Batuan Beku Korok: Jenis, Ciri, dan Contoh Lengkap
Batuan beku adalah salah satu dari tiga jenis batuan utama di kerak bumi, terbentuk dari pendinginan dan pembekuan magma atau lava. Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan beku dapat dikelompokkan menjadi batuan beku intrusif (beku dalam), batuan beku ekstrusif (beku luar), dan batuan beku hipabisal atau yang sering disebut sebagai batuan beku korok. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang batuan beku korok, mencakup definisi, proses pembentukan, ciri-ciri khas, klasifikasi, hingga contoh-contoh spesifik yang sering ditemukan di alam.
Pemahaman mengenai batuan beku korok sangat penting dalam bidang geologi, terutama untuk interpretasi sejarah tektonik suatu daerah, eksplorasi mineral, dan bahkan dalam studi vulkanologi. Batuan ini seringkali menjadi saksi bisu dari aktivitas magma di bawah permukaan yang tidak sampai meletus sebagai gunung berapi, namun mampu menyusup ke celah-celah batuan lain dan membeku di sana.
Pengantar Batuan Beku dan Posisinya
Sebelum masuk lebih jauh ke batuan beku korok, mari kita pahami terlebih dahulu posisi batuan ini dalam klasifikasi batuan beku secara umum. Batuan beku terbentuk ketika material batuan cair yang sangat panas, yang kita kenal sebagai magma (jika di bawah permukaan bumi) atau lava (jika sudah keluar ke permukaan), mendingin dan mengeras. Proses pendinginan ini dapat terjadi di berbagai kedalaman dan lingkungan, menghasilkan berbagai jenis batuan beku dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Batuan Beku Intrusif (Plutonik atau Beku Dalam)
Batuan beku intrusif terbentuk jauh di bawah permukaan bumi, di dalam kerak bumi. Karena terisolasi dari atmosfer dan tekanan di atasnya sangat besar, pendinginan magma berlangsung sangat lambat. Proses pendinginan yang lambat ini memungkinkan kristal-kristal mineral memiliki waktu yang cukup untuk tumbuh menjadi besar dan saling mengunci. Hasilnya adalah batuan dengan tekstur faneritik, di mana kristal-kristal mineral dapat dilihat dengan mata telanjang. Contoh klasik dari batuan beku intrusif adalah granit, diorit, gabro, dan peridotit.
Batuan Beku Ekstrusif (Vulkanik atau Beku Luar)
Sebaliknya, batuan beku ekstrusif terbentuk ketika lava keluar ke permukaan bumi, baik melalui letusan gunung berapi maupun retakan di kerak bumi, kemudian mendingin dengan cepat akibat kontak dengan udara atau air. Pendinginan yang sangat cepat ini tidak memberikan waktu yang cukup bagi kristal untuk tumbuh besar, sehingga batuan ini seringkali memiliki tekstur afanitik (kristal sangat halus, tidak terlihat mata telanjang), atau bahkan tekstur kaca (seperti obsidian). Contoh batuan beku ekstrusif meliputi basal, andesit, riolit, dan pumis.
Batuan Beku Korok (Hipabisal atau Beku Tengah)
Batuan beku korok menduduki posisi tengah antara batuan beku intrusif dan ekstrusif. Mereka terbentuk dari magma yang menyusup ke retakan, celah, atau rekahan batuan di kedalaman dangkal hingga menengah di bawah permukaan bumi, namun tidak sampai keluar menjadi lava. Kedalaman pembentukannya lebih dangkal daripada batuan plutonik, tetapi lebih dalam daripada batuan vulkanik. Akibatnya, laju pendinginannya berada di antara keduanya, yaitu lebih cepat daripada plutonik tetapi lebih lambat daripada vulkanik. Laju pendinginan menengah ini sering menghasilkan tekstur yang khas, seringkali porfiritik, di mana terdapat kristal-kristal besar (fenokris) yang tertanam dalam massa dasar yang lebih halus.
Definisi dan Proses Pembentukan Batuan Beku Korok
Secara etimologi, istilah "korok" sering dikaitkan dengan struktur batuan yang menyerupai sumur atau terowongan, atau dalam konteks geologi merujuk pada bentuk intrusi magma yang menyayat batuan di sekitarnya. Batuan beku korok terbentuk melalui proses intrusi, yaitu masuknya magma ke dalam batuan lain yang sudah ada (batuan samping atau country rock).
