Penyebab Mata Sering Berair: Panduan Lengkap & Penjelasan Detil
Mata yang berair sesekali adalah hal yang normal, terutama saat Anda menguap, menangis karena emosi, atau terkena paparan angin kencang. Namun, jika kondisi mata berair terjadi secara terus-menerus tanpa pemicu yang jelas, hingga mengganggu penglihatan dan aktivitas sehari-hari, ini dikenal sebagai epifora. Epifora bisa menjadi tanda dari berbagai kondisi, mulai dari iritasi ringan hingga masalah medis yang lebih serius. Memahami penyebab di balik mata yang sering berair adalah langkah pertama untuk menemukan penanganan yang tepat.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai faktor penyebab mata sering berair, mulai dari kondisi lingkungan, masalah medis yang mendasarinya, hingga kebiasaan gaya hidup. Kami akan menjelaskan setiap penyebab secara detail, membantu Anda mengidentifikasi kemungkinan pemicu, dan kapan Anda harus mencari bantuan profesional.
1. Iritasi Lingkungan dan Faktor Eksternal
Lingkungan sekitar kita penuh dengan potensi iritan yang dapat memicu respons mata untuk memproduksi air mata berlebihan sebagai mekanisme perlindungan alami.
1.1. Angin, Debu, dan Asap
Paparan langsung terhadap angin kencang, partikel debu, atau asap (dari rokok, polusi kendaraan, atau kebakaran) dapat menyebabkan mata kering dan iritasi. Sebagai respons, kelenjar air mata akan memproduksi lebih banyak air mata untuk membersihkan dan melembapkan permukaan mata. Ini adalah mekanisme pertahanan alami tubuh.
- Angin Kencang: Angin mempercepat penguapan air mata, membuat mata terasa kering. Kelenjar air mata kemudian bereaksi dengan memproduksi lebih banyak air mata untuk mengkompensasi, namun kualitas air mata yang dihasilkan mungkin tidak stabil, sehingga mata tetap terasa kering dan berair.
- Debu dan Partikel Asing: Partikel kecil yang masuk ke mata dapat menyebabkan goresan mikro pada kornea atau iritasi konjungtiva. Produksi air mata yang berlebihan bertujuan untuk membilas partikel tersebut keluar.
- Asap: Asap mengandung berbagai bahan kimia dan partikel iritan yang sangat mengganggu permukaan mata, memicu produksi air mata yang signifikan.
1.2. Paparan Cahaya Terang (Fotofobia)
Sensitivitas berlebihan terhadap cahaya terang, atau fotofobia, seringkali disertai dengan mata berair. Kondisi ini bisa menjadi gejala dari masalah mata lain seperti konjungtivitis, ulkus kornea, migrain, atau bahkan efek samping dari obat-obatan tertentu. Saat mata terpapar cahaya terang, pupil akan menyempit dan air mata bisa mengalir lebih banyak sebagai upaya melindungi mata dari stimulasi berlebihan.
1.3. Penggunaan Gawai Berlebihan (Computer Vision Syndrome)
Era digital membuat kita semakin bergantung pada perangkat elektronik. Menatap layar komputer, tablet, atau ponsel dalam waktu lama dapat menyebabkan kelelahan mata digital, yang dikenal sebagai Computer Vision Syndrome (CVS). Gejala CVS meliputi mata kering, buram, sakit kepala, dan mata berair. Saat kita fokus pada layar, frekuensi berkedip cenderung berkurang drastis, menyebabkan permukaan mata mengering lebih cepat. Sebagai respons, mata akan memproduksi air mata berlebihan untuk mengatasi kekeringan, namun kualitas dan stabilitas lapisan air mata seringkali terganggu.
1.4. Kosmetik dan Bahan Kimia
Produk kosmetik seperti maskara, eyeliner, atau eyeshadow dapat menjadi penyebab iritasi jika masuk ke mata. Partikel-partikel kecil dari kosmetik atau bahan kimia dalam formulanya bisa memicu reaksi alergi atau iritasi langsung, menyebabkan mata berair. Selain itu, asap atau uap dari bahan kimia rumah tangga tertentu (pembersih, deterjen) atau lingkungan kerja (bahan kimia industri) juga dapat menyebabkan iritasi parah dan mata berair.
