Alergi susu sapi adalah salah satu alergi makanan paling umum yang dialami, terutama pada anak-anak. Reaksi alergi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu, seperti kasein atau whey. Meskipun bisa mengganggu, memahami penyebab dan langkah penanganan yang tepat adalah kunci untuk hidup sehat tanpa khawatir. Berikut adalah panduan lengkap mengenai cara mengatasi alergi susu.
1. Diagnosis yang Tepat Adalah Langkah Awal
Langkah pertama dan paling penting adalah memastikan bahwa gejala yang dialami benar-benar disebabkan oleh alergi susu, bukan intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan mencerna gula laktosa, sedangkan alergi melibatkan respons imun. Diagnosis harus dilakukan oleh dokter atau ahli alergi. Mereka mungkin merekomendasikan:
- Tes kulit (skin prick test).
- Tes darah untuk mengukur antibodi IgE spesifik.
- Eliminasi diet yang diawasi secara ketat.
2. Eliminasi Total Produk Susu
Setelah didiagnosis, cara utama mengatasi alergi susu adalah dengan menghindari semua produk yang mengandung susu sapi dan turunannya. Ini bukan hanya susu cair, tetapi juga mencakup:
- Keju, mentega, dan yogurt.
- Es krim dan produk olahan susu lainnya.
- Bahan tersembunyi: Pastikan untuk membaca label makanan. Protein susu seringkali tersembunyi dalam roti, biskuit, saus salad, bahkan beberapa jenis obat-obatan atau suplemen. Cari istilah seperti "whey," "kasein," "laktalbumin," dan "ghee."
Bagi balita, konsultasikan dengan dokter mengenai kemungkinan kebutuhan untuk menggunakan formula hipoalergenik (ekstensif terhidrolisis atau asam amino).
3. Memilih Alternatif Pengganti Susu yang Aman
Mengganti kalsium dan nutrisi penting yang hilang akibat menghindari susu sangat krusial. Untungnya, pasar kini menyediakan banyak alternatif nabati yang aman dan bergizi:
- Susu Kedelai: Sumber protein yang baik, namun beberapa orang alergi susu juga sensitif terhadap kedelai.
- Susu Almond: Rendah kalori dan lemak, tetapi biasanya rendah protein. Pilih yang diperkaya kalsium dan Vitamin D.
- Susu Oat: Memberikan tekstur yang paling mirip dengan susu sapi dan sering kali diperkaya nutrisi.
- Susu Beras: Pilihan yang baik untuk mereka yang alergi terhadap kacang-kacangan, tetapi cenderung paling rendah protein.
Penting: Selalu pilih produk yang diberi label "Diperkaya" (Fortified) untuk memastikan Anda mendapatkan asupan kalsium, Vitamin D, dan B12 yang memadai.
4. Mengelola Reaksi Alergi Akut
Alergi susu dapat memicu reaksi dari ringan hingga anafilaksis yang mengancam jiwa. Pencegahan adalah yang terbaik, namun kesiapan menghadapi reaksi juga penting:
- Reaksi Ringan: Jika terjadi gatal ringan atau ruam, obat antihistamin yang dijual bebas seringkali efektif (setelah konsultasi dokter).
- Anafilaksis: Ini adalah keadaan darurat medis yang ditandai dengan kesulitan bernapas, pembengkakan tenggorokan, muntah parah, atau penurunan tekanan darah. Jika Anda atau orang yang Anda dampingi didiagnosis berisiko anafilaksis, selalu bawa Epinefrin Auto-Injector (EpiPen) dan pastikan Anda tahu cara menggunakannya. Segera cari bantuan medis darurat.
5. Kapan Alergi Susu Bisa Sembuh?
Berbeda dengan intoleransi laktosa yang biasanya permanen, alergi susu pada anak-anak seringkali bersifat sementara. Sekitar 80% anak yang didiagnosis alergi susu pada usia dini akan mengembangkannya saat memasuki usia sekolah. Dokter biasanya akan merekomendasikan tes tantangan (food challenge) secara berkala (setiap 6-12 bulan) untuk melihat apakah tubuh sudah mulai dapat mentoleransi protein susu lagi.
Jangan mencoba tantangan ini di rumah tanpa pengawasan medis yang memadai, karena risiko reaksinya tetap ada.
Kesimpulan
Mengatasi alergi susu memerlukan komitmen untuk menghindari pemicu dan memastikan penggantian nutrisi yang seimbang. Dengan edukasi yang baik mengenai pembacaan label, alternatif makanan yang beragam, dan kesiapan menghadapi situasi darurat, penderita alergi susu dapat menjalani kehidupan yang sehat dan aktif.