Intrusi Magma
Magma yang berasal dari dapur magma di kedalaman bumi dapat bergerak naik melalui saluran-saluran, rekahan, atau zona lemah lainnya di kerak bumi. Ketika pergerakan magma ini terhenti di kedalaman dangkal hingga menengah dan magma tersebut membeku di sana, maka terbentuklah batuan beku korok. Kedalaman pembentukannya biasanya berkisar antara beberapa puluh meter hingga beberapa kilometer di bawah permukaan. Kedalaman ini krusial karena mempengaruhi laju pendinginan dan tekanan, yang pada gilirannya akan menentukan tekstur batuan.
Bentuk Intrusi Batuan Beku Korok
Batuan beku korok dapat mengambil berbagai bentuk intrusi, yang paling umum adalah:
Korok (Dyke/Dike): Intrusi magma yang memotong batuan samping secara diskordan (tidak sejajar dengan perlapisan batuan samping). Dyke umumnya berbentuk lembaran vertikal atau miring, seringkali mengisi celah atau rekahan yang terbentuk akibat tegangan tektonik. Ketebalannya bisa bervariasi dari beberapa sentimeter hingga puluhan meter, dan panjangnya bisa mencapai beberapa kilometer. Dyke sering menjadi indikator penting adanya sesar atau zona rekahan.
Sill: Intrusi magma yang menyisip di antara perlapisan batuan samping secara konkordan (sejajar dengan perlapisan batuan samping). Sill umumnya berbentuk lembaran horizontal atau sub-horizontal. Seperti dyke, ketebalannya juga bervariasi. Pembentukan sill biasanya terjadi ketika tekanan magma cukup kuat untuk memisahkan lapisan batuan, dan magma menyebar di sepanjang bidang perlapisan yang lebih lemah.
Laccolith: Intrusi magma berbentuk kubah atau lensa cembung ke atas, yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat dan melengkung. Magma yang membentuk laccolith memiliki viskositas tinggi, sehingga cenderung menumpuk di satu tempat daripada menyebar luas. Bagian bawah laccolith biasanya datar.
Lopolith: Kebalikan dari laccolith, lopolith adalah intrusi magma berbentuk cekungan besar yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya melengkung ke bawah. Lopolith biasanya berukuran sangat besar dan sering terkait dengan magma yang sangat cair (viskositas rendah) yang menyebar di area luas. Meskipun beberapa lopolith dapat mencapai kedalaman plutonik, yang dangkal dapat dikategorikan sebagai hipabisal.
Stok dan Boss: Intrusi yang lebih besar, berbentuk tidak beraturan atau membulat, dengan luas permukaan kurang dari 100 kilometer persegi. Jika lebih besar dari itu, biasanya disebut batholith (yang umumnya plutonik). Stok dapat memiliki karakteristik hipabisal di bagian dangkalnya.
Ilustrasi skematis menunjukkan intrusi dyke (korok vertikal) yang memotong lapisan batuan, dan sill (korok horizontal) yang menyisip di antara lapisan batuan.
Laju Pendinginan dan Tekstur Khas
Laju pendinginan magma dalam pembentukan batuan beku korok berada di antara intrusi dalam dan ekstrusi luar. Karena letaknya yang lebih dekat ke permukaan dibandingkan batuan plutonik, magma di korok mendingin lebih cepat. Namun, karena masih tertutup oleh batuan samping, pendinginannya tidak secepat lava yang terpapar atmosfer. Laju pendinginan menengah ini sering menghasilkan tekstur yang khas, yaitu:
Tekstur Porfiritik: Ini adalah tekstur yang paling umum pada batuan beku korok. Tekstur porfiritik dicirikan oleh adanya kristal-kristal besar (disebut fenokris) yang tertanam dalam massa dasar yang lebih halus (disebut matriks atau groundmass). Fenokris terbentuk saat magma mulai mendingin perlahan di kedalaman yang lebih besar, memungkinkan beberapa kristal tumbuh besar. Kemudian, magma bergerak naik ke kedalaman yang lebih dangkal (lingkungan korok) dan mendingin lebih cepat, membentuk massa dasar yang berbutir halus atau bahkan kaca.
