Kumpulan Hadits Tentang Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Pentingnya Menegakkan Kebajikan dan Mencegah Kemungkaran

Teguh dalam Kebaikan

Pendahuluan: Kewajiban Umat

Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah prinsip fundamental dalam ajaran Islam yang menempatkan umat bertanggung jawab secara kolektif terhadap moralitas dan perilaku masyarakat. Rasulullah ﷺ telah menekankan bahwa membiarkan kemungkaran merajalela tanpa adanya teguran atau usaha perbaikan adalah bentuk kelalaian yang besar. Kewajiban ini bukan hanya terbatas pada para ulama atau pemimpin, tetapi merupakan tanggung jawab setiap Muslim sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.

Hadits-hadits berikut memberikan landasan kuat mengenai urgensi, tingkatan, dan konsekuensi dari pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar.

Kumpulan Hadits Pilihan

"Jihad yang paling utama adalah (mengatakan kebenaran) di hadapan penguasa yang zalim."

(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

"Demi Allah, sungguh kalian benar-benar harus melakukan amar ma'ruf nahi munkar, atau Allah akan menimpakan hukuman kepada kalian dari sisi-Nya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya namun tidak akan dikabulkan."

(HR. At-Tirmidzi)

"Perumpamaan umatku dengan umat-umat terdahulu adalah seperti perumpamaan sebuah kafilah. Ada seorang lelaki yang menaiki unta sedang ia mengelilingi untanya di sekitar sekelompok orang yang menaiki perahu. Tiba-tiba, ia melihat di perahu mereka ada lubang. Ia berkata kepada mereka, 'Kenapa kalian tidak menutup lubang itu?' Mereka menjawab, 'Kami tidak peduli apa yang akan terjadi pada dirimu.' Maka, ia pun menambal lubang itu sendiri dan menyelamatkan dirinya serta mereka semua. Jika ia membiarkan mereka dan tidak menambalnya, niscaya mereka semua akan tenggelam."

(Makna umum dari sebuah kisah yang sering dikaitkan dengan konsep amar ma'ruf nahi munkar)

"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman."

(HR. Muslim)

Implikasi dan Pemahaman Mendalam

Hadits tingkatan ketiga (mengubah dengan hati) menjadi penanda batas minimal keterlibatan seorang Muslim. Mengubah dengan hati berarti membenci perbuatan maksiat tersebut dan mendoakan agar Allah menghilangkan kemaksiatan itu. Ini menegaskan bahwa tidak ada Muslim yang boleh bersikap apatis atau pasif ketika menyaksikan penyimpangan syariat.

Pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar memerlukan hikmah (kebijaksanaan). Islam memerintahkan kebaikan dengan cara yang baik. Oleh karena itu, metode dakwah dan nasihat harus selalu didasarkan pada ilmu dan kasih sayang (al-hikmah wal mau'idhah al-hasanah), menghindari kekerasan yang tidak perlu kecuali dalam kondisi yang telah ditetapkan syariat, seperti dalam konteks penegakan hukum oleh otoritas yang berwenang.

Dengan memahami hadits-hadits ini, umat Islam diingatkan bahwa keberlangsungan kebaikan dalam masyarakat sangat bergantung pada kesediaan setiap individu untuk mengambil peran aktif, dimulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, hingga lingkungan sosial yang lebih luas. Keberanian untuk menyampaikan kebenaran adalah manifestasi iman yang sejati.

🏠 Homepage