Setiap Muslim meyakini bahwa Hari Kiamat adalah sebuah keniscayaan, suatu peristiwa agung yang menandai berakhirnya kehidupan dunia dan permulaan kehidupan akhirat. Keyakinan ini bukan sekadar asumsi, melainkan sebuah rukun iman yang wajib diimani. Namun, kapan tepatnya Kiamat akan tiba, adalah misteri yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Meskipun demikian, sebagai bentuk kasih sayang dan peringatan bagi hamba-Nya, Allah dan Rasul-Nya telah memberikan banyak tanda-tanda yang mengisyaratkan dekatnya waktu tersebut.
Al-Quran, sebagai pedoman hidup umat Islam, tidak hanya menggambarkan kedahsyatan Hari Kiamat itu sendiri, tetapi juga memberikan petunjuk tentang fenomena-fenomena yang akan terjadi menjelang datangnya. Pemahaman terhadap tanda-tanda ini bukan untuk menumbuhkan ketakutan yang melumpuhkan, melainkan untuk membangkitkan kesadaran, meningkatkan keimanan, dan mendorong setiap individu untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi hari perhitungan.
Artikel ini akan mengupas tuntas tanda-tanda Kiamat yang termaktub dalam Al-Quran, baik yang bersifat umum maupun yang spesifik, serta membahas hikmah di balik pengungkapan tanda-tanda tersebut. Kita akan menelusuri ayat-ayat suci yang menggambarkan perubahan sosial, moral, dan alamiah yang mengiringi akhir zaman, sekaligus menggali pesan-pesan mendalam yang terkandung di dalamnya sebagai motivasi untuk memperbaiki diri dan amal perbuatan.
Hari Kiamat, dalam bahasa Arab disebut Yaumul Qiyamah, secara harfiah berarti Hari Berbangkit. Ini adalah hari di mana seluruh makhluk akan dibangkitkan dari kubur mereka untuk mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Al-Quran memberikan gambaran yang sangat jelas dan berulang-ulang tentang kedahsyatan hari tersebut, menjadikannya salah satu pilar fundamental akidah Islam.
Allah SWT berfirman dalam banyak ayat, menegaskan bahwa Kiamat adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari. Ia akan datang secara tiba-tiba, mengejutkan seluruh alam semesta dengan perubahannya yang radikal dan menghancurkan.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Yas'alūnaka 'anis-sā'ati ayyāna mursāhā, qul innamā 'ilmuhā 'inda rabbī, lā yujallīhā liwaqtihā illā huwa, tsaqulat fis-samāwāti wal-ardhi, lā ta'tīkum illā baghtah. Yas'alūnaka ka'annaka hafiyyun 'anhā, qul innamā 'ilmuhā 'indallāhi walākinna aktsaran-nāsi lā ya'lamūn.
"Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS. Al-A'raf: 187)
Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa waktu Kiamat adalah rahasia mutlak Allah. Tidak ada nabi, malaikat, atau makhluk lain yang mengetahuinya. Ini adalah salah satu aspek keagungan dan kekuasaan-Nya. Namun, penekanan pada "tiba-tiba" (baghtah) memberikan peringatan bahwa manusia harus senantiasa siap dan waspada.
Dalam ajaran Islam, Kiamat dibagi menjadi dua jenis:
Al-Quran menggambarkan Kiamat Kubra dengan detail yang mengguncang jiwa, agar manusia merenungkan betapa rapuhnya keberadaan dunia ini dan betapa agungnya kekuasaan Allah.
Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-A'raf: 187, waktu Kiamat dirahasiakan oleh Allah. Ini bukan tanpa hikmah, melainkan mengandung pelajaran yang sangat dalam bagi umat manusia:
Karena waktu pastinya dirahasiakan, Allah kemudian memberikan tanda-tanda. Tanda-tanda ini berfungsi sebagai "bel peringatan" yang semakin keras berbunyi seiring mendekatnya Kiamat, mengingatkan manusia agar tidak terlena dalam kesenangan duniawi semata.