Tekstur Afanitik: Kadang-kadang, terutama pada intrusi korok yang sangat dangkal atau kecil, pendinginan bisa cukup cepat sehingga seluruh batuan memiliki butiran yang sangat halus, dan kristal-kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Dalam kasus ini, batuan mungkin sulit dibedakan dari batuan vulkanik tanpa analisis mikroskopis.
Tekstur Faneritik Halus (Fine-grained Phaneritic): Pada beberapa korok yang lebih besar atau yang mendingin sedikit lebih lambat, seluruh batuan mungkin menunjukkan kristal yang terlihat oleh mata telanjang, tetapi ukurannya masih relatif halus dibandingkan batuan plutonik sejati.
Ciri-ciri Khas Batuan Beku Korok
Batuan beku korok memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari batuan beku plutonik maupun vulkanik.
Tekstur Porfiritik yang Dominan: Seperti yang telah dijelaskan, ini adalah ciri paling mencolok. Fenokris seringkali terdiri dari mineral-mineral yang stabil pada suhu tinggi dan tekanan tinggi, seperti feldspar, kuarsa, piroksen, atau amfibol. Massa dasar dapat berupa kristal-kristal mikroskopis atau bahkan kaca.
Ukuran Kristal Campuran (Bimodal): Adanya fenokris dan massa dasar yang halus menunjukkan dua tahap pendinginan atau laju pendinginan yang berbeda. Ini adalah petunjuk kuat bahwa magma mengalami pergerakan dan perubahan lingkungan pembekuan.
Kontak Batuan (Chilled Margins): Pada batas antara intrusi korok dan batuan samping, sering ditemukan zona yang disebut chilled margin. Ini adalah area di mana magma mendingin lebih cepat karena kontak langsung dengan batuan samping yang lebih dingin. Akibatnya, batuan di zona ini akan memiliki butiran yang jauh lebih halus, bahkan terkadang bersifat glassy, dibandingkan dengan bagian tengah intrusi.
Struktur Kolumnar (Columnar Jointing): Beberapa intrusi korok, terutama yang tebal dan mendingin secara seragam, dapat menunjukkan struktur kolumnar. Ini adalah formasi retakan berbentuk kolom-kolom heksagonal (atau poligon lainnya) yang terbentuk akibat kontraksi volume saat batuan mendingin dan mengeras. Struktur ini juga umum pada aliran lava basal.
Komposisi Mineral dan Kimia Intermediet: Komposisi mineral batuan beku korok umumnya mencerminkan komposisi batuan beku plutonik yang setara. Misalnya, mikro-granit memiliki komposisi yang mirip dengan granit, tetapi teksturnya berbeda. Namun, karena pendinginan yang lebih cepat, beberapa mineral mungkin tidak sempat tumbuh besar atau bahkan tidak terbentuk sama sekali.
Kehadiran di Lingkungan Tektonik Aktif: Intrusi korok sering ditemukan di daerah-daerah dengan aktivitas tektonik yang kuat, seperti zona subduksi, zona sesar, atau di sekitar kompleks gunung berapi. Ini karena retakan dan celah yang diperlukan untuk intrusi magma seringkali terbentuk di lingkungan tersebut.
Visualisasi tekstur porfiritik pada batuan beku korok, menunjukkan kristal-kristal besar (fenokris) yang tertanam dalam matriks atau massa dasar yang berbutir sangat halus.
Klasifikasi Batuan Beku Korok Berdasarkan Komposisi
Seperti batuan beku lainnya, batuan beku korok juga diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineralogi dan kimianya. Klasifikasi ini seringkali mencerminkan nama batuan plutonik yang setara, namun dengan penambahan prefiks "mikro-" atau penjelasan tekstur "porfiri" untuk menunjukkan karakteristik hipabisal atau koroknya.
Pembagian utama berdasarkan komposisi kimia dan mineralogi adalah:
Felsik (Granitik): Kaya akan silika (SiO2 > 66%), aluminium, dan alkali (Na, K). Mineral dominan meliputi kuarsa, feldspar alkali (ortoklas, mikroklin), dan plagioklas kaya natrium. Memiliki warna terang (leukokratik).
Intermediet (Dioritik/Andesitik): Kandungan silika antara 52% - 66%. Mineral dominan meliputi plagioklas, hornblenda, piroksen, dan biotit. Warna sedang (mesokratik).
