Panduan Praktis Penulisan Angka dalam Bahasa Indonesia

123,45 Penulisan Baku Ribu Ratus Desimal

Penulisan angka, baik dalam konteks ilmiah, jurnalistik, maupun komunikasi sehari-hari, memerlukan kepatuhan terhadap kaidah tertentu agar informasi tersampaikan secara jelas, akurat, dan profesional. Kesalahan dalam penulisan angka dapat menimbulkan ambiguitas, terutama terkait nilai mata uang, ukuran, atau data statistik. Panduan ini akan mengupas beberapa aturan dasar yang sering menjadi sorotan dalam penulisan angka di Indonesia.

Penggunaan Pemisah Ribuan dan Desimal

Salah satu aspek paling penting dalam penulisan angka adalah penggunaan pemisah ribuan dan desimal. Dalam standar internasional dan umumnya diikuti oleh banyak publikasi ilmiah di Indonesia, penggunaan titik (.) sebagai pemisah ribuan dan koma (,) sebagai pemisah desimal adalah praktik yang baku.

Perlu dicatat bahwa di beberapa konteks (misalnya, perangkat lunak yang disetel ke standar Amerika Serikat), pemisah ini bisa terbalik. Namun, dalam dokumen formal berbahasa Indonesia, patuhi aturan titik untuk ribuan dan koma untuk desimal.

Kapan Menulis Angka dengan Huruf dan Kapan dengan Angka?

Penentuan apakah menggunakan format numerik (misalnya, 10) atau format huruf (misalnya, sepuluh) sangat bergantung pada konteks dan gaya selingkung (house style) tulisan Anda. Secara umum, panduan berikut sering diterapkan:

  1. Angka di Bawah Sepuluh: Dianjurkan ditulis menggunakan huruf jika berada di awal kalimat, atau dalam teks naratif umum. Contoh: Tujuh orang datang terlambat.
  2. Angka Satuan Besar: Angka yang bernilai sepuluh dan ke atas, atau yang melibatkan satuan besar (ratusan, ribuan, jutaan), umumnya ditulis dalam format numerik untuk efisiensi dan kejelasan. Contoh: Rapat dihadiri oleh 150 peserta.
  3. Angka dalam Statistik dan Teknis: Dalam tabel, grafik, rumus matematika, atau data teknis, selalu gunakan format numerik, terlepas dari nilainya.
  4. Angka di Awal Kalimat: Angka apa pun—bahkan jika nilainya kecil—sebaiknya tidak diletakkan di awal kalimat. Jika terpaksa, ubah susunan kalimat atau tuliskan angka tersebut dalam huruf. Contoh yang salah: 25 siswa mengikuti ujian. Contoh yang benar: Sebanyak 25 siswa mengikuti ujian, atau Dua puluh lima siswa mengikuti ujian.

Penggunaan Simbol dan Singkatan

Ketika berhadapan dengan unit pengukuran, penulisan angka harus diikuti dengan simbol atau singkatan yang tepat, tanpa spasi berlebihan atau titik di akhir singkatan (kecuali singkatan tersebut memang memerlukan titik). Konsistensi adalah kunci di sini.

Pengecualian dan Kasus Khusus

Ada kalanya kaidah standar perlu sedikit dilenturkan demi konteks spesifik. Berikut beberapa pengecualian umum:

Rentang Angka: Saat menuliskan rentang, gunakan tanda pisah panjang (en dash atau strip), bukan tanda hubung pendek (-). Namun, jika alat pengetikan tidak memfasilitasi en dash, strip (-) yang diapit spasi sering digunakan sebagai kompromi. Contoh: Halaman 100–120 atau 100 - 120.

Angka Romawi: Angka Romawi (I, II, III, IV, dst.) tetap digunakan untuk urutan bab, penomoran halaman pendahuluan, atau penamaan generasi. Penulisan ini tidak mengikuti aturan pemisah ribuan/desimal.

Memahami nuansa dalam penulisan angka adalah cerminan profesionalisme Anda dalam berkomunikasi. Dengan menerapkan panduan baku ini, pembaca akan lebih mudah memahami data dan informasi yang Anda sajikan tanpa perlu menerjemahkan ulang makna numerik tersebut.

🏠 Homepage