Al-Quran banyak berbicara tentang Kiamat secara umum, memberikan isyarat bahwa kedatangannya sudah dekat dan bahwa dunia ini akan mengalami perubahan besar sebelum kehancuran total. Ayat-ayat ini berfungsi sebagai peringatan awal yang bersifat global.
Al-Quran berulang kali menggunakan frasa yang mengindikasikan bahwa Kiamat itu sudah dekat, atau bahkan "di ambang pintu," meskipun dalam skala waktu Allah yang jauh berbeda dengan persepsi manusia.
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
Iqtarabatis-sā'atu wanshaqqal-qamar.
"Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan."
(QS. Al-Qamar: 1)
Ayat ini adalah salah satu yang paling langsung menyatakan kedekatan Kiamat. Meskipun 'terbelahnya bulan' dalam ayat ini juga merujuk pada salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW, namun penempatan frasa 'telah dekat (datangnya) saat itu' pada awal ayat memberikan penekanan yang kuat. Ini bukan hanya pertanda masa lalu, tetapi juga peringatan berkelanjutan akan keniscayaan masa depan.
أَزِفَتِ الْآزِفَةُ
Azifati al-āzifah.
"Telah dekat terjadinya hari Kiamat."
(QS. An-Najm: 57)
Kata "Azifah" berarti sesuatu yang sangat dekat atau sudah tiba. Penggunaan kata ini mengindikasikan urgensi dan kepastian bahwa Kiamat adalah peristiwa yang tidak lama lagi, dalam hitungan Allah.
Sebelum Kiamat besar terjadi, Al-Quran menggambarkan perubahan-perubahan dahsyat pada tatanan alam semesta sebagai tanda. Ini bukan kehancuran total, melainkan awal dari proses kehancuran.
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ
Idzasy-syamsu kuwwirat, wa idzan-nujūmun kadarat, wa idzal-jibālu suyyirat, wa idzal-'isyāru 'uṭṭilat, wa idzal-wuḥūshu ḥushirat, wa idzal-biḥāru sujjirat.
"Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting (yang sepuluh bulan) ditinggalkan (tidak dipedulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dijadikan meluap."
(QS. At-Takwir: 1-6)
Ayat-ayat ini adalah deskripsi langsung tentang saat Kiamat itu sendiri, tetapi perubahan drastis pada matahari, bintang, gunung, dan lautan ini juga dapat dipahami sebagai serangkaian peristiwa besar yang terjadi menjelang dan pada saat Kiamat. Kekacauan kosmik ini adalah tanda akhir bahwa tatanan dunia yang kita kenal telah berakhir.
Karakteristik utama kedatangan Kiamat yang ditekankan dalam Al-Quran adalah sifatnya yang mendadak, tanpa peringatan langsung yang jelas bagi mereka yang lalai.
فَهَلْ يَنظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَن تَأْتِيَهُم بَغْتَةً ۖ فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا ۚ فَأَنَّىٰ لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُم ذِكْرَاهُمْ
Fahal yanzurūna illās-sā'ata an ta'tiyahum baghtah? Faqad jā'a ashrāṭuhā, fa'annā lahum idzā jā'athum dzikrāhum?
"Maka mereka tidak menunggu-nunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tanda Kiamat itu. Maka apa gunanya bagi mereka kesadaran mereka apabila Kiamat itu sudah datang?"
(QS. Muhammad: 18)
Ayat ini secara eksplisit menyebutkan "tanda-tanda Kiamat itu telah datang" (faqad jā'a ashrāṭuhā), menegaskan bahwa tanda-tanda tersebut sudah ada di tengah-tengah manusia. Ini adalah dorongan kuat untuk memperhatikan tanda-tanda tersebut dan bersiap, karena ketika Kiamat benar-benar datang, sudah terlambat untuk menyesali dan bertobat.
Tanda-tanda Kiamat kecil adalah kejadian-kejadian yang terjadi dalam waktu yang panjang sebelum Kiamat besar, dan seringkali bersifat perubahan sosial, moral, atau alamiah yang meresahkan. Meskipun banyak tanda kecil disebutkan dalam hadits, Al-Quran juga memberikan isyarat dan landasan bagi sebagian besar fenomena ini.
