Dalam khazanah keislaman, konsep pengetahuan atau ilmu memegang posisi sentral. Kata kunci yang seringkali muncul dan menjadi fondasi utama adalah sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Al-Alim, yaitu Yang Maha Mengetahui. Memahami asma'ul husna ini bukan sekadar hafalan teologis, melainkan sebuah pintu gerbang untuk memahami kedalaman ciptaan dan tujuan eksistensi manusia.
Hakikat Allah sebagai Al-'Alim
Nama Al-Alim (العَلِيم) menegaskan bahwa Allah memiliki pengetahuan yang absolut dan sempurna atas segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, yang telah terjadi, yang sedang terjadi, maupun yang akan terjadi di masa depan. Tidak ada satu pun partikel di alam semesta—sekecil apa pun—yang luput dari pengawasan dan pengetahuan-Nya. Pengetahuan-Nya tidak didahului oleh belajar, tidak pula dipengaruhi oleh keraguan atau lupa. Inilah perbedaan fundamental antara pengetahuan manusia yang terbatas dan pengetahuan Ilahi yang meliputi segalanya.
Al-Qur'an berulang kali menegaskan sifat ini. Misalnya, dalam beberapa ayat, Allah menyatakan bahwa Dia mengetahui isi hati manusia, niat tersembunyi mereka, hingga bisikan terkecil sekalipun. Hal ini memberikan rasa aman bagi orang yang beriman karena mereka tahu bahwa kebenaran dan keadilan pasti terungkap, sekaligus menjadi pengingat bagi mereka yang memiliki niat buruk bahwa tidak ada tempat bersembunyi dari pengawasan-Nya.
Hubungan Ilmu Manusia dan Pengetahuan Allah
Manusia dianugerahi akal dan kemampuan untuk belajar, yang merupakan manifestasi kecil dari sifat Al-Alim milik Allah. Ketika kita belajar sains, sejarah, atau filsafat, kita sebenarnya sedang mencoba memahami sebagian kecil dari desain agung yang telah diketahui sepenuhnya oleh Sang Pencipta. Keinginan untuk menuntut ilmu (thalabul 'ilmi) adalah ibadah, karena dengan ilmu, kita semakin mengenal siapa Tuhan kita.
Keterbatasan pengetahuan manusia sering kali menimbulkan keraguan, perdebatan, dan ketidakpastian. Namun, bagi seorang mukmin, pengetahuan bahwa Allah Al-Alim akan menyelesaikan segala perkara memberikan ketenangan batin. Jika terjadi hal yang tidak kita pahami, kita percaya bahwa ada kebijaksanaan dan pengetahuan di balik kejadian tersebut yang belum terjangkau oleh kapasitas kognitif kita saat ini.
Implikasi Praktis Mengimani Al-'Alim
Mengimani bahwa Allah adalah Al-Alim memiliki beberapa implikasi mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, meningkatkan taqwa (kesadaran ilahi). Kesadaran bahwa setiap tindakan, ucapan, bahkan pikiran dicatat dan diketahui oleh Yang Maha Mengetahui mendorong seseorang untuk selalu berbuat baik dan menjauhi larangan-Nya, bahkan ketika tidak ada manusia lain yang melihat.
Kedua, mendorong kerendahan hati dalam belajar. Seorang yang benar-benar memahami kebesaran Al-Alim akan menyadari betapa kecilnya pengetahuannya dibandingkan samudera ilmu Allah. Hal ini menghilangkan kesombongan intelektual dan membuka pintu untuk terus belajar tanpa henti dari siapapun dan dari pengalaman hidup.
Ketiga, menumbuhkan sikap menerima takdir (qada dan qadar). Ketika suatu musibah terjadi, orang yang beriman mengembalikannya kepada kehendak Allah yang Maha Mengetahui kebaikan di balik segala sesuatu yang tampak buruk bagi pandangan manusia yang terbatas. Pengetahuan Allah memastikan bahwa apa pun yang terjadi adalah bagian dari rencana sempurna-Nya.
Al-'Alim dan Pengembangan Sains
Islam tidak pernah melarang pengembangan ilmu pengetahuan duniawi. Justru, Al-Qur'an mendorong manusia untuk mengamati dan merenungkan ciptaan-Nya (ayat-ayat kauniyah). Setiap penemuan ilmiah baru adalah pembukaan tabir kecil dari ilmu Allah yang tak terbatas. Ketika para ilmuwan menemukan hukum fisika atau keajaiban biologi, mereka sebenarnya sedang menyingkap sebagian kecil dari sistem yang telah Allah rancang dan ketahui secara utuh sejak azali. Oleh karena itu, kemajuan ilmiah yang berlandaskan moralitas adalah bentuk pengabdian kepada Al-Alim.
Kesimpulannya, nama Allah, Al-Alim, adalah pilar utama dalam tauhid. Ia adalah jaminan atas keadilan, sumber ketenangan dalam ketidakpastian, dan motivasi tak terbatas untuk mencari ilmu demi mendekatkan diri kepada Pencipta yang mengetahui segala rahasia terpendam di balik semesta raya.