2. Kondisi Medis dan Kelainan Mata
Banyak kondisi medis yang berkaitan dengan mata dapat menyebabkan epifora. Penting untuk mengidentifikasi penyebab ini agar penanganan yang tepat dapat diberikan.
2.1. Mata Kering (Dry Eye Syndrome)
Ini mungkin terdengar paradoks, tetapi mata kering seringkali menjadi penyebab utama mata berair. Ketika mata tidak memproduksi cukup air mata atau kualitas air mata buruk, permukaan mata menjadi kering dan teriritasi. Sebagai respons, kelenjar air mata utama akan memproduksi air mata dalam jumlah besar (refleks berair) untuk menghilangkan iritasi. Namun, air mata refleks ini biasanya memiliki kualitas yang buruk, tidak memiliki komponen minyak dan lendir yang esensial, sehingga tidak efektif dalam melumasi dan menjaga kelembapan mata. Akibatnya, lingkaran setan kekeringan dan kelebihan air mata pun terjadi.
2.1.1. Jenis-jenis Mata Kering
- Mata Kering Akuosa Defisien (Aqueous Deficient Dry Eye): Terjadi ketika kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) tidak memproduksi cukup komponen air dari air mata. Ini sering terkait dengan penuaan, kondisi autoimun (seperti Sindrom Sjögren), atau efek samping obat-obatan tertentu.
- Mata Kering Evaporatif (Evaporative Dry Eye): Jenis ini lebih umum dan terjadi ketika air mata menguap terlalu cepat dari permukaan mata. Penyebab utamanya adalah disfungsi kelenjar Meibomian (MGD), di mana kelenjar ini tidak memproduksi cukup komponen minyak yang melapisi air mata, sehingga lapisan air mata tidak stabil dan mudah menguap.
2.1.2. Faktor Risiko Mata Kering
- Usia: Produksi air mata cenderung menurun seiring bertambahnya usia, terutama setelah 50 tahun.
- Jenis Kelamin: Wanita lebih rentan terhadap mata kering karena perubahan hormonal, terutama selama kehamilan, penggunaan pil KB, dan menopause.
- Kondisi Medis: Penyakit autoimun (Sindrom Sjögren, Lupus, Artritis Reumatoid), diabetes, penyakit tiroid, dan defisiensi vitamin A dapat memicu mata kering.
- Obat-obatan: Antihistamin, dekongestan, antidepresan, obat tekanan darah tinggi, dan obat jerawat tertentu (misalnya isotretinoin) dapat mengurangi produksi air mata.
- Lingkungan: Iklim kering, berangin, berasap, atau paparan AC/pemanas dapat mempercepat penguapan air mata.
- Penggunaan Lensa Kontak: Penggunaan lensa kontak yang berkepanjangan atau tidak higienis dapat menyebabkan iritasi dan mata kering.
- Operasi Mata: Prosedur seperti LASIK kadang-kadang dapat menyebabkan atau memperburuk mata kering sementara.
2.2. Alergi Mata (Konjungtivitis Alergi)
Alergi mata adalah respons imun terhadap alergen tertentu, seperti serbuk sari, bulu hewan, tungau debu, atau kosmetik. Ketika mata terpapar alergen, tubuh melepaskan histamin, yang menyebabkan pembuluh darah di konjungtiva (selaput bening yang melapisi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata) membesar dan bocor, mengakibatkan mata merah, gatal, bengkak, dan berair secara berlebihan.
2.2.1. Jenis-jenis Konjungtivitis Alergi
- Konjungtivitis Alergi Musiman: Dipicu oleh alergen musiman seperti serbuk sari pohon, rumput, atau gulma. Gejala muncul pada waktu-waktu tertentu dalam setahun.
