Penyumbatan Saluran Air Mata: Gejala, Penyebab & Penanganan Lengkap
Air mata adalah komponen vital untuk kesehatan mata kita. Selain melindungi mata dari iritasi dan infeksi, air mata juga menjaga permukaan mata tetap lembap dan jernih, memungkinkan penglihatan yang optimal. Namun, apa yang terjadi ketika sistem drainase alami air mata mengalami gangguan? Kondisi inilah yang dikenal sebagai penyumbatan saluran air mata, sebuah masalah yang dapat memicu ketidaknyamanan signifikan dan berpotensi menyebabkan komplikasi lebih lanjut jika tidak ditangani dengan tepat. Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek mengenai penyumbatan saluran air mata, mulai dari anatomi dan fisiologi, jenis-jenis, gejala, penyebab, metode diagnosis, hingga berbagai pilihan penanganan yang tersedia, baik untuk bayi maupun dewasa.
Penyumbatan saluran air mata, atau secara medis disebut dacryostenosis atau nasolacrimal duct obstruction (NLDO), adalah kondisi di mana sistem drainase air mata sebagian atau seluruhnya terhalang. Akibatnya, air mata tidak dapat mengalir sebagaimana mestinya dari permukaan mata ke rongga hidung. Hal ini menyebabkan penumpukan air mata di mata, seringkali disertai dengan gejala seperti mata berair terus-menerus (epiphora), mata belek, kemerahan, hingga infeksi. Meskipun seringkali dianggap sepele, kondisi ini dapat sangat mengganggu kualitas hidup penderitanya dan memerlukan perhatian medis yang tepat.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimal
Untuk memahami penyumbatan saluran air mata, penting untuk terlebih dahulu memahami bagaimana sistem lakrimal (sistem air mata) bekerja. Sistem ini terdiri dari dua bagian utama: sistem sekresi (produksi) dan sistem drainase (pembuangan).
Produksi Air Mata
Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal utama, yang terletak di bagian atas dan luar setiap mata, di bawah tulang alis. Kelenjar ini menghasilkan sebagian besar komponen air mata, termasuk air, elektrolit, protein, dan antibodi yang penting untuk perlindungan mata. Selain kelenjar lakrimal utama, terdapat juga kelenjar aksesori kecil (kelenjar Krause dan Wolfring) yang tersebar di kelopak mata, yang berkontribusi pada produksi air mata dasar yang menjaga mata tetap lembap sepanjang waktu.
Drainase Air Mata
Setelah air mata diproduksi, ia menyebar ke seluruh permukaan mata setiap kali kita berkedip, membersihkan debu dan partikel asing. Kemudian, air mata dikumpulkan di sudut dalam mata dan masuk ke sistem drainase melalui serangkaian struktur:
Pungtum Lakrimalis: Dua lubang kecil yang terletak di tepi dalam kelopak mata atas dan bawah. Ini adalah pintu masuk pertama bagi air mata.
Kanalkuli Lakrimalis: Dua saluran kecil (atas dan bawah) yang memanjang dari pungtum. Kanalkuli atas dan bawah kemudian menyatu menjadi kanalikulus komunis (saluran umum).
Kantong Lakrimal (Saccus Lacrimalis): Sebuah kantong kecil yang terletak di antara mata dan hidung, tempat kanalikulus komunis bermuara. Kontraksi otot orbikularis (otot di sekitar mata) saat berkedip membantu memompa air mata dari kanalkuli ke dalam kantong ini.
Duktus Nasolakrimalis (Saluran Nasolakrimal): Saluran yang memanjang dari kantong lakrimal ke bawah menuju rongga hidung, biasanya bermuara di bawah konka inferior (struktur di dalam hidung).
Katup Hasner (Katup Plica Mucosa): Katup kecil di ujung duktus nasolakrimalis di rongga hidung. Katup ini berfungsi mencegah refluks (aliran balik) cairan dari hidung ke dalam sistem lakrimal. Pada banyak bayi, katup ini belum sepenuhnya terbuka saat lahir, menyebabkan penyumbatan kongenital.
Seluruh proses ini memastikan air mata mengalir dari mata, melalui kantong lakrimal, dan akhirnya masuk ke hidung, di mana ia menguap atau ditelan. Jika ada penyumbatan di sepanjang jalur ini, air mata akan menumpuk di mata, menyebabkan mata berair berlebihan.
Diagram sederhana anatomi sistem lakrimal, menunjukkan jalur normal aliran air mata.
Apa Itu Penyumbatan Saluran Air Mata?
