Konsep Andragogi Knowles: Memahami Pembelajaran Orang Dewasa
Konsep andragogi, yang dipopulerkan oleh Malcolm S. Knowles, merupakan landasan teoretis yang membedakan cara orang dewasa belajar dari cara anak-anak belajar (pedagogi). Bagi Knowles, andragogi bukan sekadar metode mengajar, melainkan filosofi tentang bagaimana orang dewasa memandang diri mereka sendiri sebagai pembelajar dan bagaimana proses pembelajaran yang efektif harus dirancang untuk mereka. Memahami prinsip-prinsip ini sangat krusial bagi para pendidik, pelatih, dan fasilitator yang bekerja dengan populasi dewasa, baik di lingkungan formal maupun informal.
Perbedaan Fundamental: Pedagogi vs. Andragogi
Dalam pedagogi (pembelajaran anak), diasumsikan bahwa pelajar bergantung pada guru, memiliki sedikit pengalaman untuk dirujuk, dan motivasi utama mereka berasal dari luar (nilai, hukuman). Sebaliknya, andragogi didasarkan pada asumsi tentang sifat pembelajar dewasa yang mandiri dan termotivasi secara internal. Knowles mengidentifikasi lima asumsi utama yang menjadi inti dari konsep andragogi, yang kemudian diperkuat dengan prinsip keenam yang lebih bersifat filosofis.
Lima Asumsi Inti dalam Konsep Andragogi Knowles
Prinsip-prinsip ini berfungsi sebagai panduan untuk merancang pengalaman belajar yang benar-benar memberdayakan orang dewasa:
Kebutuhan untuk Tahu (Need to Know): Orang dewasa perlu memahami *mengapa* mereka perlu mempelajari sesuatu sebelum mereka bersedia menginvestasikan upaya dalam pembelajaran tersebut. Relevansi materi terhadap situasi hidup atau pekerjaan mereka harus jelas.
Konsep Diri Pembelajar (Self-Concept): Seiring bertambahnya usia, orang dewasa bergerak dari ketergantungan menuju pemahaman diri sebagai individu yang mandiri dan bertanggung jawab atas keputusan hidup mereka, termasuk keputusan belajar. Mereka harus diperlakukan sebagai mitra dalam proses pembelajaran.
Peran Pengalaman (Role of Experience): Orang dewasa membawa gudang pengalaman yang luas ke dalam sesi pembelajaran. Pengalaman ini bukan hanya sumber daya belajar yang kaya, tetapi juga fondasi di mana pengetahuan baru dibangun. Pembelajaran harus melibatkan refleksi atas pengalaman tersebut.
Kesiapan Belajar (Readiness to Learn): Kesiapan belajar orang dewasa sangat terkait dengan peran sosial mereka saat ini atau yang akan datang. Mereka paling termotivasi untuk belajar ketika mereka merasa perlu memperoleh pengetahuan atau keterampilan untuk mengatasi tantangan kehidupan nyata.
Orientasi Motivasi (Motivation Orientation): Meskipun faktor eksternal (seperti promosi) penting, motivasi utama pembelajaran orang dewasa bersifat internal (seperti peningkatan kualitas hidup, kepuasan diri, atau rasa ingin tahu). Lingkungan belajar harus menumbuhkan motivasi intrinsik ini.
Prinsip Keenam: Orientasi pada Pemecahan Masalah
Prinsip keenam yang kemudian ditambahkan oleh Knowles adalah bahwa orang dewasa umumnya termotivasi untuk belajar ketika materi atau aktivitas pembelajaran berorientasi pada pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi, bukan hanya pada subjek materi itu sendiri. Ini berarti program pelatihan harus berfokus pada aplikasi praktis dan konteks masalah, bukan hanya pada transmisi informasi teoretis secara pasif.
Implikasi Praktis dalam Desain Pembelajaran
Konsep andragogi menuntut pergeseran peran dari instruktur menjadi fasilitator. Dalam konteks Knowles, fasilitator harus:
Menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar, di mana rasa hormat dan keamanan psikologis terjamin.
Melibatkan peserta didik dalam diagnosis kebutuhan belajar mereka sendiri.
Membantu peserta didik merumuskan tujuan belajar yang spesifik.
Merancang kegiatan yang memanfaatkan pengalaman peserta didik.
Membantu peserta didik mengevaluasi hasil belajar mereka secara mandiri.
Dengan mengadopsi prinsip andragogi Knowles, institusi pendidikan dan pelatihan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih relevan, menghargai otonomi peserta didik dewasa, dan pada akhirnya menghasilkan transfer pengetahuan yang lebih efektif dan berkelanjutan. Pembelajaran dewasa adalah proses kolaboratif, di mana orang dewasa belajar paling baik ketika mereka secara aktif terlibat dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan mereka sendiri.