- Konjungtivitis Alergi Perenial: Dipicu oleh alergen yang ada sepanjang tahun, seperti tungau debu, bulu hewan peliharaan, spora jamur, atau kecoa.
- Konjungtivitis Papiler Raksasa (Giant Papillary Conjunctivitis/GPC): Reaksi alergi terhadap benda asing di mata, paling sering lensa kontak. Ini menyebabkan pembentukan benjolan besar (papila) di bagian dalam kelopak mata atas.
- Dermatokonjungtivitis Kontak: Reaksi alergi terhadap zat yang bersentuhan langsung dengan mata atau area di sekitarnya, seperti kosmetik, tetes mata, atau bahan kimia.
2.3. Infeksi Mata
Infeksi pada mata dapat menyebabkan peradangan hebat yang memicu produksi air mata berlebihan sebagai respons tubuh untuk membersihkan agen infeksius.
2.3.1. Konjungtivitis (Mata Merah)
Peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang melapisi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Ini adalah salah satu penyebab paling umum mata berair.
- Konjungtivitis Bakteri: Sering menyebabkan mata berair kental, nanah (lendir kekuningan atau kehijauan), mata merah, dan kelopak mata lengket, terutama di pagi hari. Biasanya diobati dengan tetes mata antibiotik.
- Konjungtivitis Virus: Sangat menular, seringkali disertai dengan gejala pilek atau flu. Menyebabkan mata berair bening, merah, gatal, dan terasa seperti ada pasir. Biasanya sembuh sendiri, namun tetes mata pelumas dapat membantu meredakan gejala.
- Konjungtivitis Klamidia dan Gonore: Infeksi menular seksual yang dapat menyerang mata, menyebabkan konjungtivitis parah dengan banyak air mata dan nanah. Membutuhkan penanganan medis segera.
2.3.2. Blefaritis
Peradangan pada kelopak mata, biasanya pada pangkal bulu mata. Ini bisa disebabkan oleh bakteri, kelenjar minyak yang tersumbat, atau kondisi kulit seperti rosacea. Gejalanya meliputi mata berair, merah, gatal, kelopak mata bengkak, kerak pada bulu mata, dan sensasi terbakar. Blefaritis dapat mengganggu kualitas air mata, menyebabkan mata kering sekaligus berair.
2.3.3. Hordeolum (Bintitan) dan Kalazion
- Hordeolum (Bintitan): Infeksi bakteri pada kelenjar minyak di tepi kelopak mata, menyebabkan benjolan merah, nyeri, dan bengkak. Bintitan dapat menyebabkan iritasi dan produksi air mata berlebihan.
- Kalazion: Kista yang tidak nyeri yang terbentuk dari kelenjar minyak kelopak mata yang tersumbat, seringkali setelah bintitan. Meskipun biasanya tidak nyeri, ukuran kalazion yang besar dapat menekan permukaan mata, menyebabkan iritasi dan mata berair.
2.3.4. Keratitis
Peradangan pada kornea (lapisan bening di depan iris dan pupil). Keratitis bisa disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit) atau non-infeksi (cedera, mata kering parah, penggunaan lensa kontak yang tidak tepat). Gejala meliputi nyeri mata yang parah, mata merah, penglihatan kabur, sensitivitas cahaya, dan mata berair banyak. Keratitis adalah kondisi serius yang membutuhkan penanganan medis segera untuk mencegah kerusakan penglihatan permanen.
2.4. Saluran Air Mata Tersumbat (Dacryostenosis / Nasolacrimal Duct Obstruction)
Ini adalah penyebab umum mata berair, terutama pada bayi (kongenital) dan orang dewasa. Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal dan kemudian mengalir melalui sistem drainase air mata ke hidung. Jika salah satu bagian dari sistem drainase ini tersumbat, air mata tidak dapat mengalir dengan baik dan akan meluap keluar dari mata.