Penyumbatan saluran air mata terjadi ketika ada obstruksi (halangan) di salah satu bagian dari sistem drainase air mata. Halangan ini bisa bersifat parsial (sebagian) atau total (menyeluruh). Ketika air mata tidak dapat mengalir dengan baik, ia akan menumpuk di permukaan mata, menyebabkan mata berair terus-menerus, suatu kondisi yang dikenal sebagai epiphora.
Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, dari bayi yang baru lahir hingga orang dewasa lanjut usia. Karakteristik, penyebab, dan penanganannya dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada usia dan jenis penyumbatan.
Jenis-Jenis Penyumbatan Saluran Air Mata
Penyumbatan saluran air mata dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan waktu terjadinya dan penyebabnya:
1. Penyumbatan Saluran Air Mata Kongenital (Bawaan)
Ini adalah jenis yang paling umum terjadi pada bayi. Diperkirakan 5-6% bayi baru lahir mengalami kondisi ini. Penyebab utamanya adalah kegagalan katup Hasner di ujung duktus nasolakrimalis untuk terbuka sepenuhnya pada saat lahir. Katup ini, yang berfungsi mencegah aliran balik dari hidung, biasanya akan terbuka secara spontan dalam beberapa minggu atau bulan pertama kehidupan. Jika tidak terbuka, air mata akan menumpuk. Meskipun seringkali dapat sembuh sendiri, kondisi ini memerlukan pemantauan dan kadang intervensi.
Gejala Umum: Mata berair pada satu atau kedua mata (seringkali memburuk di cuaca dingin atau angin), mata belek kekuningan atau kehijauan (terutama setelah tidur), kemerahan ringan di sekitar mata.
Waktu Terjadi: Biasanya terlihat dalam beberapa hari atau minggu pertama setelah lahir.
2. Penyumbatan Saluran Air Mata Akuisita (Didapat)
Jenis ini terjadi pada orang dewasa dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyumbatan akuisita dapat dibagi lagi menjadi:
a. Penyumbatan Saluran Air Mata Primer (PCOS - Primary Acquired Nasolacrimal Duct Obstruction)
Ini adalah jenis yang paling umum pada orang dewasa. Penyebabnya tidak selalu jelas, seringkali dianggap sebagai proses degeneratif atau peradangan kronis ringan yang menyebabkan penyempitan saluran secara bertahap tanpa adanya faktor pemicu yang jelas. PCOS lebih sering terjadi pada wanita paruh baya atau lanjut usia.
b. Penyumbatan Saluran Air Mata Sekunder
Terjadi akibat kondisi atau peristiwa lain yang merusak atau menghalangi saluran air mata. Penyebabnya bervariasi dan dapat meliputi:
Trauma atau Cedera: Patah tulang hidung atau wajah di area sekitar saluran air mata dapat merusak atau menekan saluran.
Infeksi: Infeksi berulang pada mata (konjungtivitis), kantong lakrimal (dacryocystitis), atau sinus (sinusitis) dapat menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut yang menghalangi saluran.
Peradangan: Penyakit autoimun seperti sarkoidosis, granulomatosis dengan poliangitis (sebelumnya Wegener's granulomatosis), atau sindrom Stevens-Johnson dapat menyebabkan peradangan pada saluran air mata.
Tumor: Tumor di daerah sekitar kantong lakrimal atau rongga hidung dapat menekan atau menginvasi saluran air mata.
Obat-obatan: Beberapa obat, terutama obat kemoterapi (misalnya 5-fluorouracil, docetaxel) dan beberapa tetes mata, dapat menyebabkan penyempitan saluran.
Radiasi: Terapi radiasi di area wajah atau hidung dapat menyebabkan kerusakan dan penyumbatan.
Pasca-operasi: Komplikasi dari operasi hidung atau sinus dapat kadang menyebabkan penyumbatan.
Benda Asing: Kadang-kadang, benda asing kecil atau sumbat mukus dapat menyumbat saluran.
Pemahaman mengenai jenis penyumbatan ini penting karena akan sangat mempengaruhi pendekatan diagnosis dan pilihan penanganan yang akan diambil oleh dokter.
Gejala Penyumbatan Saluran Air Mata
Gejala utama penyumbatan saluran air mata adalah mata berair, tetapi dapat disertai dengan gejala lain yang bervariasi tergantung usia dan tingkat keparahan sumbatan.
Gejala pada Bayi (Penyumbatan Kongenital)
Pada bayi, gejala biasanya muncul dalam beberapa minggu pertama kehidupan, seringkali pada salah satu mata, namun bisa juga terjadi pada kedua mata:
Mata Berair Berlebihan (Epiphora): Air mata terlihat menumpuk di mata, seringkali mengalir keluar dari kelopak mata dan membasahi pipi. Ini seringkali lebih jelas terlihat saat bayi berada di lingkungan dingin, berangin, atau saat menangis.
