Gambar representasi Anggrek Ekor Tupai.
Anggrek ekor tupai, atau yang secara ilmiah dikenal sebagai Dendrobium crumenatum, adalah salah satu spesies anggrek epifit yang sangat menarik dan mudah ditemui di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Disebut "ekor tupai" karena bentuk bunganya yang khas dan memanjang, menyerupai ekor tupai yang sedang melambai. Tanaman ini sangat populer bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga karena kemudahannya dalam perawatan serta aroma harum yang sering muncul pada pagi hari.
Anggrek ini termasuk anggrek simpodial yang memiliki pseudobulb (batang semu) yang ramping memanjang, biasanya berwarna hijau kekuningan. Daunnya tebal dan cenderung lonjong. Kunci keberhasilan dalam menanam anggrek ini adalah meniru habitat aslinya, yaitu menempel pada pohon-pohon di hutan terbuka atau area yang mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
Memilih media tanam yang tepat adalah fondasi utama agar anggrek ekor tupai dapat tumbuh subur dan rajin berbunga. Karena sifatnya yang epifit (hidup menumpang tanpa merusak inang), akar anggrek ini membutuhkan aerasi yang sangat baik dan tidak boleh tergenang air.
Media tanam untuk anggrek ekor tupai harus bersifat porous dan cepat kering. Beberapa kombinasi yang sering direkomendasikan antara lain:
Hindari penggunaan tanah atau kompos murni karena akan menahan terlalu banyak kelembapan dan menyebabkan pembusukan akar.
Anggrek ekor tupai menyukai cahaya terang namun tidak langsung (teduh terang). Sinar matahari penuh dalam waktu lama dapat membakar daun dan pseudobulb mereka. Penempatan terbaik adalah di bawah naungan pohon rindang atau di teras rumah yang menerima paparan sinar matahari pagi selama 3 hingga 4 jam.
Kelembapan udara yang tinggi (sekitar 60%-80%) sangat disukai. Namun, hal ini harus diimbangi dengan sirkulasi udara (angin) yang sangat baik. Angin mencegah kelembapan berlebihan menempel terlalu lama di batang dan akar, yang merupakan penyebab utama penyakit jamur.
Setelah media dan lokasi terpenuhi, langkah selanjutnya adalah menanam atau menanam ulang (repotting) anggrek ekor tupai.
Jika Anda membeli anggrek yang masih menempel pada pot plastik kecil atau dalam kondisi stek, proses repotting harus dilakukan dengan hati-hati:
Penyiraman adalah aspek krusial. Siramlah ketika media tanam sudah terasa hampir kering. Pada musim kemarau, ini mungkin berarti penyiraman setiap 1-2 hari sekali, sementara di musim hujan, frekuensi bisa dikurangi drastis. Selalu siram hingga air benar-benar keluar dari lubang drainase pot.
Anggrek ekor tupai memerlukan pemupukan rutin saat fase pertumbuhan vegetatif (bukan saat berbunga). Gunakan pupuk khusus anggrek yang memiliki rasio seimbang (misalnya NPK 20-20-20) dengan dosis setengah kekuatan dari anjuran pabrik. Aplikasikan pupuk cair setiap dua minggu sekali.
Anggrek ekor tupai dikenal memiliki periode pembungaan yang sangat singkat, seringkali hanya mekar selama satu hari penuh, namun dengan aroma yang memikat. Untuk memicu pembungaan, biasanya dibutuhkan sedikit tekanan lingkungan, terutama perubahan suhu dan kelembapan.
Beberapa penanam profesional menyarankan untuk mengurangi frekuensi penyiraman secara signifikan selama periode yang diperkirakan akan memasuki musim berbunga (biasanya di akhir musim hujan menuju kemarau). Sedikit stres kekeringan selama beberapa minggu dapat mendorong pembentukan tangkai bunga. Setelah bunga mulai terlihat, kembalikan pola penyiraman seperti biasa.
Dengan perawatan yang tepat, memastikan lingkungan yang terbuka, terang namun teduh, serta media yang cepat kering, Anggrek Ekor Tupai Anda akan memberikan kejutan bunga putih yang harum pada waktu yang tak terduga.