Al-Quran seringkali mengecam kerusakan moral dan sosial yang terjadi pada suatu kaum, dan kondisi ini dapat menjadi tanda umum mendekatnya akhir zaman ketika kerusakan semacam itu meluas di seluruh dunia.
Al-Quran dengan tegas melarang perbuatan zina dan homoseksualitas, dan merebaknya perilaku ini di masyarakat merupakan penyimpangan serius dari fitrah manusia dan syariat Allah. Sebagaimana kisah kaum Luth, perilaku menyimpang ini dapat mengundang murka Allah.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Walā taqrabūz-zinā, innahū kāna fāḥisyatan wa sā'a sabīlā.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra: 32)
Ketika larangan ini diabaikan secara massal, ia menjadi indikator kemerosotan moral yang parah, yang merupakan ciri dari akhir zaman.
Riba adalah salah satu dosa besar yang dilarang keras dalam Al-Quran. Ketika riba menjadi sistem ekonomi yang merajalela dan diterima secara luas, ini menunjukkan jauhnya masyarakat dari nilai-nilai keadilan Islam.
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Alladzīna ya'kulūnar-ribā lā yaqūmūna illā kamā yaqūmul-ladzī yatakhabbaṭuhusy-syaiṭānu minal-mass. Dzālika bi'annahum qālū innamal-bai'u mitslur-ribā, wa aḥallallāhul-bai'a wa ḥarramar-ribā.
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
(QS. Al-Baqarah: 275)
Dominasi sistem riba di era modern, yang menyebabkan ketidakadilan ekonomi dan kesenjangan sosial yang ekstrem, dapat dilihat sebagai salah satu tanda kecil Kiamat yang berakar pada penyimpangan dari ajaran Al-Quran.
Al-Quran sangat menekankan pentingnya amanah (kepercayaan) dan keadilan dalam bermasyarakat. Ketika amanah dikhianati dan keadilan lenyap, itu adalah tanda kemerosotan peradaban yang parah.
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
Inna Allāha ya'murukum an tu'addūl-amānāti ilā ahlihā wa idzā ḥakamtum bainan-nāsi an taḥkumū bil-'adl.
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil."
(QS. An-Nisa: 58)
Ketika amanah dipegang oleh orang yang tidak kompeten, keadilan digadaikan demi kepentingan pribadi, dan korupsi merajalela, ini mencerminkan masyarakat yang semakin jauh dari petunjuk Ilahi.
Persatuan umat Islam adalah kekuatan, dan perpecahan adalah kelemahan. Al-Quran sangat menyerukan persatuan dan melarang perpecahan.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Walā takūnū kalladzīna tafarraqū wakhtalafū min ba'di mā jā'ahumul-bayyināt. Wa ulā'ika lahum 'adzābun 'azhīm.
"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat."
(QS. Ali Imran: 105)
Meluasnya perpecahan, saling tuduh, dan permusuhan antar sesama Muslim, atau bahkan di antara berbagai kelompok agama dan ideologi, yang berujung pada pertumpahan darah, dapat dianggap sebagai tanda kecil yang mengisyaratkan kekacauan akhir zaman.
Al-Quran juga menyinggung tentang kerusakan yang dilakukan manusia di muka bumi dan konsekuensinya, yang dapat diinterpretasikan sebagai tanda-tanda kecil Kiamat yang bersifat alamiah.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Zhaharal-fasādu fil-barri wal-baḥri bimā kasabat aydīn-nāsi liyudzīqahum ba'dhalladzī 'amilū la'allahum yarji'ūn.
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Rum: 41)
Ayat ini secara eksplisit mengaitkan kerusakan lingkungan (fasad fil-barri wal-bahr) dengan ulah manusia. Peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam seperti gempa bumi, banjir, kekeringan ekstrem, dan badai dahsyat di era modern, yang sering kali diperparah oleh eksploitasi lingkungan yang berlebihan, dapat dilihat sebagai peringatan dini dari Allah, tanda bahwa manusia telah melampaui batas dan bahwa akhir dari tatanan ini semakin dekat.