Mata Belek (Mata Lengket): Seringkali ada kotoran mata berwarna kekuningan atau kehijauan, terutama setelah tidur. Ini adalah lendir dan puing-puing yang terakumulasi karena tidak dapat mengalir keluar, seringkali disertai pertumbuhan bakteri sekunder. Kotoran mata ini dapat menyebabkan kelopak mata lengket.
Kemerahan Ringan: Kulit di sekitar mata bisa tampak sedikit merah atau iritasi akibat kelembapan konstan dari air mata yang berlebihan.
Pembengkakan di Sudut Mata: Terkadang, area kantong lakrimal (di sudut dalam mata, dekat pangkal hidung) bisa tampak sedikit bengkak atau teraba adanya benjolan lunak. Ini menandakan akumulasi cairan di kantong lakrimal.
Berulang Kali Mengalami Konjungtivitis: Bayi dengan penyumbatan seringkali lebih rentan terhadap infeksi mata ringan.
Tidak Ada Nyeri: Biasanya bayi tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri atau ketidaknyamanan yang signifikan kecuali jika terjadi infeksi akut (dacryocystitis).
Gejala pada Dewasa (Penyumbatan Akuisita)
Pada orang dewasa, gejala cenderung lebih persisten dan dapat berkembang menjadi lebih serius:
Mata Berair Kronis (Epiphora): Ini adalah gejala yang paling umum dan mengganggu. Air mata terus-menerus mengalir keluar dari mata, membasahi pipi, seringkali memerlukan penggunaan tisu secara berulang. Ini dapat mengganggu penglihatan, terutama saat membaca atau berkendara.
Mata Belek atau Keluarnya Lendir: Mirip dengan bayi, akumulasi air mata dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri dan produksi lendir atau kotoran mata. Ini bisa menjadi sangat lengket dan mengganggu.
Kemerahan dan Iritasi Kulit: Kulit di sekitar mata dan pipi dapat menjadi merah, pecah-pecah, atau iritasi karena kelembapan kronis dan seringnya menyeka.
Pembengkakan Nyeri di Kantong Lakrimal (Dacryocystitis Akut): Ini adalah komplikasi serius. Kantong lakrimal menjadi meradang dan terinfeksi, menyebabkan nyeri hebat, kemerahan, bengkak, dan nyeri tekan di sudut dalam mata (dekat pangkal hidung). Demam dan malaise umum juga bisa menyertai.
Abses atau Fistula: Jika dacryocystitis tidak diobati, infeksi bisa membentuk abses atau bahkan pecah melalui kulit, membentuk fistula (saluran abnormal) yang mengeluarkan nanah atau cairan.
Pandangan Kabur: Penglihatan bisa menjadi kabur akibat lapisan air mata yang berlebihan di permukaan mata.
Konjungtivitis Berulang: Peningkatan risiko infeksi mata berulang.
Gejala umum penyumbatan saluran air mata: mata berair terus-menerus dan kemerahan di sudut mata.
Penyebab Penyumbatan Saluran Air Mata
Penyebab penyumbatan saluran air mata bervariasi antara bayi dan dewasa, serta antara penyumbatan primer dan sekunder.
Penyebab pada Bayi (Kongenital)
Pada sebagian besar kasus, penyumbatan saluran air mata pada bayi disebabkan oleh:
Kegagalan Pembukaan Katup Hasner: Ini adalah penyebab paling umum. Pada ujung distal duktus nasolakrimalis, terdapat membran tipis yang disebut katup Hasner. Pada sekitar 6% bayi baru lahir, katup ini belum sepenuhnya terbuka pada saat lahir. Biasanya, katup ini akan terbuka secara spontan dalam beberapa minggu atau bulan pertama kehidupan. Jika tidak, air mata tidak dapat mengalir ke hidung.
Struktur Saluran yang Tidak Normal: Lebih jarang, saluran air mata mungkin memiliki bentuk yang tidak normal, terlalu sempit di beberapa bagian, atau ada kista di sepanjang jalur drainase.
Penyebab pada Dewasa (Akuisita)
Pada orang dewasa, penyebabnya lebih kompleks dan dapat meliputi:
1. Penyempitan Primer (PCOS - Primary Acquired Nasolacrimal Duct Obstruction)
Penyebab spesifik PCOS seringkali tidak diketahui (idiopatik). Dipercaya bahwa ada proses inflamasi kronis tingkat rendah di dalam saluran air mata yang menyebabkan pembentukan jaringan parut dan penyempitan lumen secara progresif. Faktor usia dan hormonal mungkin berperan, karena lebih sering terjadi pada wanita paruh baya dan lanjut usia.