2.4.1. Penyebab Saluran Air Mata Tersumbat
- Kongenital (pada bayi): Pada sekitar 6% bayi baru lahir, saluran air mata belum sepenuhnya terbuka. Kondisi ini seringkali membaik dengan sendirinya dalam tahun pertama kehidupan.
- Infeksi atau Peradangan: Infeksi kronis atau peradangan pada saluran air mata atau sekitarnya (misalnya sinusitis) dapat menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan.
- Cedera atau Trauma: Cedera pada hidung atau mata dapat merusak sistem drainase air mata.
- Tumor: Meskipun jarang, tumor di area hidung atau saluran air mata dapat menyebabkan penyumbatan.
- Perubahan Akibat Usia: Seiring bertambahnya usia, pembukaan saluran air mata (punctum) dapat menyempit, atau saluran menjadi lebih kendur dan kolaps.
- Obat-obatan: Beberapa obat tetes mata glaukoma dapat menyebabkan penyempitan saluran.
Gejala penyumbatan saluran air mata meliputi mata berair terus-menerus, kadang disertai nanah atau lendir, dan infeksi berulang pada kantung air mata (dacryocystitis).
2.5. Ektropion dan Entropion
Kedua kondisi ini melibatkan kelainan posisi kelopak mata yang dapat mengganggu drainase air mata dan menyebabkan iritasi.
- Ektropion: Kondisi di mana kelopak mata bawah berputar keluar, menjauh dari bola mata. Hal ini menyebabkan bagian dalam kelopak mata terpapar udara dan iritan, mengganggu penyebaran air mata secara merata, dan membuat air mata tidak dapat mengalir ke punctum (saluran drainase air mata) dengan efektif. Akibatnya, mata menjadi kering dan berair secara berlebihan.
- Entropion: Kondisi kebalikannya, di mana kelopak mata berputar ke dalam, menyebabkan bulu mata bergesekan dengan permukaan bola mata (kornea dan konjungtiva). Gesekan ini sangat mengiritasi, menyebabkan nyeri, kemerahan, dan mata berair terus-menerus. Jika tidak diobati, entropion dapat menyebabkan ulkus kornea dan gangguan penglihatan permanen.
Kedua kondisi ini umumnya disebabkan oleh kelemahan otot dan jaringan di sekitar mata akibat penuaan, namun bisa juga disebabkan oleh cedera, parut, atau infeksi.
2.6. Trichiasis
Trichiasis adalah kondisi di mana bulu mata tumbuh ke arah dalam, bergesekan dengan permukaan mata (kornea atau konjungtiva). Mirip dengan entropion, gesekan bulu mata ini menyebabkan iritasi konstan, nyeri, kemerahan, dan produksi air mata yang berlebihan sebagai respons perlindungan. Trichiasis dapat disebabkan oleh infeksi kronis (seperti trachoma), trauma, atau peradangan.
2.7. Benda Asing di Mata
Adanya benda asing, sekecil apapun, di permukaan mata (misalnya bulu mata yang lepas, serpihan debu, atau pasir) akan memicu produksi air mata yang sangat banyak sebagai upaya alami tubuh untuk membilas benda tersebut keluar. Selain berair, gejala lain bisa berupa nyeri, sensasi mengganjal, mata merah, dan sensitivitas cahaya.
2.8. Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah luka terbuka pada kornea, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, amoeba) atau trauma. Ini adalah kondisi serius yang menyebabkan nyeri hebat, mata merah, penglihatan kabur, sensitivitas cahaya, dan mata berair secara berlebihan. Ulkus kornea memerlukan penanganan medis darurat untuk mencegah kehilangan penglihatan.
2.9. Migrain dan Sakit Kepala Klaster
Beberapa jenis sakit kepala, terutama migrain dan sakit kepala klaster, dapat disertai dengan gejala okular. Sakit kepala klaster (cluster headache) dikenal sebagai salah satu jenis sakit kepala paling menyakitkan yang sering disertai dengan gejala otonom seperti mata berair (lakrimasi), kemerahan pada mata, hidung tersumbat, dan kelopak mata turun di sisi yang sama dengan nyeri kepala. Migrain juga dapat menyebabkan fotofobia (sensitivitas cahaya) yang dapat memicu mata berair.