Meskipun tidak secara langsung disebut sebagai "tanda Kiamat," Al-Quran memotivasi manusia untuk menuntut ilmu dan menjelajahi alam semesta. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat di era modern, yang memungkinkan manusia "menembus" batas-batas bumi dan langit, bisa menjadi interpretasi modern dari janji-janji Al-Quran tentang kemampuan manusia yang diberkahi akal.
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Yā ma'syaral-jinni wal-insi inistaṭa'tum an tanfudzū min aqṭāris-samāwāti wal-ardhi fanfudzū, lā tanfudzūna illā bisulṭān.
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan."
(QS. Ar-Rahman: 33)
Dalam tafsir modern, "sulthan" (kekuatan) dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Era saat ini menyaksikan manusia mampu mengirim pesawat luar angkasa, menjelajahi dasar laut, dan menciptakan teknologi komunikasi yang menghubungkan seluruh dunia. Kemajuan ini, meskipun menunjukkan potensi manusia, juga seringkali disertai dengan penyalahgunaan dan kerusakan, yang pada akhirnya dapat mempercepat datangnya Kiamat.
Tanda-tanda Kiamat besar adalah peristiwa-peristiwa luar biasa yang akan terjadi sesaat sebelum Kiamat Kubra. Beberapa di antaranya disebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran, dan pemahaman kita akan hal ini diperkuat oleh hadits-hadits shahih.
Dukhan adalah salah satu tanda besar yang disebutkan langsung dalam Al-Quran. Ini adalah asap tebal yang akan menyelimuti bumi, membawa azab bagi orang kafir dan menjadi selimut bagi orang mukmin.
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُّبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ ۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ
Fartaqib yawma ta'tīs-samā'u bidukhānin mubīn, yaghsyān-nās, hādzā 'adzābun alīm.
"Maka tunggulah hari (ketika) langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih."
(QS. Ad-Dukhan: 10-11)
Dukhan ini digambarkan akan menyebabkan orang-orang kafir merasakan azab yang menyakitkan, membuat mereka meminta pertolongan dan bertaubat, tetapi taubat mereka tidak lagi diterima pada saat itu. Bagi orang mukmin, Dukhan ini mungkin hanya seperti flu atau pilek biasa, atau bahkan tidak berdampak buruk sama sekali, karena mereka dilindungi oleh iman mereka.
Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai apakah Dukhan ini sudah terjadi (seperti saat kelaparan di masa Nabi SAW sehingga orang melihat seperti asap), ataukah ia adalah tanda besar yang belum terjadi. Pendapat yang kuat, berdasarkan hadits, adalah bahwa ini adalah tanda besar yang akan terjadi di akhir zaman, suatu kabut yang sangat tebal dan merata, berbeda dari asap biasa atau polusi udara yang kita kenal saat ini.
Hikmah dari tanda ini adalah untuk menunjukkan bahwa azab Allah bisa datang dalam berbagai bentuk, bahkan dari hal yang paling dasar seperti udara yang kita hirup. Ini juga penegasan bahwa pada titik tertentu, pintu taubat akan tertutup.
Dabbatul Ard adalah tanda Kiamat besar yang juga disebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran. Ini adalah makhluk aneh yang akan keluar dari bumi dan berbicara kepada manusia.
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِّنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ
Wa idzā waqa'al-qawlu 'alaihim akhrajnā lahum dābbatan minal-ardhi tukallimuhum annan-nāsa kānū bi'āyātinā lā yūqinūn.
"Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan berbicara kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulunya tidak yakin kepada ayat-ayat Kami."
(QS. An-Naml: 82)
Binatang ini digambarkan akan muncul setelah kerusakan moral mencapai puncaknya. Ia akan berbicara kepada manusia, menegaskan kebenaran Allah dan bahwa kebanyakan manusia tidak meyakini ayat-ayat-Nya. Dalam riwayat hadits, dijelaskan bahwa Dabbatul Ard akan menandai orang mukmin dan orang kafir. Ia akan menandai wajah orang mukmin sehingga menjadi bercahaya, dan menandai wajah orang kafir sehingga menjadi gelap atau menghitam. Ini adalah penegasan terakhir tentang perbedaan antara kebenaran dan kebatilan, sebelum pintu taubat benar-benar tertutup.