2. Infeksi
Dacryocystitis: Infeksi pada kantong lakrimal. Penyumbatan saluran air mata menyebabkan stasis (genangan) air mata di kantong, menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Infeksi ini sendiri dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan yang memperburuk penyumbatan, dan infeksi kronis dapat menyebabkan jaringan parut.
Konjungtivitis Kronis: Peradangan mata yang berkepanjangan dapat memicu peradangan pada saluran air mata, menyebabkan penyempitan.
Sinusitis: Infeksi atau peradangan kronis pada sinus di sekitar rongga hidung dapat menyebabkan tekanan atau peradangan pada duktus nasolakrimalis, yang berada dekat dengan sinus.
3. Trauma atau Cedera
Patah Tulang Wajah: Patah tulang hidung, maksila (tulang pipi), atau tulang orbita (rongga mata) akibat kecelakaan atau pukulan dapat merusak atau menekan duktus nasolakrimalis.
Cedera Kimia atau Termal: Luka bakar atau paparan bahan kimia korosif pada wajah atau mata dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan pembentukan jaringan parut di saluran air mata.
4. Peradangan Sistemik atau Lokal
Penyakit Autoimun: Beberapa penyakit autoimun seperti sarkoidosis, granulomatosis dengan poliangitis (Wegener's), lupus eritematosus sistemik, atau sindrom Sjogren dapat menyebabkan peradangan yang menyerang saluran air mata.
Kondisi Peradangan Lain: Blepharitis (radang kelopak mata), rinitis alergi kronis, atau polip hidung dapat secara tidak langsung menyebabkan peradangan dan penyempitan saluran air mata.
5. Tumor
Pertumbuhan tumor jinak atau ganas di sekitar kantong lakrimal, duktus nasolakrimalis, atau di rongga hidung (misalnya, karsinoma sel skuamosa, limfoma) dapat menekan atau menginvasi saluran, menyebabkan penyumbatan.
6. Efek Samping Obat-obatan
Beberapa obat dapat memiliki efek samping yang menyebabkan penyempitan atau peradangan saluran air mata, di antaranya:
Obat Kemoterapi: Terutama 5-fluorouracil (5-FU) dan docetaxel, yang dapat menyebabkan toksisitas pada epitel saluran air mata.
Tetes Mata: Penggunaan jangka panjang beberapa tetes mata, terutama yang mengandung pengawet, dapat menyebabkan iritasi kronis dan penyempitan.
7. Radiasi
Terapi radiasi yang diberikan di area wajah atau kepala (misalnya untuk kanker) dapat merusak jaringan dan menyebabkan fibrosis (pembentukan jaringan parut) pada saluran air mata.
8. Benda Asing
Jarang terjadi, tetapi benda asing seperti bulu mata, gumpalan mukus, atau puing-puing kecil dapat menyumbat pungtum atau kanalkuli.
9. Stenosis Pungtum/Kanalkuli
Penyempitan atau penutupan lubang pungtum lakrimalis atau kanalkuli juga dapat menyebabkan penyumbatan proksimal (lebih dekat ke mata). Ini bisa disebabkan oleh peradangan kronis, trauma, atau faktor usia.
Mengingat beragamnya penyebab, evaluasi menyeluruh oleh dokter spesialis mata (oftalmologis) sangat penting untuk mengidentifikasi faktor pemicu spesifik dan merencanakan penanganan yang paling tepat.
Diagnosis Penyumbatan Saluran Air Mata
Mendiagnosis penyumbatan saluran air mata melibatkan kombinasi riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik khusus. Tujuan utamanya adalah untuk mengkonfirmasi adanya penyumbatan, menentukan lokasinya, dan mengidentifikasi penyebabnya.
1. Anamnesis (Riwayat Medis)
Dokter akan bertanya tentang:
Gejala: Kapan gejala mulai muncul, apakah satu atau kedua mata terpengaruh, seberapa sering mata berair, adanya kotoran mata, nyeri, atau pembengkakan.
Riwayat Medis: Infeksi mata sebelumnya, trauma pada wajah atau mata, riwayat operasi hidung atau sinus, penyakit sistemik (autoimun, kanker), penggunaan obat-obatan (terutama kemoterapi atau tetes mata).
Pada Bayi: Riwayat kehamilan dan kelahiran, kapan pertama kali gejala terlihat, upaya penanganan yang sudah dilakukan (misalnya pijat).
2. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan mata menyeluruh, termasuk:
Inspeksi: Melihat adanya mata berair (epiphora), kemerahan di kelopak mata atau kulit sekitar mata, pembengkakan di area kantong lakrimal, atau adanya kotoran mata.
Palpasi (Perabaan): Meraba area kantong lakrimal. Jika ada pembengkakan yang nyeri atau jika cairan (lendir/nanah) keluar dari pungtum saat ditekan, ini sangat mengindikasikan dacryocystitis.
Pemeriksaan Pungtum: Melihat apakah pungtum terbuka dengan normal atau menyempit/tertutup.
3. Tes Diagnostik Khusus
a. Fluorescein Dye Disappearance Test (FDT)
Tes ini adalah tes skrining sederhana. Dokter akan meneteskan setetes pewarna fluorescein ke setiap mata pasien. Pada mata normal, sebagian besar pewarna akan hilang dari permukaan mata dalam waktu 5-10 menit karena drainase ke hidung. Jika ada penyumbatan, pewarna akan tetap terlihat di permukaan mata setelah waktu tersebut. Tes ini memberikan indikasi kuat adanya masalah drainase, namun tidak menentukan lokasi pasti penyumbatan.
b. Tes Irigasi Saluran Air Mata (Probing and Irrigation)
Ini adalah tes diagnostik yang paling definitif untuk penyumbatan saluran air mata. Setelah diberikan anestesi lokal (biasanya tetes), dokter akan memasukkan probe kecil (kawat halus) ke dalam pungtum dan kanalikulus, kemudian menginjeksikan larutan salin steril ke dalam sistem drainase.
Jika pasien dapat merasakan atau menelan larutan salin di tenggorokan, atau larutan keluar dari lubang hidung, ini menunjukkan saluran paten (tidak ada penyumbatan).
Jika larutan kembali keluar melalui pungtum yang sama, atau keluar melalui pungtum yang berlawanan, ini mengindikasikan adanya penyumbatan dan lokasinya dapat diperkirakan (proksimal atau distal).
Jika ada hambatan saat memasukkan probe, ini juga mengindikasikan penyempitan atau sumbatan.
Pada bayi, probing juga dapat menjadi bagian dari penanganan.
c. Dacryocystography (DCG) / CT Dacryocystography (CT-DCG)
Ini adalah studi pencitraan yang digunakan untuk memvisualisasikan sistem drainase air mata. Kontras radioopak disuntikkan ke dalam saluran air mata, dan serangkaian sinar-X (DCG) atau CT scan (CT-DCG) diambil. Gambar-gambar ini dapat menunjukkan lokasi pasti penyumbatan, tingkat keparahannya, dan terkadang mengidentifikasi penyebabnya (misalnya, tumor atau batu lakrimal).
d. Endoskopi Hidung
Jika ada kecurigaan penyebab dari rongga hidung (misalnya, polip, deviasi septum, atau tumor), ahli THT mungkin akan melakukan endoskopi hidung untuk melihat bagian dalam hidung dan area tempat duktus nasolakrimalis bermuara.
e. Biopsi
Jika ada kecurigaan tumor sebagai penyebab penyumbatan, biopsi jaringan dari area yang dicurigai mungkin diperlukan untuk analisis histopatologi.
Melalui kombinasi tes ini, dokter dapat menentukan dengan akurat apakah ada penyumbatan, di mana letaknya, dan apa kemungkinan penyebabnya, yang kemudian akan membimbing keputusan penanganan.
Komplikasi Jika Tidak Ditangani
Meskipun penyumbatan saluran air mata mungkin tampak seperti masalah minor, jika tidak ditangani dengan tepat, terutama pada orang dewasa, dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius:
Dacryocystitis Akut: Ini adalah komplikasi paling umum dan serius. Stasis air mata di kantong lakrimal menciptakan lingkungan yang sempurna untuk pertumbuhan bakteri, menyebabkan infeksi akut. Gejalanya meliputi nyeri hebat, kemerahan, bengkak, dan nyeri tekan di area kantong lakrimal. Demam dan malaise juga dapat terjadi.
Abses Kantong Lakrimal: Jika dacryocystitis akut tidak diobati, infeksi dapat berkembang menjadi abses (kumpulan nanah). Ini bisa sangat nyeri dan berpotensi pecah.
Selulitis Periorbital atau Orbital: Infeksi dari kantong lakrimal dapat menyebar ke jaringan lunak di sekitar mata (selulitis periorbital) atau bahkan ke dalam rongga orbita (selulitis orbital). Selulitis orbital adalah kondisi darurat medis yang dapat menyebabkan kebutaan atau penyebaran infeksi ke otak.
