Alergi susu sapi (IgE mediated atau non-IgE mediated) adalah kondisi umum, terutama pada bayi dan anak kecil. Meskipun seringkali menimbulkan kekhawatiran besar, kabar baiknya adalah mayoritas kasus alergi susu sapi pada anak dapat **disembuhkan** seiring waktu melalui proses yang terkontrol dan pendampingan medis yang tepat. Menyembuhkan alergi berarti sistem kekebalan tubuh mulai mengenali protein susu (kasein dan whey) sebagai zat yang aman, bukan sebagai ancaman.
Proses pemulihan alergi susu sapi umumnya melibatkan dua fase krusial: eliminasi total dan uji coba reintroduksi.
Langkah pertama dan terpenting adalah menghilangkan semua produk yang mengandung susu sapi dari diet penderita. Bagi bayi, ini berarti beralih ke:
Fase eliminasi ini harus dilakukan secara ketat, seringkali selama minimal 6 hingga 12 bulan, tergantung rekomendasi dokter spesialis anak atau alergi. Konsistensi di sini sangat menentukan keberhasilan toleransi di masa depan.
Setelah periode eliminasi yang sukses, langkah selanjutnya adalah menguji apakah tubuh sudah membangun toleransi. Proses ini disebut tantangan makanan oral (OFC) dan harus selalu dilakukan di bawah pengawasan medis yang memadai, biasanya di klinik atau rumah sakit.
Dokter akan memberikan susu dalam jumlah yang sangat kecil dan meningkatkannya secara bertahap sambil memantau reaksi. Jika tidak ada reaksi alergi yang signifikan, artinya pasien telah berhasil menyembuhkan alerginya. Namun, jika reaksi muncul, eliminasi mungkin perlu dilanjutkan.
Selain diet ketat, beberapa faktor internal dan eksternal dapat memengaruhi kecepatan dan keberhasilan tubuh dalam membangun toleransi:
Usus memainkan peran sentral dalam perkembangan alergi. Lapisan usus yang sehat dan mikrobiota yang seimbang lebih mungkin mendukung regulasi sistem imun yang benar. Pemberian probiotik tertentu yang terbukti membantu modulasi imun (seperti strain Lactobacillus rhamnosus atau Bifidobacterium lactis) terkadang direkomendasikan oleh dokter untuk mendukung pemulihan.
Secara statistik, alergi susu sapi yang didiagnosis pada usia dini (di bawah 1 tahun) memiliki peluang kesembuhan yang lebih tinggi dibandingkan yang terdiagnosis pada usia sekolah. Toleransi biasanya tercapai pada usia 3 hingga 5 tahun, meskipun beberapa kasus bisa lebih lama.
Alergi yang melibatkan gejala pencernaan ringan (seperti alergi yang tidak dimediasi IgE, misalnya FPIES atau GOS) cenderung memiliki prognosis yang lebih baik dan waktu penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan reaksi anafilaksis yang parah (dimediasi IgE).
Kesalahan paling umum dalam proses menyembuhkan alergi adalah "mengintip" atau mencoba memberikan susu dalam jumlah kecil di rumah tanpa pengawasan medis. Hal ini dapat menyebabkan reaksi alergi serius dan justru menunda proses desensitisasi alami tubuh. Selain itu, penting untuk berhati-hati terhadap sumber protein susu tersembunyi dalam makanan olahan seperti roti, biskuit, atau saus.
Kesabaran dan kepatuhan terhadap protokol medis adalah kunci utama. Proses menyembuhkan alergi susu sapi bukanlah tentang 'pengobatan' instan, melainkan tentang memberikan kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk belajar ulang dan beradaptasi. Selalu berkonsultasi rutin dengan ahli alergi untuk memantau perkembangan dan menentukan waktu terbaik untuk melakukan uji coba reintroduksi.