Kemunculan Dabbatul Ard ini adalah mukjizat, mematahkan semua argumen kaum kafir dan munafik yang meragukan keesaan Allah dan Hari Kiamat. Ia adalah penampakan nyata dari kekuasaan Ilahi dan pembuktian akhir atas kebenaran janji-janji Allah.
Ya'juj dan Ma'juj adalah dua kaum perusak yang disebutkan dalam Al-Quran. Mereka akan dilepaskan di akhir zaman dan menyebarkan kerusakan di muka bumi.
حَتَّىٰ إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَٰذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ
Ḥattā idzā futiḥat Ya'jūju wa Ma'jūju wa hum min kulli ḥadabin yansilūn. Waqtarabal wa'dul ḥaqqu fa'idzā hiya syākhisatun abṣārul-ladzīna kafarū, yā wailanā qad kunnā fī ghaflatim min hādzā bal kunnā zhālimīn.
"Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): "Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim.""
(QS. Al-Anbiya: 96-97)
Al-Quran juga menceritakan kisah Dzulqarnain yang membangun tembok untuk mengurung Ya'juj dan Ma'juj dari merusak bumi (QS. Al-Kahf: 94-98). Ketika tembok itu hancur atau terbuka di akhir zaman, mereka akan keluar dalam jumlah yang sangat banyak dan menyebarkan kerusakan yang tak terbayangkan. Mereka akan menghabiskan air, merusak tanaman, dan membunuh manusia. Tidak ada yang bisa menghadapi mereka kecuali dengan pertolongan Allah.
Keluar Ya'juj dan Ma'juj adalah ujian besar bagi umat manusia, menunjukkan puncak kekacauan dan kerusakan sebelum intervensi Ilahi yang mengakhiri semuanya. Ini juga bukti bahwa tidak ada kekuasaan di dunia ini yang dapat mengalahkan kekuasaan Allah.
Al-Quran tidak secara eksplisit menyatakan bahwa turunnya Nabi Isa AS adalah tanda Kiamat, namun beberapa ayat dapat diinterpretasikan demikian, dan penjelasannya lebih lanjut diperjelas dalam hadits shahih.
وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ
Wa innahū la'ilmun lis-sā'ah falā tamtarunna bihā wat-tabi'ūni, hādzā ṣirāṭum mustaqīm.
"Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus."
(QS. Az-Zukhruf: 61)
Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa Nabi Isa AS adalah "ilmu" atau "tanda" bagi hari Kiamat. Para mufassir menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah turunnya kembali Nabi Isa AS ke bumi menjelang Kiamat. Ketika turun, Nabi Isa AS akan mematahkan salib, membunuh babi, memimpin shalat bersama umat Islam, dan membunuh Dajjal (yang juga merupakan tanda Kiamat besar yang disebutkan dalam hadits). Kehadirannya akan membawa keadilan dan kedamaian singkat sebelum kehancuran akhir.
Turunnya Nabi Isa AS adalah bukti kebenaran Islam dan mukjizat Allah. Ia akan menegaskan syariat Nabi Muhammad SAW dan mengakhiri fitnah-fitnah besar yang menyertai akhir zaman. Ini adalah penutup dari rangkaian perjuangan antara kebenaran dan kebatilan di dunia.
Fenomena terbitnya matahari dari barat adalah salah satu tanda Kiamat besar yang paling sering disebutkan dalam hadits, namun landasan dalam Al-Quran dapat ditemukan dalam ayat-ayat yang berbicara tentang perubahan tatanan alam semesta dan tertutupnya pintu taubat.
هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّا أَن تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ ۗ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِن قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا ۗ قُلِ انتَظِرُوا إِنَّا مُنتَظِرُونَ
Hal yanzurūna illā an ta'tiyahumul-malā'ikatu aw ya'tiya rabbuka aw ya'tiya ba'dhu āyāti rabbik? Yawma ya'tī ba'dhu āyāti rabbika lā yanfa'u nafsan īmānuhā lam takun āmanat min qablu aw kasabat fī īmānihā khayrā. Qul intaẓirū innā muntaẓirūn.
"Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa) atau kedatangan Tuhanmu atau datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya itu. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula).""
(QS. Al-An'am: 158)
Meskipun ayat ini tidak menyebutkan secara spesifik "terbitnya matahari dari barat," namun para ulama menafsirkan bahwa salah satu "sebagian tanda-tanda Tuhanmu" (ba'dhu āyāti rabbik) yang disebutkan dalam ayat ini adalah terbitnya matahari dari barat. Pada saat itu, pintu taubat akan ditutup, dan iman seseorang tidak lagi berguna jika ia baru beriman atau baru berbuat baik pada saat tanda itu muncul. Ini adalah titik tanpa kembali bagi umat manusia, di mana waktu untuk beramal saleh telah habis.
Terbitnya matahari dari barat adalah pelanggaran total terhadap hukum alam yang telah ditetapkan Allah selama miliaran tahun. Ini adalah demonstrasi kekuasaan Allah yang tak terbatas dan peringatan terakhir bagi manusia bahwa akhir zaman benar-benar sudah di ambang mata.
Setelah tanda-tanda besar muncul, Kiamat Kubra akan tiba dengan kehancuran total alam semesta. Al-Quran memberikan gambaran yang sangat hidup dan menakutkan tentang peristiwa ini, tujuannya adalah agar manusia merenung dan mempersiapkan diri.
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا
Idzā zulzilatil-ardhu zilzālahā, wa akhrajatil-ardhu atsqālahā, wa qālal-insānu mā lahā.
"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya), dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?""
(QS. Az-Zalzalah: 1-3)
Bumi akan diguncang dengan goncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengeluarkan segala yang ada di dalamnya—baik itu harta karun maupun jenazah manusia. Manusia akan terpana dan bingung melihat kehancuran yang terjadi.
إِذَا السَّمَاءُ انشَقَّتْ وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ
Idzās-samā'unsyaqqat, wa adzinat lirabbihā wa ḥuqqat, wa idzal-ardhu muddat, wa alqat mā fīhā wa takhallat.
"Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong."
(QS. Al-Insyiqaq: 1-4)
Langit yang selama ini kokoh akan terbelah, bintang-bintang berjatuhan, dan seluruh tatanan kosmik akan kacau balau. Tata surya yang harmonis akan kehilangan keseimbangannya.
وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا
Wa yawma nusayyirul-jibāla wa taral-ardha bārizatan wa ḥasharnāhum falam nughādir minhum aḥadā.
"Dan (ingatlah) akan hari (yang pada waktu itu) Kami jalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka."
(QS. Al-Kahf: 47)
Gunung-gunung yang kokoh akan dicabut dari tempatnya, dihancurkan, dan diterbangkan seperti kapas yang dihamburkan. Permukaan bumi akan menjadi rata, tak ada lagi lembah atau bukit.
يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنفُوشِ
Yawma yakūnun-nāsu kal-farāsyil-mabtsūts, wa takūnul-jibālu kal-'ihnil-manfūsy.
"Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan."
(QS. Al-Qari'ah: 4-5)
Manusia akan panik, berlarian tak tentu arah seperti laron yang bertebaran, mencari perlindungan yang tidak akan mereka temukan. Setiap orang akan sibuk dengan dirinya sendiri, bahkan tak peduli dengan keluarga terdekatnya.
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
Yawma yafirrul-mar'u min akhīhi, wa ummihi wa abīhi, wa ṣāḥibatihi wa banīhi. Likulli imri'im minhum yawma'idzin sya'nun yughnīhi.
"Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya."
(QS. Abasa: 34-37)
Setelah kehancuran total, akan datang tiupan sangkakala kedua, yang akan membangkitkan seluruh manusia dari kubur mereka untuk menuju Padang Mahsyar, tempat hisab (perhitungan amal) akan dilakukan.