Fistula Lakrimal: Dalam kasus dacryocystitis kronis atau abses yang pecah, saluran abnormal (fistula) dapat terbentuk dari kantong lakrimal ke permukaan kulit di dekat sudut mata, mengeluarkan nanah atau cairan secara terus-menerus.
Konjungtivitis Berulang: Genangan air mata dan lendir meningkatkan risiko infeksi konjungtiva berulang.
Iritasi Kulit Kronis: Air mata yang terus-menerus menetes ke pipi dapat menyebabkan iritasi kulit, ruam, dan bahkan infeksi kulit sekunder.
Gangguan Penglihatan: Mata berair yang kronis dapat mengganggu penglihatan, menyebabkan pandangan kabur dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti membaca atau mengemudi.
Masalah Kosmetik dan Psikologis: Mata yang terus-menerus berair, merah, dan belek dapat menyebabkan ketidaknyamanan estetika dan dapat mempengaruhi kepercayaan diri atau interaksi sosial pasien.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mencari evaluasi medis jika gejala penyumbatan saluran air mata terjadi, terutama jika disertai nyeri, bengkak, atau demam.
Penanganan Penyumbatan Saluran Air Mata
Penanganan penyumbatan saluran air mata sangat bervariasi tergantung pada usia pasien, jenis penyumbatan (kongenital atau akuisita), lokasi dan tingkat keparahan sumbatan, serta ada tidaknya komplikasi.
Penanganan pada Bayi (Penyumbatan Kongenital)
Sebagian besar kasus penyumbatan saluran air mata kongenital dapat sembuh secara spontan dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Pendekatan penanganan biasanya konservatif pada awalnya, diikuti dengan intervensi jika diperlukan.
1. Observasi
Pada sebagian besar bayi, katup Hasner akan terbuka dengan sendirinya pada usia 6-12 bulan. Oleh karena itu, dokter seringkali merekomendasikan observasi selama periode ini.
2. Pijat Kantung Air Mata (Crigler Massage)
Ini adalah terapi lini pertama yang direkomendasikan. Orang tua diajarkan cara memijat area kantong lakrimal untuk membantu membuka katup Hasner. Tekniknya melibatkan penekanan jari secara lembut namun tegas pada area sudut dalam mata (di atas kantong lakrimal), kemudian mengusap ke bawah sepanjang sisi hidung. Tujuannya adalah untuk meningkatkan tekanan hidrostatik di dalam kantong lakrimal, mendorong pembukaan katup. Pijatan ini biasanya dilakukan beberapa kali sehari. Dokter akan memberikan instruksi yang jelas mengenai teknik yang benar.
Teknik pijat kantung air mata (Crigler massage) untuk membantu membuka saluran air mata pada bayi.
3. Tetes Mata Antibiotik
Jika ada infeksi sekunder (mata belek yang parah), dokter mungkin meresepkan tetes mata antibiotik untuk mengatasi infeksi, meskipun ini tidak mengatasi penyumbatan itu sendiri.
4. Probing (Dilatasi dan Irigasi)
Jika penyumbatan tidak membaik dengan pijatan dan observasi hingga usia 6-12 bulan (terkadang lebih awal jika infeksi berulang), tindakan probing dapat dilakukan. Prosedur ini melibatkan penggunaan probe kecil (kawat halus) yang dimasukkan melalui pungtum dan saluran air mata untuk menembus membran katup Hasner yang menyumbat. Prosedur ini biasanya dilakukan di bawah anestesi umum ringan dan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi (90-95%) jika dilakukan sebelum usia 12 bulan.
5. Intubasi Balon (Balloon Dacryoplasty) atau Stent
Jika probing gagal, atau jika ada penyempitan yang lebih kompleks, intubasi balon dapat dipertimbangkan. Sebuah kateter kecil dengan balon di ujungnya dimasukkan ke dalam saluran dan balon dikembangkan untuk melebarkan saluran. Pilihan lain adalah memasukkan tabung silikon tipis (stent) ke dalam saluran air mata untuk menjaga agar tetap terbuka selama beberapa minggu atau bulan, kemudian dilepas.
Penanganan pada Dewasa (Penyumbatan Akuisita)
Penanganan pada dewasa lebih sering melibatkan prosedur invasif karena penyumbatan jarang sembuh spontan.
1. Penanganan Konservatif (Untuk Kasus Ringan atau Penyebab Tertentu)
Pembersihan dan Kompres Hangat: Untuk kasus peradangan ringan atau sumbatan lendir, membersihkan kelopak mata dan kompres hangat dapat membantu.
