Reaksi alergi susu sapi (Allergy to Cow's Milk Protein/CMPA) merupakan salah satu reaksi alergi makanan yang paling umum, terutama terjadi pada bayi dan anak kecil. Meskipun seringkali dianggap sama dengan intoleransi laktosa, kedua kondisi ini memiliki mekanisme yang berbeda secara fundamental. Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan akibat kekurangan enzim laktase, sementara alergi susu sapi adalah respons sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terkandung dalam susu, seperti kasein dan whey.
Gejala reaksi alergi susu sapi dapat bervariasi intensitasnya, mulai dari ringan hingga mengancam jiwa (anafilaksis). Gejala ini bisa muncul dengan cepat (dalam hitungan menit hingga dua jam setelah mengonsumsi) atau bisa juga bersifat tertunda (beberapa jam hingga beberapa hari kemudian), terutama pada reaksi non-IgE yang melibatkan sistem pencernaan.
Kulit sering menjadi area pertama yang menunjukkan reaksi. Gejala yang umum meliputi:
Gangguan pada saluran cerna sangat sering terjadi pada CMPA, terutama pada bentuk alergi tertunda. Ini bisa mencakup:
Meskipun jarang menjadi gejala tunggal, masalah pernapasan bisa menyertai reaksi alergi:
Diagnosis reaksi alergi susu sapi memerlukan evaluasi menyeluruh oleh dokter spesialis alergi atau imunologi. Pengujian mungkin melibatkan tes kulit tusuk (skin prick test), tes darah IgE spesifik, atau, yang paling definitif namun berisiko, tes provokasi makanan yang dilakukan di bawah pengawasan medis ketat.
Saat ini, satu-satunya penanganan efektif untuk alergi susu sapi adalah eliminasi total protein susu sapi dari diet. Bagi bayi, ini berarti mengganti ASI (jika ibu mengonsumsi susu sapi) atau susu formula biasa dengan formula terhidrolisis ekstensif atau formula asam amino, tergantung tingkat keparahan alergi.
Kabar baiknya, sebagian besar anak yang didiagnosis alergi susu sapi akan mengalami toleransi seiring bertambahnya usia. Sekitar 50% anak mulai bisa mentoleransi susu sapi pada usia 3 tahun, dan angka ini terus meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, perlu diingat bahwa toleransi harus dikonfirmasi melalui tes ulang atau provokasi yang direncanakan oleh profesional kesehatan. Pada orang dewasa, alergi susu sapi cenderung bertahan lebih lama dan sering kali terkait dengan alergi serbuk sari tertentu (alergi silang). Mengelola alergi ini membutuhkan edukasi nutrisi yang baik untuk memastikan pengganti nutrisi yang tepat terpenuhi, terutama kalsium dan Vitamin D.