Mafik (Basaltik/Gabroik): Kandungan silika antara 45% - 52%. Kaya akan magnesium dan besi. Mineral dominan meliputi plagioklas kaya kalsium, piroksen, dan olivin. Memiliki warna gelap (melanokratik).
Ultramafik: Kandungan silika < 45%. Hampir seluruhnya terdiri dari mineral ferromagnesian seperti olivin dan piroksen. Sangat gelap.
Spektrum komposisi batuan beku dari felsik hingga ultramafik, menunjukkan mineral-mineral dominan dan contoh batuan beku korok yang sesuai.
Contoh Batuan Beku Korok yang Umum Ditemukan
Berikut adalah beberapa contoh batuan beku korok yang paling sering dijumpai dan dipelajari dalam geologi:
1. Diabas (Dolerit)
Diabas, yang di Eropa juga sering disebut Dolerit, adalah salah satu batuan beku korok mafik yang paling umum. Ia memiliki komposisi kimia yang sangat mirip dengan gabro (batuan plutonik) dan basal (batuan vulkanik), namun teksturnya khas. Diabas seringkali menunjukkan tekstur ofitik atau sub-ofitik, di mana kristal-kristal plagioklas yang memanjang sebagian atau seluruhnya terbungkus oleh kristal piroksen yang lebih besar.
Ciri-ciri dan Komposisi
Warna: Umumnya gelap, abu-abu gelap hingga hitam kehijauan.
Tekstur: Afanitik hingga faneritik halus, seringkali porfiritik dengan fenokris plagioklas atau piroksen. Tekstur ofitik atau sub-ofitik adalah ciri diagnostik.
Mineralogi: Mineral dominan adalah plagioklas (khususnya labradorit, kaya kalsium) dan piroksen (augite). Mineral aksesori bisa berupa olivin, magnetit, ilmenit, dan hornblenda.
Keberadaan: Sangat umum ditemukan sebagai dyke dan sill, terutama di daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik atau ekstensi kerak bumi. Banyak ditemukan di tepi lempeng benua dan samudra.
Pembentukan: Magma basal menyusup ke rekahan batuan di kedalaman menengah, mendingin lebih lambat dari basal namun lebih cepat dari gabro.
Kepentingan
Diabas sering digunakan sebagai material konstruksi, seperti agregat jalan, karena kekerasannya dan ketahanannya terhadap pelapukan. Dalam geologi, keberadaan diabas dyke atau sill sering mengindikasikan jalur intrusi magma dan dapat terkait dengan cebakan mineral tertentu.
2. Mikro-granit dan Granofir
Mikro-granit adalah batuan beku korok yang memiliki komposisi felsik, sangat mirip dengan granit plutonik, namun dengan ukuran butir yang lebih halus. Granofir adalah varian dari mikro-granit yang dicirikan oleh tekstur granofirik atau intergrowth, di mana kuarsa dan feldspar tumbuh bersama dalam pola yang saling terkait.
Ciri-ciri dan Komposisi Mikro-granit
Warna: Terang, pink, merah muda, abu-abu terang.
Tekstur: Afanitik hingga faneritik halus, seringkali porfiritik dengan fenokris kuarsa dan/atau feldspar alkali.
Mineralogi: Mineral esensial adalah kuarsa, feldspar alkali (ortoklas, mikroklin), dan plagioklas (kaya natrium). Mineral aksesori mungkin termasuk biotit, muskovit, hornblenda, dan mineral oksida.
Keberadaan: Ditemukan sebagai dyke, sill, atau stok kecil yang berhubungan dengan intrusi granit yang lebih besar atau kompleks vulkanik asam.
Ciri-ciri dan Komposisi Granofir
Tekstur: Khas granofirik, di mana kuarsa dan feldspar tumbuh secara simultan dan saling terkait, membentuk pola mikro-grafitik atau mikro-pegmatitik. Fenokris mungkin ada atau tidak.
Mineralogi: Sama seperti mikro-granit, dominan kuarsa dan feldspar.
Pembentukan: Terbentuk dari magma felsik yang mendingin relatif cepat, namun masih cukup lambat untuk memungkinkan pertumbuhan kristal intergrowth ini. Sering ditemukan di bagian atas intrusi granit besar atau di dyke dan sill yang berasosiasi.