Antibiotik: Jika ada dacryocystitis akut, antibiotik oral atau intravena akan diberikan untuk mengatasi infeksi sebelum penanganan definitif untuk penyumbatan.
Tetes Mata Steroid/Anti-inflamasi: Jika penyebabnya adalah peradangan, tetes mata ini mungkin digunakan.
2. Prosedur Non-Bedah/Minimal Invasif
Dilatasi Pungtum: Jika penyumbatan hanya pada pungtum, prosedur sederhana untuk melebarkan lubang pungtum dapat dilakukan.
Intubasi Stent Silikon: Mirip dengan pada bayi, tabung silikon dapat dimasukkan untuk menjaga saluran tetap terbuka, terutama jika penyempitan tidak terlalu parah atau pasca-trauma. Stent ini biasanya dibiarkan selama 3-6 bulan.
Dacryoplasty Balon: Ini adalah prosedur di mana kateter balon dimasukkan ke dalam duktus nasolakrimalis dan balon dikembangkan untuk melebarkan saluran yang menyempit. Ini bisa menjadi pilihan untuk penyempitan yang lebih terlokalisasi.
3. Bedah (Dacryocystorhinostomy/DCR)
Ini adalah prosedur bedah utama untuk sebagian besar kasus penyumbatan saluran air mata pada dewasa yang tidak membaik dengan metode lain. DCR bertujuan untuk menciptakan saluran baru antara kantong lakrimal dan rongga hidung, melewati bagian yang tersumbat.
a. DCR Eksternal
Prosedur: Sayatan kecil (sekitar 1-2 cm) dibuat pada kulit di sisi hidung, di antara mata dan hidung. Tulang di bawahnya dihilangkan sebagian untuk mengakses kantong lakrimal dan rongga hidung. Kantong lakrimal dan mukosa hidung kemudian dibuka dan dijahit bersama untuk membentuk saluran drainase baru. Seringkali, tabung silikon (stent) dimasukkan ke dalam saluran baru untuk mencegah penutupan kembali, yang akan dilepas beberapa minggu atau bulan kemudian.
Kelebihan: Tingkat keberhasilan yang sangat tinggi (90-95%), terutama untuk penyumbatan distal. Dokter memiliki pandangan langsung yang baik terhadap struktur.
Kekurangan: Menyisakan bekas luka kecil di kulit (meskipun biasanya samar), potensi memar dan bengkak pasca-operasi.
b. DCR Endonasal (Endoskopik)
Prosedur: Prosedur ini dilakukan melalui hidung menggunakan endoskop (tabung tipis dengan kamera dan lampu) yang dimasukkan ke dalam lubang hidung. Tidak ada sayatan kulit yang dibuat. Dengan panduan endoskop, tulang di dalam hidung dihilangkan untuk mengakses kantong lakrimal, dan saluran baru dibuat antara kantong lakrimal dan rongga hidung. Tabung silikon juga sering dipasang.
Kelebihan: Tidak ada bekas luka kulit, pemulihan lebih cepat, kurang memar.
Kekurangan: Tingkat keberhasilan sedikit lebih rendah daripada DCR eksternal (sekitar 85-90%) pada beberapa studi, membutuhkan peralatan khusus dan keahlian bedah endoskopik.
c. Perbandingan DCR Eksternal dan Endonasal
Pilihan antara DCR eksternal dan endonasal seringkali tergantung pada preferensi dokter bedah, karakteristik penyumbatan, dan kondisi pasien. Keduanya merupakan prosedur yang efektif.
d. Persiapan Pra-operasi dan Perawatan Pasca-operasi
Pasien akan diberikan instruksi mengenai persiapan (misalnya, puasa, penghentian obat tertentu) dan perawatan pasca-operasi yang meliputi penggunaan tetes mata/hidung, penghilang nyeri, dan menghindari aktivitas berat untuk beberapa waktu.
4. Prosedur Lain
Punctoplasty: Jika masalahnya adalah penyempitan atau penutupan pungtum lakrimalis, punctoplasty (pembukaan pungtum secara bedah) dapat dilakukan.
Conjunctivodacryocystorhinostomy (CDCR) dengan Jones Tube: Untuk kasus yang sangat kompleks di mana sistem drainase di dekat mata (kanalkuli) juga tersumbat dan tidak dapat diperbaiki, saluran buatan (tabung Jones) dapat dipasang dari sudut mata langsung ke rongga hidung. Ini adalah prosedur yang lebih jarang dan biasanya digunakan sebagai upaya terakhir.