2.10. Penyakit Autoimun Sistemik
Beberapa penyakit autoimun dapat memengaruhi mata dan menyebabkan mata berair.
- Sindrom Sjögren: Penyakit autoimun kronis yang menyerang kelenjar yang memproduksi kelembapan, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar ludah. Ini menyebabkan mata kering yang parah, yang seperti dijelaskan sebelumnya, dapat memicu refleks air mata berlebihan.
- Artritis Reumatoid dan Lupus Eritematosus Sistemik: Meskipun tidak secara langsung menyerang kelenjar air mata sesering Sjögren, penyakit-penyakit autoimun ini dapat menyebabkan peradangan umum dan sindrom mata kering sekunder yang memicu epifora.
2.11. Obat-obatan Tertentu
Efek samping dari beberapa jenis obat-obatan, baik yang diminum secara oral maupun tetes mata, dapat memengaruhi produksi atau drainase air mata.
- Obat Glaukoma (terutama golongan Pilocarpine): Beberapa obat tetes mata untuk glaukoma dapat menyebabkan penyempitan pupil dan peningkatan produksi air mata.
- Kemoterapi: Beberapa agen kemoterapi dapat menyebabkan efek samping pada mata, termasuk mata berair.
- Obat-obatan yang Menginduksi Mata Kering: Seperti yang telah disebutkan di bagian mata kering, banyak obat (antihistamin, antidepresan, diuretik) dapat mengurangi produksi air mata basal, yang kemudian memicu respons refleks air mata berlebihan.
2.12. Bells Palsy atau Kelumpuhan Wajah Lainnya
Bells Palsy adalah kondisi yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan sementara pada otot-otot di satu sisi wajah. Jika saraf wajah (facial nerve) yang mengontrol kelopak mata dan kelenjar air mata terpengaruh, kemampuan mata untuk berkedip dan mendistribusikan air mata bisa terganggu. Kelopak mata mungkin tidak bisa menutup sepenuhnya (lagophthalmos), menyebabkan mata kering dan terpapar. Sebagai respons, mata akan memproduksi air mata berlebihan, namun karena kelopak mata tidak menutup dengan baik, air mata tersebut tidak dapat menjaga kelembapan secara efektif dan akan meluap keluar.
2.13. Tumor pada Kelopak Mata atau Sistem Drainase Air Mata
Meskipun jarang, pertumbuhan tumor jinak maupun ganas pada kelopak mata atau di sepanjang jalur drainase air mata dapat menyebabkan mata berair. Tumor pada kelopak mata dapat mengganggu posisi atau fungsi kelopak mata, sementara tumor di saluran air mata dapat menyebabkan penyumbatan mekanis. Ini seringkali disertai dengan gejala lain seperti pembengkakan yang tidak biasa, nyeri, atau perubahan penglihatan.
3. Faktor Usia
Penuaan adalah faktor risiko alami untuk berbagai masalah mata, termasuk mata berair.
3.1. Kelemahan Otot dan Jaringan Kelopak Mata
Seiring bertambahnya usia, otot dan jaringan di sekitar kelopak mata dapat melemah dan kendur. Ini adalah penyebab umum dari ektropion dan entropion yang telah dijelaskan sebelumnya. Kelopak mata yang kendur (laxity) juga dapat membuat punctum (lubang drainase air mata) tidak lagi sejajar dengan permukaan bola mata, sehingga air mata tidak dapat masuk ke sistem drainase dan meluap keluar.
3.2. Penurunan Produksi Air Mata Basal
Meskipun mata berair bisa menjadi respons terhadap kekeringan, produksi air mata basal (air mata yang menjaga kelembapan mata sehari-hari) secara alami menurun seiring bertambahnya usia. Ini membuat permukaan mata lebih rentan terhadap kekeringan, yang kemudian memicu refleks produksi air mata berlebihan dengan kualitas yang buruk, menciptakan siklus mata kering dan berair.