Kepentingan
Mikro-granit dan granofir dapat menjadi batuan induk atau batuan samping untuk cebakan mineral tertentu, terutama yang terkait dengan sistem hidrotermal. Estetikanya juga kadang membuatnya digunakan sebagai batu hias atau bahan bangunan.
3. Mikro-diorit
Mikro-diorit adalah batuan beku korok dengan komposisi intermediet, setara dengan diorit plutonik dan andesit vulkanik. Ia menunjukkan karakteristik tekstur hipabisal yang membedakannya dari kedua rekannya.
Ciri-ciri dan Komposisi
Warna: Abu-abu hingga abu-abu kehijauan, seringkali berbintik-bintik (salt-and-pepper) karena campuran mineral terang dan gelap.
Tekstur: Porfiritik adalah yang paling umum, dengan fenokris plagioklas, hornblenda, atau piroksen dalam massa dasar yang afanitik hingga faneritik halus.
Mineralogi: Mineral dominan adalah plagioklas (andesin), hornblenda, dan/atau piroksen. Biotit dan kuarsa (dalam jumlah kecil) juga bisa hadir. Mineral aksesori meliputi magnetit dan apatit.
Keberadaan: Umumnya ditemukan sebagai dyke dan sill yang berasosiasi dengan intrusi diorit atau kompleks vulkanik andesitik.
Kepentingan
Mikro-diorit sering ditemukan di daerah pegunungan yang terkait dengan zona subduksi. Kehadirannya dapat memberikan petunjuk mengenai sejarah magmatisme dan tektonik di suatu wilayah.
4. Aplite
Aplite adalah batuan beku korok felsik yang sangat halus, seringkali berwarna terang. Meskipun komposisinya mirip granit, aplite dicirikan oleh teksturnya yang sangat halus dan merata (aplitik).
Ciri-ciri dan Komposisi
Warna: Sangat terang, putih, krem, atau merah muda.
Tekstur: Pan-idiomorfik granular yang sangat halus, hampir seperti gula. Kristal-kristal yang terbentuk umumnya berbentuk euhedral hingga subhedral.
Mineralogi: Dominan kuarsa dan feldspar alkali (ortoklas, mikroklin), dengan plagioklas dan muskovit dalam jumlah kecil. Mineral ferromagnesian hampir tidak ada.
Keberadaan: Aplite hampir selalu ditemukan sebagai dyke atau vein (urat) yang sangat tipis, seringkali berasosiasi dengan intrusi granit yang lebih besar. Mereka terbentuk dari sisa-sisa magma granit yang sangat cair dan kaya volatil, yang menyusup ke celah-celah kecil.
Kepentingan
Keberadaan aplite seringkali mengindikasikan tahap akhir kristalisasi magma granit. Meskipun bukan batuan berharga itu sendiri, aplite dapat berasosiasi dengan urat pegmatit yang mengandung mineral-mineral langka.
5. Pegmatit
Meskipun secara tekstur sangat berbeda (sangat kasar), pegmatit sering diklasifikasikan sebagai batuan beku korok karena bentuk intrusinya yang berupa dyke, sill, atau urat. Pegmatit dicirikan oleh ukuran kristalnya yang luar biasa besar (seringkali lebih dari 1 cm, bahkan bisa mencapai beberapa meter).
Ciri-ciri dan Komposisi
Warna: Bervariasi, tergantung mineral penyusunnya, tetapi seringkali terang.
Tekstur: Sangat kasar (gigantik), dengan kristal-kristal mineral yang sangat besar.
Mineralogi: Mayoritas pegmatit memiliki komposisi granitik (kuarsa, feldspar, muskovit). Namun, yang membuat pegmatit istimewa adalah kemampuannya menampung mineral-mineral langka dan berharga seperti turmalin, beril, spodumen, lepidolit, topas, dan mineral-mineral yang mengandung unsur tanah jarang.
Pembentukan: Terbentuk dari sisa-sisa magma akhir yang kaya volatil (air, F, Cl, Li, B, Be, Nb, Ta, U, Th, REE). Volatil ini menurunkan viskositas magma dan memungkinkan difusi ion yang cepat, memfasilitasi pertumbuhan kristal menjadi sangat besar meskipun pendinginannya relatif cepat.
Keberadaan: Ditemukan sebagai dyke, sill, atau lensa-lensa kecil yang berasosiasi dengan intrusi granit yang besar.