Pengungkapan tanda-tanda Kiamat dalam Al-Quran dan Sunnah bukanlah tanpa tujuan. Ada hikmah yang sangat besar di baliknya, yang sepatutnya menjadi bahan renungan dan motivasi bagi setiap Muslim:
Dengan mengetahui bahwa Kiamat itu pasti dan tanda-tandanya mulai bermunculan, keimanan seorang Muslim akan semakin kuat. Ia akan menyadari kebenaran janji-janji Allah dan Rasul-Nya. Kesadaran ini akan mendorongnya untuk lebih taat kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Tanda-tanda Kiamat mengingatkan kita bahwa dunia ini fana dan sementara. Fokus kita seharusnya tidak hanya pada kehidupan duniawi, melainkan pada persiapan untuk kehidupan akhirat yang abadi. Kesadaran akan kematian yang bisa datang kapan saja, dan Kiamat besar yang pasti akan datang, membuat seseorang lebih menghargai waktu dan mengisinya dengan amal saleh.
Kemunculan tanda-tanda kecil, terutama yang berhubungan dengan kemerosotan moral dan sosial, adalah cerminan dari kondisi umat manusia. Ini menjadi ajakan untuk introspeksi diri, mengevaluasi kembali perilaku, dan bersegera bertaubat atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Sebelum pintu taubat tertutup rapat dengan kemunculan tanda-tanda besar.
Ketika melihat tanda-tanda kemaksiatan dan kerusakan merebak di masyarakat, seorang Muslim yang beriman akan merasa terpanggil untuk berdakwah, menyerukan kebaikan, dan mencegah kemungkaran. Ia ingin menyelamatkan dirinya dan orang lain dari azab Allah di hari Kiamat.
Tanda-tanda Kiamat seringkali diiringi dengan fitnah dan perpecahan. Dengan memahami tanda-tanda ini, umat Islam diharapkan dapat lebih waspada terhadap fitnah, mempererat persatuan, dan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah sebagai benteng dari segala penyimpangan.
Al-Quran tidak hanya berbicara tentang kehancuran, tetapi juga tentang penciptaan dan tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Pemahaman tentang perubahan alamiah yang mungkin terjadi sebagai bagian dari tanda-tanda Kiamat dapat mendorong umat Islam untuk lebih giat dalam menuntut ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu dunia, demi kemaslahatan umat dan untuk lebih memahami keagungan Sang Pencipta.
Mengetahui tanda-tanda Kiamat tidak cukup jika tidak diikuti dengan persiapan. Al-Quran telah memberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim mempersiapkan diri menghadapi hari yang pasti datang itu.
Inti dari persiapan adalah menguatkan pondasi iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan Qada serta Qadar-Nya. Iman yang kuat akan menjadi pelindung utama di hari yang dahsyat itu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Yā ayyuhal-ladzīna āmanū ittaqūllāha waltaẓur nafsun mā qaddamat lighad. Wattaqūllāh, innallāha khabīrun bimā ta'malūn.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Hasyr: 18)
Ayat ini adalah seruan langsung untuk bertaqwa dan selalu mengingat hari esok (akhirat), serta mempersiapkan bekal terbaik.
Al-Quran adalah petunjuk yang sempurna. Mempelajari, memahami, dan mengamalkan setiap ajarannya adalah kunci keselamatan. Demikian pula dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan dan melengkapi Al-Quran.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
Walaqad yassarnal-Qur'āna lidz-dzikri fahal mim muddakir.
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"
(QS. Al-Qamar: 17)
Kajian Al-Quran dan Sunnah akan membekali seorang Muslim dengan ilmu yang benar untuk menghadapi fitnah akhir zaman dan menjalani hidup sesuai tuntunan Allah.
Shalat, puasa, zakat, haji (bagi yang mampu), dan ibadah lainnya adalah tiang agama. Melaksanakannya dengan khusyuk dan istiqamah adalah bentuk ketaatan yang paling fundamental.
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
Innaṣ-ṣalāta kānat 'alal-mu'minīna kitābam mawqūtā.