3.3. Penyempitan Saluran Air Mata
Saluran air mata dapat menyempit secara bertahap seiring bertambahnya usia, bahkan tanpa adanya infeksi atau trauma. Penyempitan ini menghambat aliran air mata yang normal, menyebabkan penumpukan dan luapan air mata.
4. Gaya Hidup dan Kebiasaan
Beberapa kebiasaan sehari-hari dan pilihan gaya hidup juga dapat berkontribusi pada masalah mata berair.
4.1. Kurang Tidur dan Kelelahan
Tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan mata. Kurang tidur dapat menyebabkan mata kering, merah, dan iritasi, yang semuanya dapat memicu produksi air mata berlebihan. Saat kita lelah, mata kita juga cenderung lebih sensitif terhadap cahaya dan iritan lingkungan.
4.2. Dehidrasi
Tidak minum cukup air dapat memengaruhi produksi air mata dan menyebabkan tubuh secara keseluruhan mengalami dehidrasi ringan. Dehidrasi dapat memperburuk kondisi mata kering, yang pada gilirannya dapat memicu refleks mata berair.
4.3. Merokok
Asap rokok adalah iritan kuat bagi mata. Perokok pasif maupun aktif sering mengalami iritasi mata, mata merah, dan mata berair. Merokok juga merupakan faktor risiko untuk mata kering, memperburuk masalah dengan mengganggu kualitas lapisan air mata dan merusak kelenjar Meibomian.
4.4. Konsumsi Alkohol Berlebihan
Alkohol dapat menyebabkan dehidrasi tubuh dan memengaruhi fungsi kelenjar di seluruh tubuh, termasuk kelenjar air mata. Konsumsi alkohol berlebihan dapat memperburuk kondisi mata kering, yang kemudian dapat menyebabkan mata berair refleks.
5. Respons Emosional
Meskipun seringkali tidak dianggap sebagai masalah medis, perlu diingat bahwa menangis sebagai respons emosional (kesedihan, kegembiraan yang ekstrem) adalah penyebab paling umum mata berair. Air mata emosional memiliki komposisi kimia yang berbeda dari air mata basal atau refleks, mengandung lebih banyak protein dan hormon stres. Ini adalah respons alami dan sehat dari tubuh, bukan epifora patologis.
Kapan Harus Mencari Bantuan Medis?
Meskipun mata berair seringkali disebabkan oleh hal-hal sepele, ada beberapa tanda dan gejala yang mengindikasikan bahwa Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter mata:
- Mata berair parah dan terus-menerus yang mengganggu penglihatan atau aktivitas sehari-hari.
- Nyeri mata yang parah atau mendadak.
- Mata merah yang intens.
- Perubahan penglihatan (buram, ganda, kehilangan penglihatan).
- Sensitivitas cahaya yang ekstrem.
- Adanya nanah, lendir, atau cairan aneh lainnya dari mata.
- Mata berair setelah cedera mata atau masuknya benda asing.
- Kelopak mata yang bengkak, merah, atau sangat nyeri.
- Gejala tidak membaik atau justru memburuk setelah beberapa hari.
- Kecurigaan adanya benda asing yang tertanam di mata.
Diagnosis dan Penanganan
Untuk mendiagnosis penyebab mata berair, dokter mata akan melakukan pemeriksaan mata menyeluruh. Ini mungkin melibatkan:
- Anamnesis: Menanyakan riwayat kesehatan, gejala yang dialami, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan paparan lingkungan.
- Pemeriksaan Fisik Mata: Memeriksa kelopak mata, permukaan mata, dan kelenjar air mata menggunakan slit lamp (mikroskop khusus mata).
- Tes Schirmer: Mengukur produksi air mata.
- Pewarnaan Fluorescein: Untuk mendeteksi adanya abrasi atau ulkus pada kornea.
- Pencucian Saluran Air Mata (Irrigasi): Untuk memeriksa apakah ada penyumbatan pada saluran air mata.
