Di alam liar, seringkali kita melihat dua jenis amfibi yang terlihat mirip: katak dan kodok. Keduanya termasuk dalam ordo Anura, yang berarti mereka tidak berekor saat dewasa. Namun, meskipun terlihat serupa pada pandangan pertama, terdapat perbedaan signifikan baik secara fisik, habitat, maupun perilaku antara katak dan kodok. Memahami perbedaan ini penting, terutama bagi para penghobi alam atau sekadar untuk menambah wawasan pengetahuan biologi sederhana.
Secara umum, masyarakat sering kali menggunakan istilah "katak" untuk merujuk pada semua amfibi jenis ini. Padahal, dalam klasifikasi ilmiah, mereka terbagi dalam keluarga yang berbeda. Di Indonesia, perbedaan ini cukup relevan karena kedua jenis hewan ini banyak ditemukan.
Perbedaan yang paling mencolok antara katak dan kodok terletak pada struktur fisik mereka. Perbedaan ini sangat berkaitan dengan habitat dominan tempat mereka menghabiskan sebagian besar waktu.
Karena perbedaan fisik tersebut, gaya hidup katak dan kodok juga sangat berbeda. Keberadaan mereka sangat bergantung pada kedekatan mereka dengan air.
Katak adalah amfibi yang sangat terikat pada lingkungan akuatik. Mereka menghabiskan sebagian besar hidupnya di dekat atau di dalam air, seperti kolam, danau, atau rawa-rawa. Kulit mereka yang tipis membutuhkan kelembaban konstan agar mereka tidak mengalami dehidrasi. Ketika merasa terancam, katak akan segera melompat ke dalam air.
Sementara itu, kodok jauh lebih toleran terhadap kondisi kering. Mereka lebih sering ditemukan di darat, seperti di taman, hutan, atau area yang lembab namun tidak selalu tergenang air. Kulit kodok yang tebal dan bertekstur membantu mengurangi kehilangan air, memungkinkan mereka hidup lebih jauh dari sumber air utama, meskipun mereka tetap harus kembali ke air untuk berkembang biak.
Mekanisme pertahanan diri juga menjadi pembeda penting. Beberapa spesies kodok memiliki kelenjar parotoid yang menonjol di belakang mata mereka. Kelenjar ini menghasilkan racun (toksin) yang dapat membuat predator sakit atau bahkan mati. Meskipun tidak semua kodok beracun, fitur ini lebih umum ditemukan pada kodok dibandingkan katak.
Katak umumnya mengandalkan kecepatan melompat dan kamuflase sebagai pertahanan utama mereka. Meskipun beberapa katak juga beracun (seperti Katak Panah Emas), ciri khas racun yang kentara biasanya lebih dikaitkan dengan genus Bufo (kodok sejati).
| Karakteristik | Katak (Frog) | Kodok (Toad) |
|---|---|---|
| Kulit | Halus, licin, lembab | Kasar, kering, berbintil |
| Bentuk Tubuh | Ramping dan atletis | Lebar dan gempal |
| Kaki Belakang | Sangat panjang, kuat untuk melompat jauh | Pendek, lebih cocok untuk berjalan |
| Habitat Dominan | Dekat atau di dalam air (akuatik) | Di darat (terestrial), toleran kering |
| Gigi | Beberapa spesies memiliki gigi | Umumnya tidak memiliki gigi |
Meskipun secara klasifikasi keduanya adalah amfibi Anura, perbedaan antara katak dan kodok sangat jelas terlihat dari adaptasi mereka terhadap lingkungan. Jika Anda melihat amfibi yang melompat jauh menuju kolam dengan kulit mengkilap, kemungkinan besar itu adalah katak. Sebaliknya, jika Anda melihat makhluk yang berjalan perlahan di rerumputan dengan kulit yang terlihat seperti kutil, itu adalah kodok. Klasifikasi ini membantu kita menghargai keragaman luar biasa dari kelompok hewan amfibi ini dan bagaimana evolusi membentuk mereka sesuai kebutuhan ekologis masing-masing.