Ilustrasi: Albumin (titik putih) bocor melalui filter ginjal yang rusak.
Albuminuria, atau sering disebut proteinuria, adalah kondisi medis yang ditandai dengan adanya kadar protein albumin dalam jumlah yang melebihi batas normal pada urine (air kencing). Secara fisiologis, ginjal berfungsi sebagai filter yang sangat efisien untuk memisahkan zat sisa metabolisme dari komponen penting darah, termasuk protein berukuran besar seperti albumin. Ketika fungsi penyaringan ini terganggu, protein albumin yang seharusnya tetap berada dalam aliran darah justru 'bocor' dan terbuang melalui urine.
Kondisi ini bukan merupakan penyakit itu sendiri, melainkan sebuah **tanda peringatan dini** bahwa telah terjadi gangguan serius pada struktur ginjal. Deteksi dini albuminuria sangat krusial karena menjadi prediktor kuat perkembangan penyakit ginjal kronis (PGK) dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Inti dari masalah albuminuria terletak pada kerusakan struktur mikro di dalam ginjal yang bertugas melakukan filtrasi. Unit fungsional dasar ginjal adalah nefron, dan proses penyaringan terjadi di dalam struktur yang disebut glomerulus. Glomerulus adalah kumpulan kapiler halus yang bertindak layaknya saringan molekuler.
Dalam keadaan sehat, glomerulus dilindungi oleh tiga lapisan utama yang mencegah lolosnya molekul besar seperti albumin: endotel kapiler, membran basal glomerulus (MBG), dan podosit (sel epitel khusus). Lapisan-lapisan ini secara kolektif membentuk sawar filtrasi yang selektif.
Albuminuria terjadi karena adanya kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor utama, yang paling umum adalah:
Ketika kerusakan terjadi pada sel-sel podosit atau robekan pada membran basal glomerulus, sawar yang tadinya selektif menjadi bocor. Akibatnya, albumin—yang seharusnya dipertahankan dalam darah—mulai merembes dalam jumlah signifikan ke dalam urin.
Kehadiran albumin dalam urine awalnya mungkin tidak menimbulkan gejala yang jelas (mikroalbuminuria). Namun, peningkatan kadar protein ini menandakan bahwa ginjal telah kehilangan kemampuan strukturalnya. Kegagalan penanganan kondisi ini akan berujung pada progresivitas kerusakan:
Diagnosis albuminuria tidak dapat ditegakkan hanya dari satu tes urine sesaat. Dokter biasanya memerlukan tes kuantitatif seperti rasio albumin-kreatinin urin (UACR) untuk membandingkan jumlah albumin dengan konsentrasi kreatinin. Tes ini harus dilakukan secara berkala.
Penatalaksanaan fokus pada dua hal utama: pengendalian faktor risiko dan perlindungan ginjal yang tersisa. Pada pasien diabetes dan hipertensi, pengendalian tekanan darah (seringkali menggunakan obat golongan ACE Inhibitor atau ARB) dan gula darah yang ketat sangat penting karena obat-obatan ini terbukti secara klinis dapat mengurangi kebocoran albumin dan memperlambat kerusakan ginjal.
Kesimpulannya, albuminuria adalah "alarm" yang dibunyikan oleh ginjal Anda. Mengidentifikasi dan mengobati penyebab yang mendasarinya adalah langkah vital untuk mempertahankan sisa fungsi ginjal dan mencegah komplikasi kesehatan yang lebih serius.