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
(QS. An-Nisa: 103)
Menjaga shalat adalah menjaga hubungan langsung dengan Allah, sumber kekuatan dan petunjuk.
Islam bukan hanya tentang ibadah ritual, tetapi juga tentang akhlak dan muamalah. Berbuat baik kepada sesama, berlaku adil, jujur, santun, dan menghindari kezaliman adalah bagian integral dari persiapan akhirat.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Wa qul i'malū fasayarallāhu 'amalakum wa rasūluhū wal-mu'minūn, wa saturaddūna ilā 'ālimil-ghaibi wasy-syahādati fayunabbi'ukum bimā kuntum ta'malūn.
"Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.""
(QS. At-Taubah: 105)
Setiap amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Di akhir zaman, fitnah perpecahan akan semakin kuat. Seorang Muslim harus berusaha keras untuk menjaga persatuan umat, menghindari permusuhan, dan berpegang pada tali Allah.
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Wa'taṣimū biḥablillāhi jamī'an walā tafarraqū.
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai."
(QS. Ali Imran: 103)
Doa adalah senjata ampuh seorang mukmin. Memohon perlindungan dari fitnah Dajjal, fitnah kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta fitnah neraka adalah bagian penting dari persiapan. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan doa-doa perlindungan ini.
Beberapa riwayat mengindikasikan bahwa akhir zaman akan diwarnai kesulitan ekonomi dan kelangkaan pangan. Mendorong kemandirian, hidup sederhana, dan bertani atau mempersiapkan kebutuhan pokok bisa menjadi bentuk persiapan fisik yang relevan, selain persiapan spiritual.
Persiapan terbaik bukan dengan panik atau spekulasi tentang kapan Kiamat akan terjadi, tetapi dengan menjalani hidup sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunnah setiap hari, seolah-olah hari esok adalah akhir dari segalanya. Kiamat bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan yang sesungguhnya.
Hari Kiamat adalah puncak dari janji-janji Allah, suatu peristiwa yang pasti akan terjadi dan menjadi penentu nasib abadi setiap jiwa. Al-Quran, dengan segala keagungan dan petunjuknya, tidak hanya mengabarkan tentang kedahsyatan Kiamat itu sendiri, tetapi juga memberikan serangkaian tanda-tanda yang mengisyaratkan kedekatannya. Dari perubahan moral dan sosial yang meresahkan, kerusakan lingkungan akibat ulah manusia, hingga kemunculan tanda-tanda besar seperti Dukhan, Dabbatul Ard, Ya'juj dan Ma'juj, serta turunnya Nabi Isa AS, semua adalah bagian dari skenario Ilahi yang dirancang untuk menguji keimanan manusia dan memberikan kesempatan terakhir untuk bertaubat.
Kerahasiaan waktu Kiamat adalah hikmah agung dari Allah SWT, yang bertujuan untuk menjaga manusia dalam keadaan waspada, senantiasa beramal saleh, dan tidak menunda-nunda kebaikan. Setiap ayat yang menjelaskan tanda-tanda Kiamat adalah sebuah panggilan untuk merenung, sebuah cermin untuk mengoreksi diri, dan sebuah motivasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Sebagai umat Islam, tugas kita bukanlah berspekulasi tentang tanggal pasti Kiamat, atau terjebak dalam kepanikan yang tidak produktif. Sebaliknya, tugas kita adalah memahami pesan-pesan Al-Quran, mengambil pelajaran dari setiap tanda yang telah muncul atau akan muncul, dan menggunakannya sebagai pemicu untuk meningkatkan kualitas ibadah, memperbaiki akhlak, menjaga persatuan, dan menyebarkan kebaikan di muka bumi.
Pada akhirnya, persiapan terbaik adalah dengan menjadikan setiap detik kehidupan sebagai ladang amal, memegang teguh tali Allah, dan senantiasa berharap akan rahmat-Nya. Hanya dengan demikian, kita dapat menghadapi Hari Kiamat dengan hati yang tenang, penuh harap akan ampunan dan surga-Nya, serta menjadi golongan orang-orang yang beruntung. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita semua menuju jalan yang lurus.