Kepentingan
Pegmatit adalah sumber utama banyak mineral industri dan batu permata yang langka dan berharga, menjadikannya sangat penting secara ekonomi.
6. Lamprofir
Lamprofir adalah kelompok batuan beku korok yang khas, gelap, dan kaya akan mineral ferromagnesian (mafik). Mereka dicirikan oleh tekstur porfiritik yang mencolok dengan fenokris mineral mafik.
Ciri-ciri dan Komposisi
Warna: Sangat gelap, hitam hingga abu-abu gelap.
Tekstur: Sangat porfiritik, dengan fenokris mineral mafik (biotit, hornblenda, piroksen) yang besar dan euhedral, tertanam dalam massa dasar yang halus. Feldspar (jika ada) biasanya terbatas pada massa dasar.
Mineralogi: Tergantung jenis lamprofir, tetapi umumnya kaya biotit, hornblenda, piroksen, dan/atau olivin. Massa dasar dapat mengandung feldspar, feldspathoid (nefelin, leusit), atau kaca. Beberapa lamprofir juga mengandung mineral-mineral aneh lainnya.
Keberadaan: Umumnya ditemukan sebagai dyke atau sill kecil yang berasosiasi dengan intrusi plutonik yang lebih besar atau zona sesar. Mereka seringkali memiliki lebar hanya beberapa sentimeter hingga beberapa meter.
Jenis-jenis Lamprofir
Lamprofir sendiri dibagi lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan komposisi mineralogi:
Kersantite: Kaya biotit.
Spessartite: Kaya hornblenda.
Camptonite: Kaya hornblenda dan titanaugite, dengan feldspar plagioklas.
Monchiquite: Kaya hornblenda dan titanaugite, dengan feldspathoid (tanpa feldspar).
Minette: Kaya biotit dan ortoklas.
Kepentingan
Lamprofir sering dikaitkan dengan cebakan mineral langka atau berharga, termasuk berlian (dalam kimberlit, yang merupakan jenis lamprofir ultramafik), emas, tembaga, dan unsur tanah jarang. Mereka juga memberikan wawasan tentang evolusi magma yang sangat kaya volatil dan elemen jejak.
7. Felsit
Felsit adalah istilah umum yang digunakan untuk batuan beku korok atau vulkanik yang berwarna terang, berbutir halus, dan memiliki komposisi felsik, namun mineral-mineralnya terlalu halus untuk diidentifikasi secara makroskopis. Istilah ini lebih bersifat deskriptif daripada klasifikatif yang ketat.
Ciri-ciri dan Komposisi
Warna: Terang, putih, krem, abu-abu muda, pink.
Tekstur: Afanitik, atau porfiritik dengan fenokris kuarsa atau feldspar dalam massa dasar felsitik yang sangat halus.
Mineralogi: Diperkirakan didominasi oleh kuarsa dan feldspar, namun sulit untuk dipastikan tanpa analisis mikroskopis.
Keberadaan: Ditemukan sebagai dyke, sill, atau intrusi dangkal lainnya, serta sebagai batuan vulkanik.
Kepentingan
Felsit seringkali memerlukan analisis petrografi untuk klasifikasi yang lebih spesifik, seperti riolit, dasit, atau trakit, tergantung pada komposisi mineral mikroskopisnya.
8. Porphyry (sebagai Istilah Tekstural)
Perlu dicatat bahwa "porfiri" juga digunakan sebagai istilah tekstural yang dapat diterapkan pada batuan beku korok maupun vulkanik. Jadi, kita bisa memiliki Riolit Porfiri, Andesit Porfiri, atau Basalt Porfiri.
Riolit Porfiri
Deskripsi: Batuan felsik dengan fenokris kuarsa dan/atau feldspar dalam massa dasar riolitik yang sangat halus (afanitik hingga glassy).
Keberadaan: Dapat ditemukan sebagai dyke dan sill felsik, atau sebagai aliran lava riolitik.
Andesit Porfiri
Deskripsi: Batuan intermediet dengan fenokris plagioklas, hornblenda, atau piroksen dalam massa dasar andesitik yang halus.
Keberadaan: Sangat umum di daerah vulkanik sebagai dyke, sill, atau aliran lava dan kubah lava.
