Ilustrasi hipotetis keseimbangan pH dalam konteks diet.
Terapi alkali, sering juga disebut diet alkali atau diet pH, adalah pendekatan diet populer yang didasarkan pada ide bahwa makanan yang kita konsumsi dapat memengaruhi tingkat keasaman (pH) dalam tubuh kita. Para pendukung teori ini meyakini bahwa pola makan yang kaya akan makanan "asam" akan mendorong lingkungan tubuh menjadi lebih asam, yang menurut mereka adalah akar penyebab berbagai penyakit kronis, termasuk kanker, osteoporosis, dan diabetes tipe 2.
Konsep utamanya adalah mengonsumsi lebih banyak makanan yang dianggap meninggalkan residu basa (alkali) setelah dicerna, seperti buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan tertentu, sambil membatasi makanan yang dianggap menghasilkan residu asam, seperti daging merah, produk susu, biji-bijian olahan, dan minuman berkarbonasi.
Meskipun konsep ini terdengar logis secara kimia, penting untuk memahami bagaimana tubuh mengatur pH. Tubuh manusia memiliki sistem penyangga (buffer system) yang sangat efisien, terutama melalui paru-paru (mengeluarkan karbon dioksida) dan ginjal (mengeluarkan asam atau basa berlebih melalui urin). Sistem ini bekerja keras untuk menjaga pH darah tetap berada dalam kisaran yang sangat sempit, yaitu antara 7.35 hingga 7.45.
Jika pH darah menyimpang jauh dari rentang normal tersebut, kondisi yang dikenal sebagai asidosis (terlalu asam) atau alkalosis (terlalu basa) akan terjadi. Kedua kondisi ini adalah keadaan medis darurat yang mengancam jiwa dan hampir tidak mungkin disebabkan oleh pola makan biasa. Makanan yang Anda makan memang memengaruhi pH urin Anda—inilah yang diukur oleh alat tes pH alkali—tetapi perubahan pada urin ini hanyalah cara tubuh membuang kelebihan asam atau basa agar pH darah tetap stabil.
Pendukung terapi ini sering mengaitkan diet alkali dengan sejumlah manfaat kesehatan yang signifikan. Salah satu klaim yang paling sering dibicarakan adalah kemampuannya dalam melawan kanker. Teori ini menyatakan bahwa sel kanker berkembang pesat dalam lingkungan asam, sehingga dengan menciptakan lingkungan basa melalui diet, pertumbuhan sel kanker dapat dihambat.
Namun, perspektif medis arus utama menekankan bahwa, meskipun sel kanker memang menghasilkan lebih banyak asam saat tumbuh (efek samping dari metabolisme mereka), diet alkali tidak secara langsung mengubah pH di sekitar tumor dalam tubuh. Tubuh secara aktif melindungi pH darah. Fokus yang lebih valid dalam pencegahan kanker adalah mengonsumsi banyak antioksidan, serat, dan menjaga berat badan ideal, yang secara alami banyak ditemukan dalam makanan berbasis tumbuhan yang juga dianjurkan dalam diet alkali.
Terlepas dari validitas klaim pH, banyak ahli gizi setuju bahwa pola makan yang mengikuti prinsip dasar terapi alkali sering kali menghasilkan peningkatan kesehatan secara keseluruhan. Ini karena diet alkali menekankan asupan makanan utuh, segar, dan minim olahan.
Fokus pada buah-buahan, sayuran, dan mengurangi daging merah, gula tambahan, serta makanan cepat saji secara otomatis akan meningkatkan asupan mineral penting seperti kalium dan magnesium, serta serat. Peningkatan nutrisi ini terbukti bermanfaat untuk kesehatan jantung, pengaturan gula darah, dan menjaga kepadatan tulang (walaupun mekanismenya bukan karena pH, melainkan karena nutrisi mikro yang terkandung).
Singkatnya, sementara gagasan bahwa Anda dapat mengontrol pH darah hanya melalui makanan adalah mitos yang disederhanakan secara berlebihan mengenai fisiologi manusia, terapi alkali sering kali secara tidak sengaja mendorong perilaku diet yang sehat. Jika seseorang beralih dari diet tinggi gula dan daging olahan ke diet kaya sayuran segar, wajar jika mereka merasakan peningkatan energi dan kesehatan.
Daripada mengkhawatirkan perubahan pH darah yang diatur ketat oleh mekanisme internal tubuh, fokus terbaik adalah mengadopsi pola makan seimbang yang kaya nutrisi, yang secara alami akan mendukung fungsi tubuh yang optimal, termasuk kerja ginjal dan pengaturan asam-basa yang sudah ada secara biologis.