Kebutuhan nutrisi bayi adalah prioritas utama bagi setiap orang tua. Meskipun susu sapi telah lama menjadi basis utama untuk sebagian besar formula bayi komersial, kebutuhan dan preferensi nutrisi yang beragam mendorong perkembangan susu formula yang bukan susu sapi. Pilihan alternatif ini menjadi krusial bagi bayi yang menunjukkan sensitivitas, alergi, atau bagi keluarga yang menganut pola makan nabati (vegan).
Mengapa Memilih Formula Non-Sapi?
Alergi protein susu sapi (APSS) adalah salah satu alergi makanan yang paling umum pada bayi. Gejala APSS dapat bervariasi, mulai dari masalah pencernaan ringan seperti kolik dan diare, hingga reaksi yang lebih serius pada kulit (eksim) atau pernapasan. Ketika ASI tidak tersedia atau tidak mencukupi, formula non-sapi menawarkan solusi yang aman dan bergizi.
Selain alergi, beberapa orang tua memilih formula alternatif karena alasan etika atau lingkungan, terutama yang berbasis tanaman. Penting untuk diingat bahwa setiap formula yang beredar di pasaran telah difortifikasi untuk memenuhi standar gizi minimum yang dibutuhkan bayi, namun sumber protein dan lemaknya berbeda.
Jenis-Jenis Utama Susu Formula Alternatif
Terdapat beberapa kategori utama dalam kategori susu formula yang bukan susu sapi. Pemilihan jenis ini biasanya didasarkan pada tingkat keparahan sensitivitas atau kebutuhan diet spesifik:
1. Formula Berbasis Protein Terhidrolisis Ekstensif
Meskipun secara teknis masih berasal dari susu sapi, formula ini sering dianggap sebagai alternatif bagi yang sensitif. Protein susu dipecah (dihidrolisis) menjadi fragmen yang sangat kecil sehingga sistem imun bayi cenderung tidak mengenalinya sebagai alergen. Formula ini sangat umum direkomendasikan oleh dokter anak untuk kasus APSS ringan hingga sedang.
2. Formula Berbasis Asam Amino (Amino Acid-Based Formula/AAF)
Ini adalah tingkat hidrolisis tertinggi. Protein dipecah sepenuhnya menjadi asam amino individual, blok bangunan protein terkecil. AAF biasanya digunakan untuk bayi dengan alergi susu sapi yang parah atau alergi multipel makanan (MFA), di mana formula terhidrolisis ekstensif masih memicu reaksi.
3. Formula Berbasis Kedelai
Formula kedelai menggunakan protein kedelai sebagai sumber protein utama. Formula ini telah tersedia sejak lama dan merupakan pilihan populer bagi banyak orang tua. Namun, perlu diperhatikan bahwa sekitar 30-50% bayi yang alergi terhadap protein susu sapi juga bisa menunjukkan reaksi terhadap protein kedelai (alergi silang).
4. Formula Berbasis Protein Nabati Lain (Non-Kedelai)
Dalam beberapa tahun terakhir, muncul formula berbasis sumber protein lain yang non-sapi dan non-kedelai, seperti:
- Formula Beras: Digunakan terutama ketika bayi menunjukkan alergi terhadap susu sapi dan kedelai secara bersamaan. Formula ini memiliki profil asam amino yang sedikit berbeda dan perlu memastikan bahwa suplementasi nutrisi esensialnya memadai.
- Formula Berbasis Kacang Polong (Pea Protein): Mulai populer karena menawarkan profil asam amino yang menjanjikan dan seringkali mudah dicerna.
Konsultasi Adalah Kunci Utama
Memilih susu formula yang bukan susu sapi bukanlah keputusan yang bisa diambil sembarangan. Meskipun tersedia dalam kemasan ritel, formula jenis ini, terutama yang berbasis asam amino atau protein terhidrolisis, harus digunakan di bawah pengawasan tenaga kesehatan profesional. Dokter anak atau ahli gizi akan mengevaluasi riwayat alergi keluarga, gejala spesifik bayi, dan kebutuhan pertumbuhan untuk merekomendasikan formula yang paling tepat dan memastikan bayi mendapatkan semua makronutrien serta mikronutrien yang dibutuhkan untuk perkembangan optimal.
Transisi antar formula juga harus dilakukan secara bertahap dan penuh perhatian. Selalu pantau respons bayi setelah beralih ke formula alternatif. Keberhasilan pemberian formula terletak pada kecocokan nutrisi yang diserap tubuh bayi, bukan sekadar jenis sumber proteinnya.