Basalt Porfiri
Deskripsi: Batuan mafik dengan fenokris olivin, piroksen, atau plagioklas kaya kalsium dalam massa dasar basal yang halus.
Keberadaan: Ditemukan sebagai dyke, sill, atau aliran lava basal.
Penggunaan istilah "porfiri" ini menekankan tekstur dua tahap pendinginan yang sangat khas pada banyak batuan beku korok, meskipun batuan vulkanik juga dapat menunjukkannya.
Perbandingan Batuan Beku Korok dengan Batuan Beku Lain
Untuk lebih memahami keunikan batuan beku korok, penting untuk membandingkannya dengan batuan beku intrusif dalam (plutonik) dan batuan beku ekstrusif (vulkanik).
Ciri/Karakteristik
Batuan Beku Plutonik (Intrusif Dalam)
Batuan Beku Korok (Hipabisal)
Batuan Beku Vulkanik (Ekstrusif)
Tempat Pembekuan
Sangat dalam di bawah permukaan bumi (kilometers)
Kedalaman dangkal hingga menengah (puluhan hingga ratusan meter)
Di atau dekat permukaan bumi (terpapar atmosfer/air)
Laju Pendinginan
Sangat lambat (ribuan hingga jutaan tahun)
Sedang (lebih cepat dari plutonik, lebih lambat dari vulkanik)
Sangat cepat (jam hingga bulan)
Tekstur Khas
Faneritik (butiran kasar, kristal terlihat jelas)
Porfiritik (fenokris dalam massa dasar halus), afanitik, faneritik halus
Afanitik (butiran sangat halus), glassy (kaca), vesikular (berongga)
Ukuran Kristal
Besar, hampir seragam
Campuran (fenokris besar, massa dasar halus), bimodal
Sangat halus, tidak terlihat, atau tidak ada kristal (kaca)
Batuan beku korok memiliki peran yang signifikan baik dalam pemahaman geologi maupun dalam aplikasi ekonomi.
1. Indikator Struktur Geologi
Dyke dan sill seringkali terbentuk mengisi rekahan atau zona sesar yang sudah ada. Oleh karena itu, keberadaan dan orientasi intrusi korok dapat memberikan petunjuk berharga tentang arah tegangan tektonik, lokasi sesar tersembunyi, atau pola rekahan di masa lalu. Dyke radial dapat menunjukkan pusat letusan vulkanik purba, sementara sill dapat mengindikasikan bidang perlapisan yang lemah.
2. Jalur Mineralisasi dan Cebakan Mineral
Intrusi korok, terutama dyke, seringkali berfungsi sebagai saluran bagi fluida hidrotermal yang membawa mineral-mineral berharga. Ketika fluida ini mendingin atau bereaksi dengan batuan samping, mereka dapat mengendapkan bijih logam seperti emas, perak, tembaga, timah, dan seng. Misalnya, lamprofir dyke sering berasosiasi dengan cebakan berlian (khususnya kimberlit) atau emas. Pegmatit, seperti yang sudah dibahas, adalah sumber utama mineral langka dan batu permata.
3. Sumber Daya Material Bangunan
Banyak batuan beku korok, terutama diabas (dolerit) dan mikro-granit, memiliki kekerasan dan ketahanan yang baik, sehingga cocok digunakan sebagai agregat dalam konstruksi jalan, beton, atau sebagai batu pondasi. Beberapa varietas dengan tekstur dan warna menarik juga dapat digunakan sebagai batu hias atau bahan pelapis bangunan.
4. Pemandangan Alam dan Bentang Lahan
Karena batuan korok seringkali lebih tahan terhadap erosi dibandingkan batuan samping yang lebih lunak, mereka dapat membentuk fitur bentang alam yang mencolok. Misalnya, dyke yang menonjol di atas permukaan akibat erosi diferensial dapat membentuk punggungan linier yang panjang. Struktur kolumnar pada diabas atau basal juga menciptakan pemandangan yang unik dan indah, seperti Giant's Causeway di Irlandia Utara atau Devil's Tower di Amerika Serikat (meskipun Devil's Tower diperdebatkan apakah dyke atau laccolith, namun intrusi dangkal)..
