Ilustrasi kebutuhan alokasi pendanaan untuk sektor kesehatan.
Anggaran Kesehatan Global (AKG) bukan sekadar angka di atas kertas; ini adalah fondasi krusial yang menopang upaya kolektif umat manusia dalam menghadapi penyakit, mempromosikan kesejahteraan, dan membangun ketahanan sistem kesehatan di seluruh dunia. Dalam era pasca-pandemi, pemahaman mendalam mengenai kebutuhan ini menjadi semakin vital. Kebutuhan AKG mencakup spektrum luas, mulai dari penelitian dan pengembangan (R&D) obat-obatan baru hingga penguatan sistem kesehatan primer di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan pendorong utama pembangunan ekonomi. Ketika sistem kesehatan gagal karena kekurangan dana, dampaknya meluas jauh melampaui batas klinik atau rumah sakit. Kita melihat peningkatan angka kematian akibat penyakit yang seharusnya dapat dicegah, penurunan produktivitas tenaga kerja, dan bahkan destabilisasi sosial-ekonomi. Kebutuhan AKG muncul dari berbagai lini ancaman dan tantangan struktural.
Pertama, tantangan penyakit menular yang terus berevolusi. Meskipun kita telah membuat kemajuan signifikan dalam mengendalikan beberapa wabah, ancaman penyakit zoonosis dan resistensi antimikroba (AMR) memerlukan investasi berkelanjutan dalam pengawasan (surveilans), diagnostik cepat, dan ketersediaan vaksin atau terapi yang terjangkau. Mengabaikan kebutuhan ini sama saja dengan menunda bom waktu kesehatan publik global.
Pemetaan kebutuhan AKG biasanya dibagi menjadi beberapa pilar utama. Pilar pertama adalah penguatan sistem kesehatan itu sendiri. Ini mencakup investasi pada sumber daya manusia kesehatan (SDMK), seperti melatih dan mempertahankan dokter, perawat, dan petugas kesehatan masyarakat di daerah terpencil. Tanpa SDMK yang memadai dan termotivasi, bahkan teknologi kesehatan tercanggih pun tidak akan berfungsi optimal.
Pilar kedua adalah pengadaan dan aksesibilitas. Jutaan orang masih menghadapi kesulitan finansial karena harus membayar sendiri layanan kesehatan, obat-obatan esensial, atau alat diagnostik. Kebutuhan anggaran harus dialokasikan untuk skema asuransi kesehatan universal (UHC) dan subsidi untuk menjamin bahwa tidak ada yang tertinggal karena alasan ekonomi.
Pilar ketiga, dan yang semakin mendapat sorotan, adalah kesiapsiagaan pandemik. Pengalaman COVID-19 mengajarkan kita bahwa investasi pencegahan jauh lebih murah dibandingkan biaya penanganan krisis. Kebutuhan ini meliputi dana darurat, pengembangan kapasitas produksi lokal untuk alat pelindung diri (APD) dan vaksin, serta peningkatan kemampuan pelacakan cepat di tingkat komunitas.
Secara historis, terdapat kesenjangan signifikan antara dana yang dibutuhkan oleh organisasi kesehatan global dan dana yang benar-benar dialokasikan oleh negara-negara donatur dan pemerintah domestik. Kesenjangan ini diperburuk oleh fluktuasi ekonomi dan prioritas politik yang berubah-ubah. Mengatasi kebutuhan AKG memerlukan pergeseran paradigma dari pendanaan yang bersifat reaktif (menanggapi krisis) menjadi pendanaan yang bersifat proaktif dan berkelanjutan.
Inisiatif pendanaan inovatif, seperti obligasi kesehatan atau kemitraan antara sektor publik dan swasta, perlu dieksplorasi lebih lanjut. Namun, inti dari solusi tetap terletak pada komitmen politik yang kuat untuk mengalokasikan persentase Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih besar untuk kesehatan, baik secara domestik maupun melalui bantuan luar negeri yang terarah. Memenuhi kebutuhan Anggaran Kesehatan Global adalah investasi, bukan sekadar pengeluaran, bagi masa depan yang lebih aman dan sejahtera bagi semua populasi dunia. Kita harus bertindak sekarang untuk melindungi investasi jangka panjang kesehatan global.