Penting untuk mendiskusikan semua pilihan penanganan dengan dokter mata Anda untuk menentukan metode terbaik yang sesuai dengan kondisi spesifik Anda.
Pencegahan Penyumbatan Saluran Air Mata
Meskipun tidak semua jenis penyumbatan saluran air mata dapat dicegah (terutama yang kongenital atau idiopatik pada dewasa), beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi risiko atau mencegah komplikasi:
Higienitas Mata yang Baik: Jaga kebersihan mata dan kelopak mata, terutama bagi mereka yang rentan terhadap blepharitis atau konjungtivitis. Bersihkan mata secara teratur dengan air bersih atau larutan khusus jika direkomendasikan dokter.
Penanganan Infeksi Dini: Segera obati infeksi mata (konjungtivitis) atau infeksi sinus untuk mencegah penyebaran atau komplikasi yang dapat mempengaruhi saluran air mata.
Perlindungan Mata: Gunakan kacamata pelindung saat berolahraga, bekerja dengan alat listrik, atau saat ada risiko cedera mata untuk mencegah trauma yang dapat merusak saluran air mata.
Manajemen Penyakit Sistemik: Jika Anda memiliki penyakit autoimun atau kondisi medis lain yang dapat menyebabkan peradangan pada saluran air mata, penting untuk mengelola penyakit tersebut dengan baik di bawah pengawasan dokter.
Hati-hati dengan Obat-obatan: Jika Anda sedang menjalani kemoterapi atau menggunakan tetes mata tertentu, diskusikan dengan dokter Anda tentang potensi efek samping pada saluran air mata dan langkah-langkah pencegahan yang mungkin.
Hindari Menggosok Mata Berlebihan: Menggosok mata terlalu sering atau terlalu keras dapat menyebabkan iritasi dan berpotensi merusak struktur halus di sekitar mata, meskipun ini jarang menjadi penyebab langsung penyumbatan saluran air mata.
Untuk bayi, karena banyak kasus penyumbatan kongenital akan sembuh sendiri, tindakan pencegahan umumnya berfokus pada pemantauan gejala dan melakukan pijatan kantung air mata sesuai anjuran dokter.
Kapan Harus ke Dokter?
Penting untuk mencari evaluasi medis jika Anda atau anak Anda mengalami gejala penyumbatan saluran air mata. Segera konsultasikan dengan dokter spesialis mata (oftalmologis) jika:
Pada Bayi:
Mata bayi terus-menerus berair dan belek setelah usia 6-12 bulan.
Ada kemerahan, bengkak, nyeri tekan di sudut mata (area kantong lakrimal), atau demam – ini bisa menjadi tanda infeksi (dacryocystitis).
Gejala sangat parah atau mengganggu penglihatan bayi.
Pada Dewasa:
Mata berair secara kronis dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Ada keluarnya lendir atau nanah dari mata.
Mengalami nyeri, kemerahan, atau pembengkakan yang signifikan di sudut dalam mata (area kantong lakrimal), terutama jika disertai demam – ini merupakan kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera.
Penglihatan menjadi kabur akibat mata berair.
Terjadi infeksi mata berulang.
Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup.
Kesimpulan
Penyumbatan saluran air mata adalah kondisi umum yang dapat terjadi pada bayi maupun dewasa, menyebabkan gejala seperti mata berair berlebihan, mata belek, dan berpotensi infeksi. Memahami anatomi sistem lakrimal dan berbagai jenis penyumbatan—kongenital pada bayi dan akuisita pada dewasa—adalah kunci untuk diagnosis dan penanganan yang efektif.
Pada bayi, sebagian besar kasus dapat membaik secara spontan atau dengan pijatan kantung air mata, namun intervensi seperti probing mungkin diperlukan jika gejala menetap. Untuk dewasa, penyebabnya lebih beragam dan penanganan seringkali melibatkan prosedur bedah seperti dacryocystorhinostomy (DCR), baik secara eksternal maupun endonasal, untuk menciptakan jalur drainase baru.
Komplikasi yang tidak diobati, seperti dacryocystitis akut, abses, atau selulitis periorbital, dapat sangat serius. Oleh karena itu, penting untuk tidak mengabaikan gejala dan segera mencari evaluasi dari dokter spesialis mata. Dengan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat, sebagian besar penderita penyumbatan saluran air mata dapat mencapai hasil yang sangat baik dan kembali menikmati kesehatan mata yang optimal.
Ingatlah, informasi dalam artikel ini bersifat umum dan tidak menggantikan nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan kondisi kesehatan mata Anda dengan dokter spesialis.