5. Studi Evolusi Magma dan Proses Kristalisasi
Tekstur porfiritik yang khas pada batuan beku korok memberikan jendela unik ke dalam evolusi magma. Kehadiran fenokris menunjukkan bahwa magma telah mengalami setidaknya dua tahap pendinginan atau perubahan kondisi. Studi petrografi pada batuan korok dapat membantu ilmuwan merekonstruksi jalur magma, kecepatan naiknya, dan perubahan kondisi tekanan-suhu selama perjalanannya menuju permukaan.
Teknik Identifikasi Batuan Beku Korok
Mengidentifikasi batuan beku korok di lapangan maupun di laboratorium melibatkan beberapa teknik:
1. Pengamatan Makroskopis
Tekstur: Cari tekstur porfiritik dengan fenokris yang terlihat jelas dalam massa dasar yang lebih halus. Perhatikan apakah massa dasar afanitik atau faneritik halus. Tekstur ofitik pada diabas adalah kunci.
Warna: Batuan felsik cenderung terang (mikro-granit, aplite), intermediet sedang (mikro-diorit), dan mafik gelap (diabas, lamprofir).
Komposisi Mineral Utama: Cobalah mengidentifikasi mineral utama yang membentuk fenokris atau yang dominan di massa dasar jika cukup kasar. Kuarsa (kristal jernih, heksagonal), feldspar (putih, pink, prismatik), mika (lembaran tipis), piroksen (hitam kehijauan, prismatik pendek), hornblenda (hitam, prismatik panjang), dan olivin (hijau zaitun, granular).
Struktur Intrusi: Di lapangan, perhatikan bentuk intrusinya – apakah memotong perlapisan (dyke) atau sejajar (sill)? Adakah chilled margins? Adakah struktur kolumnar?
2. Analisis Mikroskopis (Petrografi)
Untuk identifikasi yang lebih akurat, terutama untuk membedakan batuan afanitik atau menentukan jenis mineral spesifik, analisis petrografi menggunakan mikroskop polarisasi sangat diperlukan. Dengan mikroskop, geolog dapat mengamati:
Jenis dan Ukuran Mineral: Identifikasi mineral secara presisi, termasuk mineral-mineral minor yang tidak terlihat mata telanjang. Ukuran kristal dan hubungan antar kristal akan sangat jelas.
Tekstur Detail: Membedakan antara massa dasar mikrokristalin, kriptokristalin, atau glassy. Mengidentifikasi tekstur khusus seperti granofirik atau ofitik secara lebih rinci.
Derajat Alterasi: Mengidentifikasi perubahan mineralogi akibat alterasi hidrotermal atau pelapukan, yang bisa penting untuk eksplorasi mineral.
Kuantifikasi Modal: Menentukan proporsi mineral yang ada, yang penting untuk klasifikasi batuan beku secara formal (misalnya menggunakan diagram QAPF).
3. Analisis Geokimia
Dalam beberapa kasus, terutama jika batuan sangat lapuk atau memiliki mineralogi yang ambigu, analisis geokimia (misalnya XRF, ICP-MS) untuk menentukan komposisi unsur mayor dan unsur jejak dapat memberikan data krusial untuk klasifikasi dan pemahaman asal-usul magma.
Kesimpulan
Batuan beku korok, atau batuan hipabisal, merupakan kategori penting dalam studi geologi batuan beku. Mereka terbentuk di kedalaman menengah, antara batuan plutonik yang dalam dan batuan vulkanik yang di permukaan, sehingga memiliki karakteristik tekstur yang khas, seringkali porfiritik, akibat laju pendinginan menengah.
Contoh-contoh seperti diabas, mikro-granit, mikro-diorit, aplite, pegmatit, dan lamprofir masing-masing memiliki komposisi dan ciri unik yang mencerminkan asal magma dan kondisi pembekuannya. Dari intrusi berbentuk dyke dan sill hingga laccolith, batuan beku korok tidak hanya memperkaya keanekaragaman geologi bumi tetapi juga menyimpan informasi penting tentang proses magmatisme, tektonik, dan pembentukan cebakan mineral.
Pemahaman yang mendalam tentang batuan beku korok tidak hanya esensial bagi para geolog untuk merekonstruksi sejarah bumi, tetapi juga memiliki implikasi praktis dalam eksplorasi sumber daya mineral dan pemilihan material konstruksi. Kehadiran mereka adalah pengingat akan dinamika internal bumi yang terus-menerus membentuk dan mengubah lanskap geologis kita.