kemampuan unik untuk menjalani siklus hidup mereka di lingkungan yang berbeda secara fundamental: air dan darat. Keunikan ini menempatkan mereka pada posisi evolusioner yang sangat penting sebagai jembatan antara ikan (hewan akuatik murni) dan reptil (hewan terestrial sejati). Mayoritas anggota kelompok ini, seperti katak, kodok, salamander, dan sesilia, memulai kehidupan mereka di air sebagai larva yang bernapas dengan insang, sebelum mengalami metamorfosis drastis untuk hidup di darat sebagai dewasa yang bernapas menggunakan paru-paru dan kulit.
Ketergantungan ganda ini juga berarti bahwa amfibi sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Mereka membutuhkan habitat yang lembap dan bersih karena kulit mereka yang tipis dan permeabel tidak hanya membantu dalam respirasi tetapi juga rentan terhadap dehidrasi dan penyerapan polutan. Keberadaan amfibi di suatu ekosistem seringkali menjadi indikator kesehatan lingkungan secara keseluruhan. Jika populasi mereka menurun, itu adalah sinyal peringatan bagi seluruh rantai makanan.
Proses metamorfosis adalah ciri khas yang mendefinisikan kehidupan dua alam ini. Dalam kasus katak, perjalanan dimulai sebagai telur yang diletakkan di air. Telur menetas menjadi berudu (tadpole), organisme akuatik yang sepenuhnya bergantung pada insang untuk bernapas di bawah permukaan air. Berudu ini biasanya herbivora, memakan alga atau material organik di dalam air. Seiring waktu, kaki belakang mulai tumbuh, diikuti oleh kaki depan. Ekornya perlahan menyusut, dan sistem pernapasan beralih dari insang menjadi paru-paru yang berfungsi penuh, meskipun pertukaran gas melalui kulit tetap vital. Transisi ini memungkinkan mereka untuk menjelajahi dunia darat, meskipun mereka tetap harus dekat dengan sumber air.
Adaptasi fisik pada amfibi dewasa sangatlah menarik. Kulit mereka adalah organ multifungsi. Selain berperan dalam respirasi kutaneus (pernapasan melalui kulit), kulit ini juga berfungsi dalam termoregulasi dan pertahanan. Kebanyakan katak memiliki kelenjar lendir yang menjaga kulit tetap lembap, esensial untuk menjaga pertukaran oksigen tetap efisien. Beberapa spesies bahkan memiliki kelenjar racun sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap predator di darat maupun di air.
Di darat, kaki belakang yang kuat dan berotot memungkinkan mereka melompat jauh atau berenang cepat di air. Mata mereka juga beradaptasi; meskipun penglihatan bawah air mereka efektif, mata mereka menonjol keluar untuk memberikan pandangan yang baik di udara. Namun, tidak seperti reptil atau mamalia, amfibi tidak memiliki sisik atau lapisan keratin yang tebal untuk mencegah penguapan air, yang memaksa mereka untuk mencari tempat teduh dan lembap saat siang hari terik.
Kelas Amphibia terbagi menjadi tiga ordo utama yang masing-masing menunjukkan adaptasi yang berbeda terhadap kehidupan dua alam:
Kehidupan yang terbagi antara darat dan air memberikan amfibi ceruk ekologis yang unik, memungkinkan mereka memanfaatkan sumber daya dari kedua lingkungan tersebut. Mereka adalah saksi nyata dari evolusi vertebrata yang berani meninggalkan air untuk menjajah daratan, sebuah langkah monumental dalam sejarah kehidupan di Bumi. Mempelajari binatang dua alam ini tidak hanya mengungkap keajaiban biologi, tetapi juga meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem air tawar dan darat yang saling berhubungan.