Istilah hewan anggang anggang mungkin terdengar asing bagi sebagian besar orang, sebab istilah ini seringkali merujuk pada sekelompok fauna spesifik yang kurang mendapatkan sorotan media dibandingkan mamalia besar atau primata. Secara umum, "anggang-anggang" dapat merujuk pada berbagai jenis hewan kecil yang memiliki ciri khas gerakan atau habitat tertentu, meskipun dalam konteks regional di Indonesia, istilah ini seringkali dikaitkan dengan jenis amfibi atau reptil air tawar yang gesit.
Karakteristik utama yang sering diasosiasikan dengan nama ini adalah kemampuan mereka untuk "mengambang" atau bergerak cepat di permukaan air atau lumpur. Mereka cenderung hidup di ekosistem perairan yang tenang, seperti sawah, rawa-rawa, atau tepi danau yang banyak ditumbuhi vegetasi air. Keunikan adaptasi mereka terhadap lingkungan semi-akuatik inilah yang membedakan hewan anggang anggang dari fauna air murni lainnya.
Habitat utama dari hewan anggang anggang sangat bergantung pada spesies spesifik yang dimaksud. Namun, secara umum, mereka menyukai daerah tropis dan subtropis di Asia Tenggara. Lingkungan yang lembab dan kaya akan sumber makanan adalah kunci kelangsungan hidup mereka.
Di Indonesia, penelitian mengenai spesies yang secara definitif dinamai "anggang-anggang" masih bersifat lokalistik. Namun, berdasarkan deskripsi perilaku, kita dapat melihat kemiripan dengan beberapa kelompok taksonomi, seperti beberapa jenis katak kecil (amfibi) yang terkenal dengan kemampuan melompat cepat dari air ke darat, atau bahkan invertebrata air tertentu yang bergerak lincah di antara akar-akar tanaman air.
Untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang dinamis antara darat dan air, hewan anggang anggang telah mengembangkan serangkaian adaptasi morfologis dan perilaku yang mengagumkan. Salah satu adaptasi yang paling menonjol adalah pada sistem pergerakannya.
Jika merujuk pada interpretasi yang paling umum, yaitu hewan yang bergerak cepat di permukaan air, mereka seringkali memiliki kaki atau struktur tubuh yang memungkinkannya mendistribusikan berat tubuh secara merata di atas tegangan permukaan air. Ini memungkinkan mereka "berlari" di atas air sejenak untuk menghindari bahaya, sebuah manuver yang sangat efektif melawan predator darat atau predator air yang lambat. Adaptasi ini seringkali melibatkan rambut-rambut hidrofobik pada kaki mereka.
Selain itu, kamuflase memainkan peran krusial. Warna kulit atau cangkang mereka seringkali menyerupai lingkungan sekitar—hijau lumut, cokelat lumpur, atau abu-abu batu—sehingga memudahkan mereka bersembunyi saat sedang beristirahat atau mencari makan. Interaksi antara predator dan mangsa di habitat mereka sangat bergantung pada kecepatan reaksi, menjadikan hewan anggang anggang sebagai master penghindar.
Meskipun ukurannya kecil, peran ekologis hewan anggang anggang tidak dapat diremehkan. Mereka seringkali berfungsi sebagai konsumen primer atau sekunder dalam rantai makanan perairan. Mereka memangsa serangga kecil, larva, atau mikroorganisme yang hidup di permukaan air dan sedimen.
Di sisi lain, mereka sendiri menjadi sumber makanan vital bagi banyak predator yang lebih besar, seperti ikan besar, ular air, burung pemakan ikan, dan mamalia kecil. Dengan mengendalikan populasi serangga air, mereka membantu menjaga keseimbangan ekosistem perairan tawar. Kerentanan mereka terhadap perubahan kualitas air juga menjadikan mereka indikator biologis yang baik mengenai kesehatan lingkungan setempat. Jika populasi hewan anggang anggang menurun drastis, itu bisa menjadi sinyal adanya polusi atau perubahan habitat yang signifikan.
Ancaman terbesar yang dihadapi oleh banyak spesies habitat air dangkal adalah aktivitas antropogenik. Penggunaan pestisida dan herbisida di sektor pertanian yang berlebihan dapat mencemari sawah dan rawa, yang merupakan rumah bagi hewan anggang anggang. Selain itu, drainase lahan basah untuk pembangunan infrastruktur juga secara langsung menghilangkan tempat tinggal mereka.
Konservasi spesies ini tidak selalu memerlukan undang-undang perlindungan formal, namun lebih pada kesadaran masyarakat lokal tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian ekosistem air tawar di sekitar mereka. Edukasi mengenai dampak penggunaan bahan kimia pertanian dan upaya restorasi lahan basah adalah langkah kunci untuk memastikan bahwa keberadaan hewan anggang anggang dapat terus kita amati di masa mendatang. Memahami keunikan mereka adalah langkah pertama untuk menghargai keanekaragaman hayati yang sering terlewatkan.