- Tes Alergi: Jika alergi dicurigai sebagai penyebab.
- Tes Pencitraan: Seperti CT scan atau MRI, jika dicurigai ada tumor atau masalah struktural lainnya.
Penanganan mata berair sangat tergantung pada penyebab yang mendasarinya:
- Mata Kering: Tetes mata pelumas (air mata buatan), obat anti-inflamasi (siklosporin, lifitegrast), sumbat punctal (untuk menahan air mata di permukaan mata), kompres hangat untuk MGD.
- Alergi Mata: Tetes mata antihistamin, tetes mata penstabil sel mast, obat alergi oral, menghindari alergen.
- Infeksi Mata: Tetes mata antibiotik (untuk bakteri), tetes mata antivirus (untuk virus), salep, atau obat oral.
- Saluran Air Mata Tersumbat: Pijat kantung air mata (untuk bayi), probing (membuka sumbatan dengan kawat halus), dacryocystorhinostomy (DCR) operasi untuk membuat saluran baru.
- Ektropion/Entropion/Trichiasis: Pembedahan untuk mengoreksi posisi kelopak mata atau menghilangkan bulu mata yang salah tumbuh.
- Benda Asing: Pembilasan mata, atau pengangkatan oleh dokter mata dengan alat khusus.
- Kondisi Medis Lain: Penanganan penyakit yang mendasari (misalnya, pengobatan autoimun atau glaukoma).
- Iritasi Lingkungan: Menggunakan kacamata pelindung, menghindari asap, menggunakan pelembap udara.
Pencegahan Mata Berair
Beberapa langkah dapat Anda ambil untuk mengurangi risiko mata sering berair atau meringankan gejalanya:
- Gunakan Kacamata Pelindung: Saat di luar ruangan yang berangin, berdebu, atau saat bekerja dengan bahan kimia.
- Hindari Iritan: Jauhi asap rokok, polusi, dan alergen yang diketahui.
- Istirahat Mata: Terapkan aturan 20-20-20 saat menggunakan gawai (setiap 20 menit, lihat objek sejauh 20 kaki selama 20 detik).
- Gunakan Pelembap Udara: Di rumah atau kantor jika lingkungan kering.
- Jaga Kebersihan Kelopak Mata: Bersihkan kelopak mata secara teratur, terutama jika Anda memiliki blefaritis.
- Gunakan Tetes Mata Pelumas: Jika Anda memiliki mata kering, gunakan tetes mata pelumas secara teratur, bahkan sebelum gejala muncul.
- Hindari Menggosok Mata: Ini dapat memperburuk iritasi.
- Ganti Lensa Kontak Secara Teratur: Ikuti petunjuk penggunaan dan kebersihan lensa kontak.
- Minum Air yang Cukup: Pastikan Anda terhidrasi dengan baik.
- Makan Makanan Bergizi: Asupan omega-3 dari ikan berlemak dapat mendukung kesehatan mata.
Kesimpulan
Mata yang sering berair bisa menjadi keluhan yang sangat mengganggu, namun dengan pemahaman yang tepat tentang penyebabnya, Anda dapat mencari penanganan yang efektif. Mulai dari iritasi lingkungan yang sederhana hingga kondisi medis yang lebih kompleks, setiap penyebab memiliki karakteristik dan pendekatan penanganannya sendiri. Jangan pernah mengabaikan gejala mata yang terus-menerus berair, terutama jika disertai dengan nyeri, kemerahan, atau gangguan penglihatan. Konsultasikan dengan dokter mata untuk diagnosis yang akurat dan rencana penanganan yang sesuai demi menjaga kesehatan mata dan kualitas hidup Anda.
Penting untuk diingat bahwa diagnosis diri sendiri mungkin tidak akurat. Hanya profesional medis yang dapat memberikan penilaian yang tepat dan rekomendasi penanganan yang aman dan efektif. Dengan perhatian yang tepat, sebagian besar kasus mata berair dapat diatasi atau dikelola dengan baik.